Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Surat Tertutup untuk Goenawan Mohammad Cs

By Asyari Usman Saya telah membaca surat terbuka yang Anda tujukan kepada Amien Rais, ketua Dewan Pertimbangan PAN. Anda meminta agar Pak Amien mundur dari politik praktis karena Anda anggap dia melakukan manuver politik yang tak sejalan dengan prinsip-prinsip PAN. Pak Goenawan Cs, yang terhormat! Sementara Anda mengirimkan surat terbuka kepada Pak Amien, saya memilih sebaliknya. Saya kirimkan surat tertutup ini kepada Anda semua. Sengaja tertutup, supaya terlihat berbeda dengan surat terbuka Anda itu. Bukankah Anda sekarang merasa berbeda dengan Pak Amien? Ok. Setelah menyimak kembali prinsip-prinsip PAN seperti yang Anda uraikan, memang betul ada perbedaan besar antara Pak Amien dengan Anda berlima. Misalnya, prinsip pertama menyebutkan bahwa PAN adalah partai reformasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan menegakkan demokrasi setelah 32 tahun di bawah kekuasaan absolut Orde Baru. Kalau dicermati prinsip pertama di atas, justru Pak Amien Rais menunjukk

Lagu dan Agama

Presiden Soekarno Oleh: Bandung Mawardi Pada 1934-1936, Sukarno sering berkorespondensi dengan A. Hassan mengenai agama. Di Endeh, Flores, Sukarno mendapat kiriman buku-buku dari A. Hassan di Bandung. Sukarno mulai tekun membaca dan menulis artikel-artikel bertema Islam. Pemikiran Sukarno tentu tak searah A. Hassan. Hubungan itu perlahan retak saat tahun-tahun menjelang kemerdekaan. Perbedaan arah berkaitan dengan pemikiran agama dan kebangsaan. Sukarno serius membesarkan nasionalisme bercap Indonesia. Di seberang, A. Hassan rajin memberi kritik dan serangan atas nasionalisme berdalih agama. Serangan terhadap nasionalisme mengarah ke bendera, lagu, patung, upacara, sistem pemerintahan, dan akhlak pemimpin. Pada 1941, A. Hassan mengeluarkan buku berjudul Islam dan Kebangsaan. Buku kecil berisi perlawanan atas pemikiran-pemikiran Sukarno berkaitan dengan Islam dan Indonesia. Kita simak pemahaman A. Hassan mengenai lagu: "Orang Islam jang sebenarnja, orang jang berakal

Hikikamori

Ilustrasi Hidup Bermasyarakat - File tampang.com Oleh: Eka Wardhana , Rumah Pensil Publisher Di beberapa negara, khususnya di Jepang berkembang penyakit sosial baru, namanya Hikikamori. Dari segi bahasa, hikikamori berarti mengurung diri.  Hikikamori adalah fenomena sosial dimana para remaja dan orang dewasa menarik diri dari kehidupan sosial dengan mengurung diri di rumah. Berapa lama mereka mengurung diri? Dari berbulan-bulan sampai bertahun-tahun! Bahkan ada yang sampai 20 tahun tidak bertemu adik atau orangtuanya sendiri! Dari survei yang dilakukan pemerintah Jepang pada tahun 2016, pelaku Hikikamori sudah mencapai 500 ribu orang. Jumlah ini meningkat 16,9% dari survei yang dilakukan pada tahun 2009. Dan setiap waktu yang terlewat, jumlahnya semakin bertambah.  Jelas ini adalah masalah serius. Kementrian kesehatan Jepang sampai mengucurkan dana sebesar 2,53 miliar yen atau 329 miliar rupiah untuk membantu para penderita hikikamori. Maka timbul  pertanyaan: k

KH Hasyim Asy'ari, Ulama yang Satukan Islam dan Kebangsaan

KH Hasyim Asy'ari Forum Muslim -  Kiai Hasyim Asy’ari merupakan ulama yang berhasil menggabungkan antara nilai keislaman dan kebangsaan. Inilah yang mampu melahirkan Indonesia seperti yang ada saat ini dengan NU sebagai salah satu penopang utamanya dalam menjaga Islam dan kebangsaan ini.  “Kalau di Eropa, nasionalisme jadi ideologi. Kalau kita, ideologinya ahlusunnah wal jamaah spiritnya nasionalisme, ruhnya wathaniah, tapi ideologi kita aswaja,” kata Kiai Said Aqil Jum’at (3/7). Ternyata rumusan tersebut sangat luar biasa dalam mewujudkan Indonesia yang damai. Di Timur Tengah ada perang saudara, sama Islamnya, sama mazhabnya tetapi mereka tidak punya komitmen nasionalisme.  Kiai Said menjelaskan dalam sebuah seminar di Jerman, para peserta  pada keheranan bagaimana umat Islam di Indonesia mampu menggabungkan antara ketuhanan dan keadilan sosial. Dimata mereka, ketuhanan merupakan urusan pribadi sementara keadilan menjadi urusan masyarakat.  Dengan konsep i

Bahasa, Agama, dan Budaya

Ilustrasi Oleh: Komaruddin Hidayat Dari nama saja sudah bisa diduga bahwa saya seorang Muslim. Belajar Islam sejak kecil di lingkungan keluarga dan masjid. Setelah tamat pesantren lalu meneruskan ke Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1974, yang sekarang berkembang menjadi UIN, Universitas Islam Negeri. Di samping sebagai anak kandung ayah-ibu, saya adalah anak kandung budaya yang mengasuh dan membesarkan diriku. Produk pengasuhan budaya itu terlihat paling nyata dalam aspek bahasa, yaitu bahasa Jawa dan Indonesia. Ada ungkapan klasik: language carries cultures. Dalam bahasa terkandung budaya. Dalam bahasa tersimpan nilai-nilai yang diekspresikan dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui tradisi. Jadi, dalam diriku terekam dan tertanam nilai-nilai yang berakar kepada tradisi Jawa, Indonesia, dan Islam. Tradisi kejawaan dan keindonesiaan telah berbaur dan sulit dipisahkan. Mungkin juga antara keislaman dan kearaban di Timur Tenga

Jalan Nasionalisme Keindonesiaan

Oleh: Asep Salahudin "KAMI adalah bangsa yang hidup dari pertanian, dan siapakah yang menumbuhkan segala sesuatu? Al Khalik, Yang Mahapencipta. Kami terima ini sebagai kenyataan hidup. Jadi aku adalah orang yang takut kepada Tuhan dan cinta kepada Tuhan sejak lahir, dan keyakinan ini telah bersenyawa dengan diriku" (Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat). Di tengah gencarnya aliran politik dan ormas keagamaan yang hidup di negeri kepulauan, tapi menolak NKRI, Mempercakapkan nasionalisme merupakan sesuatu yang penting. Menganggap nasionalisme sebagai bidah yang akan merusak nilai transendental keimanan yang agung seperti yang diartikulasikan HT (Hizbut Tahrir) dengan pengikutnya sudah mulai menyebar di berbagai tempat. Kecintaan terhadap Tanah Air yang kemudian mengikatkan diri menjadi sebuah NKRI ialah fitrah yang melesak dalam palung setiap jiwa warga negara Indonesia. Bukankah dahulu saat Nabi Muhammad SAW hendak hijrah ke Madinah, beliau sangat bersedih sampai

Tengku Muzzakir Manaf (Panglima Tinggi GAM) Berbicara Tentang Bapak Prabowo Subianto

Tengku Muzzakir Manaf Forum Muslim -  Kalau Prabowo Subianto itu adalah pelanggar HAM seperti dituduhkan di kubu sebelah, tidak mungkin saya dan pendukung saya mendukung Prabowo Subianto. Sebagai mantan Panglima GAM, saya sangat mengenal Prabowo Subianto di lapangan semasa konflik. Prabowo Subianto itu adalah musuh bebuyutan saya di masa konflik. Saya selalu mengerahkan pasukan saya untuk menangkap, menculik dan memenggal kepala Prabowo Subianto, tapi selalu gagal karena beliau selalu dilindungi Allah Swt. Jika beliau seorang pelanggar HAM maka sudah pasti dan yakin Allah Swt memihak GAM untuk sukses habisi Prabowo Subianto. Saya sangat mengenal Prabowo Subianto. Karena beliau adalah musuh sejati dan sangat disegani pihak GAM masa konflik, jadi saya lihat kinerja beliau dalam membela NKRI sudah cukup membuat saya yakin. Beliau bisa membawa kedamaian, beliau mati-matian membela NKRI dan mempertahankan Aceh untuk tetap menjadi bagian dari NKRI. Beliau se

Radikalisme Muncul Karena Lemahnya Pemahaman Agama

Halaqoh Kebangsaan Forum Muslim -  Gerakan radikalisme sesungguhnya telah berlangsung sejak lama dan  bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja, akan tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong. Radikalisme di kalangan masyarakat bisa muncul karena banyak hal. Salah satunya adalah karena lemahnya pemahaman agama.  Demikian disampaikan oleh KH Dian Nafi, Pengasuh Pondok Pesantren Windan Surakarta dalam kegiatan Halaqoh Kebangsaan bagi Mubaligh dan Pengasuh Pondok Pesantren di Ponpes Darul Falah, Jekulo Kudus Jateng, Selasa (7/7) yang digagas oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). “Umat yang lemah dari segi pemahaman agama biasanya mudah tergiur dengan bujukan material untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama,” jelasnya di hadapan 265 peserta halaqoh dari wilayah eks Karsidenan Pati. Disinilah, tambah Kiai Nafi, peran mubaligh dan pondok pesant

Apakah Uang Pendaftaran Haji Terkena Wajib Zakat?

Ilustrasi Ibadah Haji di Baitullaah Pertanyaan: Assalamualaikum. Kepada Yth Pengasuh Bahtsul Masail. Saya ingin bertanya, saya telah mendaftar haji dengan menyetor dana BPIH sebanyak 25 juta untuk mendapatkan nomor porsi, dan insyaAllah porsi saya tahun 2028 nanti. Yang ingin saya tanyakan apakah uang pendaftaran sebanyak 25 juta tersebut harus diikutkan dalam penghitungan zakat mal setiap tahunnya ? Mengingat keberangkatan hajinya masih 14 tahun lagi. Mohon jawabannya. Wassalamualaikum. Sriutami, Punduh Kidul-Sidoagung Tempuran-Magelang Jawaban: Assalamu’alaikum wr. wb Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi orang yang sudah mampu. Namun pada saat seorang muslim yang dirasa sudah memenuhi persyaratannya ternyata terkendala oleh antrean yang begitu panjang untuk bisa berangkat haji. Bahkan antrean itu bisa sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Untuk mendapatkan