Langsung ke konten utama

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 187-189



Ali Imran, ayat 187-189

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَراءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ (187) لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِما أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِما لَمْ يَفْعَلُوا فَلا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفازَةٍ مِنَ الْعَذابِ وَلَهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ (188) وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (189)

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), "Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harta yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Makna ayat ini mengandung celaan dan ancaman Allah terhadap kaum Ahli Kitab, yaitu mereka yang Allah telah mengambil janji dari mereka melalui lisan nabi-nabi-Nya, bahwa mereka bersedia beriman kepada Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam dan mau mempopulerkannya di kalangan manusia, sehingga mereka dalam keadaan siap dalam menyambut perkaranya. Apabila tiba saatnya Allah mengutus dia, maka mereka tinggal mengikutinya. Akan tetapi, mereka menyembunyikan hal tersebut dan menukar kebaikan di dunia dan akhirat yang telah dijanjikan kepada mereka dengan harga yang sedikit dan keberuntungan duniawi yang rendah. Maka seburuk-buruk transaksi adalah transaksi yang mereka lakukan, dan seburuk-buruk penukaran adalah jual beli yang mereka lakukan.

Di dalam ungkapan ini terkandung peringatan bagi para ulama agar mereka jangan menempuh jalan orang-orang yang bersifat "demikian, karena akibatnya mereka akan tertimpa bencana yang sama dan membuat mereka termasuk ke dalam golongannya.

Karena itu, sudah seharusnya bagi ulama menyiarkan ilmu yang bermanfaat yang ada di tangan mereka, yaitu ilmu yang menunjukkan kepada amal yang saleh, dan janganlah mereka menyembunyikan sesuatu pun darinya.

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam disebutkan bahwa beliau Shalallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

«مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ»

Barang siapa yang ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, kelak ia akan disumbat pada hari kiamat dengan penyumbat dari api neraka.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا }

Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran: 188), hingga akhir ayat.

Yang dimaksud oleh ayat ini ialah orang-orang yang suka pamer yang ingin dipuji dengan apa yang tidak pernah mereka berikan (lakukan). Seperti pengertian yang ada di dalam kitab Sahihain, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, yaitu:

"مَنِ ادَّعَى دَعْوى كَاذِبَةً لِيتَكَثَّر بِهَا لَمْ يَزِدْه اللَّهُ إِلَّا قِلَّة"

Barang siapa yang mengucapkan suatu pengakuan secara dusta dengan tujuan ingin dipuji karenanya, maka Allah tidak menambahkan kepadanya melainkan kekurangan.

Di dalam hadis Sahihain disebutkan pula dengan keterangan yang lebih jelas, yaitu:

"الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَي زُور"

Orang yang ingin terpuji dengan apa yang tidak pernah ia berikan sama saja dengan orang yang memakai pakaian dusta dua lapis.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajah, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah; Humaid ibnu Abdur Rahman ibnu Auf pernah menceritakan kepadanya bahwa Marwan pernah berkata kepada Rafi' (yaitu pengawal pribadinya), "Berangkatlah kamu kepada Ibnu Abbas dan katakanlah, 'Jika setiap orang dari kita disiksa karena merasa gembira dengan apa yang telah ia kerjakan dan suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum ia kerjakan, niscaya kita semua akan disiksa'." Maka Ibnu Abbas menjawab, "Mengapa kamu berpemahaman demikian terhadap ayat ini? Sesungguhnya ayat ini diturunkan hanya berkenaan dengan orang-orang Ahli Kitab." Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), "Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran: 187-188), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah menanyakan sesuatu kepada mereka (Ahli Kitab) dan mereka menyembunyikannya serta memberitahukan hal yang lain kepadanya. Setelah itu mereka keluar dengan perasaan bahwa mereka telah memperlihatkan kepada beliau bahwa mereka telah menceritakan kepada beliau apa yang beliau tanyakan kepada mereka. Mereka ingin dipuji dengan perbuatan tersebut serta merasa gembira karena perbuatan mereka menurut mereka berhasil mengelabuinya dengan memberikan jawaban lain dan menyembunyikan jawaban yang sebenarnya dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam

Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tafsirnya, Imam Muslim dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya masing-masing; juga Ibnu Abu Hatim, Ibnu Khuzaimah, Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya, dan Ibnu Murdawaih. Semua meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Juraij dengan lafaz yang semisal.

Imam Bukhari meriwayatkannya pula melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Alqamah ibnu Waqqas, bahwa Marwan pernah berkata kepada pengawal pribadinya, "Hai Rafi', berangkatlah kamu kepada Ibnu Abbas," lalu Imam Bukhari menuturkannya hingga akhir hadis.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa sejum-lah kaum lelaki dari kalangan orang-orang munafik di masa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam apabila Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berangkat ke suatu medan perang, maka mereka tidak mau ikut dan tetap tinggal di Madinah; mereka merasa gembira dengan ketidakikutsertaan mereka yang bertentangan dengan prinsip Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Tetapi apabila Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tiba dari medan perang, mereka meminta maaf kepadanya dan bersumpah untuk memperkuat alasan mereka. Mereka merasa gembira dengan apa yang tidak pernah mereka kerjakan. Lalu turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran: 188), hingga akhir ayat.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Ibnu Abu Maryam dengan lafaz yang semisal.

Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd, dari Hisyam ibnu Sa"d, dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa Abu Sa'id, Rafi' ibnu Khadij, dan Zaid ibnu Sabit semuanya pernah menceritakan, "Ketika kami berada di majelis Marwan, lalu Marwan berkata, 'Hai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu dengan firman-Nya: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran: 188), sedangkan kami gembira dengan apa yang telah kami kerjakan dan suka bila dipuji terhadap perbuatan yang belum kami kerjakan?'." Abu Sa'id menjawab, "Makna ayat ini tidaklah seperti itu. Sesungguhnya hal tersebut ditujukan kepada sejumlah orang dari kalangan kaum munafik. Mereka tidak ikut apabila Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengirimkan pasukannya. Jika pasukan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mendapat musibah, mereka merasa gembira karena ketidakikutsertaan mereka. Tetapi jika pasukan kaum muslim beroleh pertolongan dari Allah dan kemenangan, maka mereka mengadakan perjanjian pakta pertahanan bersama kaum muslim, dengan maksud mengambil hati kaum muslim agar kaum muslim memuji mereka karena simpati mereka kepada kemenangan yang dicapai oleh kaum muslim." Marwan berkata, "Mengapa pengertiannya demikian?" Abu Sa'id berkata, "Orang ini mengetahui hal tersebut." Marwan berkata, "Apakah memang demikian, hai Zaid?" Zaid menjawab, "Ya, benarlah apa yang dikatakan oleh Abu Sa'id." Kemudian Abu Sa'id berkata, "Orang ini pun mengetahui hal tersebut, (yang dimaksud ialah Rafi' ibnu Khadij), tetapi ia khawatir jika menceritakannya kepadamu maka kamu nanti akan mencabut bagian sedekah untanya." Ketika mereka telah keluar dari tempat Marwan, maka Zaid berkata kepada Abu Sa'id Al-Khudri, "Mengapa engkau tidak memuji diriku yang telah mempersaksikan untukmu?" Abu Sa'id berkata kepadanya, "Engkau telah mempersaksikan perkara yang hak." Zaid ibnu Sabit berkata, "Mengapa engkau tidak memujiku yang telah melakukan kesaksian perkara hak bagimu?"

Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula melalui hadis Malik, dari Zaid ibnu Aslam, dari Rafi' ibnu Khadij, bahwa ia dan Zaid ibnu Sabit pernah berada di tempat Marwan ibnul Hakam yang menjabat sebagai amir kota Madinah. Marwan berkata, "Hai Rafi', sehubungan dengan peristiwa apakah ayat ini diturunkan?" Lalu Ibnu Murdawaih mengetengahkan hadis yang sama seperti apa yang diriwayatkannya dari Abu Sa'id Radhiyallahu Anhu Sesudah peristiwa itu Marwan ibnul Hakam mengutus seseorang kepada sahabat Ibnu Abbas untuk menanyakan hal tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas. Lalu Ibnu Abbas menjawab seperti apa yang telah kami terangkan di atas.

Tidak ada perbedaan antara apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dengan apa yang dikatakan oleh mereka, mengingat ayat bermakna umum mencakup semua apa yang telah disebutkan.

Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula melalui hadis Muhammad ibnu Atiq dan Musa ibnu Uqbah, dari Az-Zuhri, dari Muhammad ibnu Sabit Al-Ansari atau Sabit ibnu Qais Al-Ansari yang telah berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah aku merasa khawatir bila menjadi orang yang binasa." Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya, "Mengapa?" ia mengatakan, "Allah telah melarang seseorang suka bila dipuji terhadap apa yang tidak dikerjakannya, sedangkan diriku ini suka dengan pujian. Allah telah melarang berbuat sombong sedangkan diriku ini suka keindahan (menghias diri). Allah melarang kami mengangkat suara lebih dari suaramu, sedangkan aku ini adalah orang yang keras suaranya." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: "Tidakkah engkau suka bila kamu hidup terpuji, gugur dalam keadaan syahid, dan masuk surga?" ia menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah." Maka ia hidup terpuji dan gugur sebagai syahid dalam perang melawan Musailamah Al-Kazzab.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{فَلا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ}

janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa. (Ali Imran: 188)

Lafaz tahsabannahum dibaca dengan memakai huruf ta menunjukkan makna lawan bicara hanya satu orang, dapat pula dibaca dengan memakai huruf ya dengan makna menceritakan keadaan mereka.

Dengan kata lain, janganlah kamu mengira bahwa mereka selamat dari siksa Kami, bahkan mereka pasti terkena siksa Kami. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam firman berikutnya:

{وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}

dan bagi mereka siksa yang pedih. (Ali Imran: 188)

Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran:  189)

Yakni Dia adalah Pemilik segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya. Karena itu. takutlah kalian kepada-Nya dan jangan sekali-kali kalian melanggar-Nya. Hati-hatilah kalian kepada murka dan pembalasan-Nya, karena sesungguhnya Dia Mahaagung yang tiada sesuatu pun yang lebih agung daripada-Nya; lagi Mahakuasa yang tiada seorang pun lebih berkuasa daripada Dia. (Androidkit/FM)

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing