Selasa, 31 Mei 2022
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 32
Senin, 30 Mei 2022
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 31
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 30
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah ayat 30)
Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi". Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh,"sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 29
![]() |
Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 29 هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ |
Tuhan yang patut untuk disembah dan ditaati itu Dialah Allah yang menciptakan dan memberikan karunia berupa segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatan-mu, kemudian bersamaan dengan penciptaan bumi dengan segala manfaatnya, kehendak Dia menuju ke penciptaan langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit yang sangat beraturan, baik yang tampak olehmu maupun yang tidak. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu Allah mencakup segala ciptaan-Nya.
Minggu, 29 Mei 2022
Tanda-Tanda Wali Ada Pada Diri Buya Syafi'i
Buya Ahmad Syafii Ma’arif (ASM) telah mangkat pada jumat 27 Mei 2022. Ia adalah sosok yang istiqomah menjadi guru bangsa. Istiqomah menjadi teladan umat. Istiqomah di dalam akhlakul karimah. Hal ini disampaikan oleh KH. Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil dengan Gus Mus, Jumat (27/05).
Berperilaku sederhana itu mudah. Berperilaku jujur itu mudah. Memiliki tekad perjuangan untuk bangsa dan agama itu mudah. Yang sulit adalah terus bersikap dan berperilaku seperti itu. Dalam Islam dikenal dengan istiqomah.
“Dengan sikap istiqomah ini, saya yakin bahwa Buya Syafii adalah waliyyun min auliyaillah (wali Allah),” kata Gus Mus seperti yang dikutip Ibtimesid, Jumat (29/05).
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin Rembang ini menyebutkan bahwa Buya Syafii tidak pernah ditundukkan oleh rasa takut dan tidak pernah ditundukkan oleh kesedihan. Hal ini dikarenakan Buya adalah wali Allah.
“Beliau tidak takut melarat. Tidak takut dihinakan orang. Yang terpenting bagi beliau adalah Robbuna Allah. Beliau tidak takut dinilai orang. Banyak sekali orang-orang hebat yang dihantui rasa takut,” imbuhnya.
Dalam Surat Yunus ayat 62, Allah berfirman yang artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Orang-orang hebat itu ada yang takut melarat, lalu korupsi. Ada yang takut dianggap bodoh, lalu sombong. Takut dianggap tidak mampu, lalu keminter. Sementara, Buya Syafii tidak memiliki ketakutan apapun.
Menurut Musytasyar PBNU ini, tanda-tanda wali ada pada diri Buya Syafii. Misalnya, Buya Syafii dicintai oleh banyak orang. Buya dicintai orang bukan karena kepribadiannya yang hebat. Tetapi karena Allah memberi tahu Malaikat Jibril bahwa Allah mencintainya.
Kemudian Malaikat Jibril mengatakan kepada malaikat-malaikat yang lain bahwa Allah mencintai buya. Kemudian malaikat-malaikat lain ikut mencintai Buya. Kemudian Buya menjadi dicintai oleh semua orang yang mengenalnya.
“Saya tidak mendoakan beliau tapi mendoakan kita semua. Mudah-mudahan kita keluberan sedikit banyak yang dimiliki oleh beliau. Kalau kita percaya kepada berkah, mudah-mudahan kita keberkahan pribadi indahnya,” imbuh Gus Mus.
Gus Mus menyatakan bahwa Indonesia menangis kehilangan Buya. Sementara Buya tersenyum diterima di haribaan Allah dengan segala rahmat-Nya. (Jatman or.id)
Perang Masa Kini
Sabtu, 28 Mei 2022
Prof Dr Ahmad Syafii Ma'arif Meninggal Dunia
Jumat, 27 Mei 2022
KH Hasyim Asy'ari, Ulama Pendiri NU
Hukum mengumandangkan Azan Saat Pemakaman
Kamis, 26 Mei 2022
Doa Dalam Ulang Tahun
Tafsir Kemenag : Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 28
![]() |
Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 28 |
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Sungguh mengherankan perbuatan kamu itu, wahai orang-orang musyrik! Bagaimana kamu ingkar kepada Allah Yang Maha Esa dengan mempersekutukan-Nya, padahal bukti keesaan-Nya ada dalam diri kamu, yaitu kamu yang tadinya mati dan belum berupa apa-apa, lalu Dia menghidupkan kamu dari tiada, kemudian Dia mematikan kamu setelah tiba ajal yang ditetapkan untukmu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali pada hari Kebangkitan. Kemudian hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan untuk dimintai pertanggungjawaban dan mendapat balasan atas segala amal perbuatan.
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 27
![]() |
Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 27 |
الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 26
![]() |
Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 26 |
۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ
Allah sering membuat perumpamaan untuk menjelaskan kebe-naran dan hakikat yang luhur, dengan bermacam makhluk hidup, baik kecil maupun besar. Orang-orang kafir mencibir ketika Allah mengambil perumpamaan berupa makhluk kecil yang dipandang remeh seperti lalat dan laba-laba. Di sini dijelaskan sesungguhnya Allah tidak merasa segan atau malu untuk membuat perumpamaan bagi sebu-ah kebenaran dengan seekor nyamuk atau kutu yang sangat kecil atau yang lebih kecil dari itu. Kendati kecil, belalainya dapat menembus kulit gajah, kerbau, dan unta, dan menggigitnya, serta menyebabkan kematian. Adapun orang-orang yang beriman, ketika mendengar perumpamaan itu mereka tahu maksud perumpamaan itu dan tahu bahwa perumpamaan itu adalah kebenaran dari Tuhan yang tidak diragukan lagi. Tetapi sebaliknya, mereka yang kafir menyikapi itu dengan sikap ingkar dan berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan yang remeh ini?" Allah menjawab bahwa perumpamaan itu dibuat untuk menguji siapa di antara mereka yang mukmin dan yang kafir. Oleh karenanya, dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, karena mereka tidak mencari dan menginginkan kebenaran, dan dengan perumpamaan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk karena mereka memang mencari dan menginginkannya. Tetapi Allah tidak akan menzalimi hamba-Nya, sehingga tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu selain orang-orang fasik, yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik berupa ucapan maupun perbuatan.