Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Kisah Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul

 ilustraasi Macan Tutul - File wikimedia.org Alkisah, seseorang berkebangsaan Arab berkunjung ke Pesantren Kedemangan, Bangkalan, Jawa Timur. Masyarakat Madura menyebutnya habib. Kala itu, Syaikhona KH Muhammad Kholil sedang memimpin jamaah sembahyang maghrib bersama para santrinya.   Usai menunaikan shalat, Mbah Kholil pun menemui para tamunya, termasuk orang Arab ini. Dalam pembicaraan, tamu barunya ini menyampaikan sebuah teguran, “Tuan, bacaan al-Fatihah Antum (Anda) kurang fasih.” Rupanya, sebagai orang Arab, ia merasa berwenang mengoreksi bacaan shalat Mbah Kholil.   Setelah berbasa-basi sejenak, Mbah Kholil mempersilakan tamu Arab itu mengambil wudhu untuk melaksanakan sembahyang maghrib. “Silakan ambil wudhu di sana,” ucapnya sambil menunjuk arah tempat wudhu di sebelah masjid.   Baru saja selesai wudhu, si orang Arab tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya seekor macan tutul. Dengan bahasa Arab yang fasih, ia berteriak dengan maksud mengusir si macan. Kefasihan bahasa Arabnya ta

Dusta dan Ketentuannya

Ilustrasi Dusta - File hidayatullah.com Massa memiliki kecenderungan perilaku primitif. Tentu saja benar. Tetapi tentu juga keliru. Bagaimana benarnya? Begini. Massa itu senang main keroyok dan main bakar. Disebut “keroyok” tentu karena mereka itu sudah merupakan massa. Kalau sendirian, lain lagi sebutannya. Massa senang bakar. Ini benar. Mereka membakar bukan rokok atau sampah karena tindakan ini ada larangannya baik oleh pemerintah, aktivis antirokok, maupun aktivis lingkungan hidup lewat sosialisasi yang getol. Tidak tanggung-tanggung, massa membakar manusia; anak dari jenis mereka sendiri. Alasannya tentu macam-macam. Manusia yang dibakar bisa jadi melakukan kesalahan fatal seperti meruntuhkan rumah tangga orang, menipu hingga membuat orang rugi besar, atau sekadar mencopet dompet berisi pecahan dua puluh ribu beberapa lembar semata. Bahkan massa kadang membakar anak manusia lantaran beda kepentingan politik, dendam persaingan usaha, atau karena hanya melihat orang berkerumun tenga

Pengabdian dan Penghargaan

Mohamad Sobary Oleh: Mohamad Sobary *   (Bagaimana kalau orang tanpa pengorbanan menerima dengan bangga penghargaan yang ditawarkan?)   Dosen sejarah sosial menjelaskan kepada para mahasiswa bahwa sejarah bukan kisah kepahlawanan orang-orang besar, yaitu para jenderal, atau para panglima, yang menang perang, yang kemudian menyusun sejarahnya sendiri, sehingga makna sejarah ditentukan semata-mata oleh orang-orang yang menang.   Sejarah juga bukan berarti panggung kemegahan raja-raja, para pangeran, bala tentara, dan para pemimpin yang menggerakkan peperangan.   Ini karena kalau begitu cara memandang sejarah, maka para petani dan orang-orang biasa lainnya, yang sebenarnya juga berhak mendapat sebutan sebagai aktor sejarah—yang gagah berani seperti para jenderal—niscaya tidak akan pernah memiliki tempat di dalam sejarah, seperti tampak jelas dalam orientasi sejarah yang bersifat Eropa sentris, atau kolonial sentris.   Sebuah film koboi, The Magnificent Sevent, bisa menjadi ilustrasi menar

Menghadapi Perbedaan dengan Elegan

Ilustrasi Perbedaan - File https://tebuireng.online/ Oleh: Moh. Achyat Ahmad   Menghadapi perbedaan di antar-umat sesama Muslim, sebagaimana ditunjukkan oleh perjalanan dan pengalaman umat ini sepanjang sejarah, seringkali lebih rumit daripada menghadapi perbedaan pandangan dengan umat yang berbeda agama. Hal ini, setidaknya, karena yang kita hadapi dalam perbedaan di dalam internal umat adalah ancaman akan perpecaah umat. Sedangkan jika kita berhadapan dengan perbedaan dengan umat yang berbeda agama, maka itu justru bisa mempersatukan umat untuk menghadapi lawan yang sama.   Itulah sebabnya, perbedaan yang terjadi di tengah-tengah umat (dalam hal ini perbedaan haluan politik dan akidah), bisa menjadi salah satu faktor terkuat yang bisa melemahkan kekuatan umat dan memecah belah kokohnya persatuan mereka. Tentu, ini adalah hal yang amat merugikan. Jika saat ini faktanya kita ada dalam situasi yang ramai akan perbedaan dan rentan akan perselisihan dalam perbedaan itu, maka betapa kita t

Curhatan Wanita Miskin kepada Imam Hambali

Ilustrasi - File http://www.bersamaislam.com/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy Syaibani (Imam Hambali) suatu ketika dihampiri perempuan muda yang hendak mencurahkan isi hatinya. Perempuan ini sedang dihantui perasaan bersalah atas sikapnya beberapa waktu yang lalu.   Mula-mula ia menceritakan kondisi serba kekurangan bersama ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Keadaan ini terpaksa ia hadapi karena sang suami yang menjadi tulang punggung keluarga telah lama meninggal dunia.   Untuk bertahan hidup, perempuan itu mengandalkan profesinya sebagai pemintal benang. Malam ia memintal, siang ia menjualnya. Fasilitas yang amat terbatas membuatnya tetap melarat dengan pekerjaan ini.   "Karena tidak memiliki lampu di dalam rumah, untuk memulai memintal benang, saya terpaksa menunggu cahaya bulan purnama,” tutur perempuan malang ini.   Namun suatu malam, tempat tinggal keluarganya tidak segelap biasanya. Bukan sebab sinar purnama telah tiba, melainkan serombongan kafilah kebetula

Korupsi dan Kosongnya Spiritualitas

Ilustrasi koruptor - File http://liputanrakyat.com Oleh: Wasid Mansyur *   Mereka yang memiliki spiritual unggul atau sejati, memastikan Allah swt. sebagai sentrum bagi semua energi kehidupannya. Selain Dia, pada hakekatnya tiada sebab adanya selain Dia selalu dibatasi ruang dan waktu. Maka, pengaguman berlebihan atas mawjud selain Allah berdampak pada sikap mengabaikan hakekat-Nya, jika tidak mengatakan lalai, bahkan tidak jarang sikap itu berpengaruh pada mentalitas nilai yang diperebutkan.   Statemen di atas adalah salah satu pernik dari orasi ilmiah bertajuk Studium General dengan Tema “Tasawuf; Spiritualitas dan manusia Universal” yang disampaikan oleh KH. DR. Said Aqil Siraj, MA di Audutorium UIN Sunan Ampel Surabaya (7/11). Statemen ini syarat makna hingga layak direfleksikan kembali kaitannya dengan konteks kehidupan yang nyata sebab hidup ini pasti ada ujungnya (berakhir dengan kematian), tinggal bagaimana kepastian sampai keujung itu dengan selamat atau dalam bahasa agama dis

Dasar Teori Tentang Majnun

Emha Ainun Nadjib Oleh:  Emha Ainun Nadjib   Memang bukan Saridin namanya kalau tidak gila. Dan bukan gilanya Saridin kalau definisinya sama dengan definisi Anda tentang gila. Wong sama saya saja Saridin sering bertengkar soal mana yang gila dan mana yang tidak kok. Padahal saya juga agak gila. Apalagi sama Anda. Anda kan jelas-jelas waras.   Misalnya di jaman Demak bagian akhir-akhir itu saya menyatakan bersyukur bahwa dakwah para Wali semakin produktif. Sunan Ampel yang berfungsi sebagai semacam Ketua MPR, Sunan Kudus sebagai Menko Kesra, Sunan Bonang sebagai Pangab, atau Sunan Kalijaga sebagai Mendikbud, benar-benar menjalankan suatu manajemen sejarah dan strategi sosialisasi nilai dengan metoda-metoda yang canggih dan efektif.   Bukan hanya komunitas-komunitas Islam semakin menyebar dan meluas, tapi juga mutu kedalaman orang beribadah semakin menggembirakan. Tapi Saridin menertawakan saya. Dan bagi saya sangat menyakitkan karena tertawanya dilambari aji-aji kedigdayaan batin: begit

Tafsir Al Qur'an Surat Al Mu'min Ayat 23-27

Tafsir Al Qur'an Surat Al Mu'min Ayat 23-27 Al-Mu’min, ayat 23-27 {وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24) فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ (25) وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ (26) وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (27) } Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun; maka mereka berkata,  "(Ia)  adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman ber