Bumiku peraduanku pembaringan yang sepi beranda yang dingin. Di saat maut menjemput, peraduanku meraup jazad ini sepanjang usia yang telah tertutup pun tulang dan daging ini tak kan pernah menjadi besi atau batu, ini cuaca pertanda lapuk panas dan dingin sepanjang hari derita hidup tak mungkin selamanya teratasi tak ku biarkan peraduan ini memanjakan hati atau biarkan langkah kaki mencari jalan sendiri, mengobati luka perih di bumiku di peraduanku. Bumiku peraduan sepi tempat aku mengerti arti hina dan sedih dalam segala khalwat meratap menangis di sini aku berjuang dan menghikmati segala makna cinta yang hakiki abadi ------- Bogor 23 Desember 1995 @All Righte Reserved
Media Dakwah, Komunikasi dan Persatuan Umat Islam