Selasa, 22 November 2016

Peraduan



Bumiku peraduanku
pembaringan yang sepi beranda yang dingin.


Di saat maut menjemput, peraduanku meraup jazad ini sepanjang usia
yang telah tertutup
pun tulang dan daging ini tak kan pernah menjadi besi atau batu,
ini cuaca pertanda lapuk panas dan dingin sepanjang hari
derita hidup tak mungkin selamanya teratasi
tak ku biarkan peraduan ini memanjakan hati
atau biarkan langkah kaki mencari jalan sendiri, mengobati luka perih di bumiku
di peraduanku.


Bumiku
peraduan sepi
tempat aku mengerti arti hina dan sedih
dalam segala khalwat meratap menangis
di sini aku berjuang dan menghikmati segala makna cinta yang hakiki
abadi

-------

Bogor 23 Desember 1995
@All Righte Reserved

Rabu, 16 November 2016

Ahok Tersangka Penistaan Agama, Ini Tanggapan Buya Syafi'i

Forummuslim.org-  JAKARTA – Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), akhirnya resmi menyandang status tersangka. Menurut Buya Syafii Maarif, penetapan oleh Bareskrim Polri tersebut harus dihormati.

Mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu juga menggarisbawahi adanya dinamika di gelar perkara yang berlangsung sebelumnya. "Saya menghormati proses hukum. Kini kan (Basuki) tersangka. Walaupun, (pendapat-pendapat) saksi ahli kan terbelah. Teruskan saja (proses hukum)," kata Buya Syafii saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/11).

Kasus dugaan penistaan Alquran yang menyeret Ahok telah menuai beragam pandangan. Bahkan, pada 4 November lalu, ratusan ribu umat Islam dari penjuru Indonesia berunjuk rasa di Jakarta dengan menuntut agar Ahok segera diadili.

Namun kini status hukum Ahok telah jelas. Oleh karena itu, Buya Syafii berharap agar tidak perlu lagi aksi susulan. "Itu terserah saja. Kalau mereka (penganjur demonstrasi) sudah melihat ini, semestinya tidak. Tapi kadang-kadang, tak bisa selalu berpikir rasional, tidak bisa objektif," papar dia.

Pendiri Maarif Institute itu mengingatkan semua pihak untuk menjaga situasi kondusif nasional. Dia berharap, jangan ada intervensi atau tendensi politis apa pun atas proses hukum terhadap pejawat itu.

"Apa pun ujungnya, kita harus terima. Tidak usah lagi bersikap tidak adil, bersikap yang memanas-manasi.  Sejak awal saya mengatakan, apa pun keputusannya, diterima dan dihormati. Jangan macam-macam lagi," katanya.

KH Idham Chalid, Putra Pelosok Jadi Pemimpin Nasional


KH Idham Chalid, Putra Pelosok Jadi Pemimpin Nasional
H Mahbub Djunaidi, kolumnis kenamaan itu, dalam tulisannya yang kocak "Wajah", menggambarkan KH Idham Chalid sebagai berikut: perawakannya tipis tak ubahnya dengan umumnya pedagang batu permata dari Banjar.

Meski demikian, menurut Ketua Umum PB PMII pertama tersebut, Kiai Idhamlah yang memegang rekor paling lama menduduki kursi kekuasaan politik negeri ini sejak tahun 1956. Dan paling lama pula menjabat ketua NU. Idham memiliki kelincahan logika tinggi.

KH Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1921 M di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan. Ia adalah anak sulung dari lima bersaudara dari H Muhammad Chalid. Saat usianya baru enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur ayahnya.

Keterkaitannya dengan NU dimulai pada tahun 1952 ketika ia aktif dalam Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan dibawah NU. Dua tahun kemudian ia dipercaya memegang jabatan Sekretaris Jenderal PBNU. Kemudian menjadi Ketua Umum PBNU. Mulai mengemban amanat itu, Idham otomatis sebagai tokoh termuda saat berusia 34 tahun yang pernah memimpin PBNU. Ia memimpin NU pada tahun 1956 sampai tahun 1984. Kepemimpinannya selama 28 tahun adalah sebuah catatan dan prestasi yang fenomenal baik pada masa tersebut maupun masa kini.

Kepemimpinan Idham di PBNU mematahkan mitos Jawa dan luar Jawa. Juga menghapus mitos bahwa Ketua Umum PBNU harus memiliki darah biru, yang dapat diartikan sebagai keturunan ulama besar yang terpandang.

Ayah Idham hanya berprofesi sebagai penghulu di pelosok Amuntai, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 km dari Banjarmasin. Keluasan pergaulan, kemahiran retorika serta kepiawan dalam melobi mengantarkan Idham sebagai tokoh besar pemimpin nasional. Idham menjadi pemimpin besar baik di masa Orde Lama maupun Orde Baru karena kapasitas personal, kegigihan dalam perjuangan serta kemauan keras untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi bangsa dan agama.

Pada masa Perang Kemerdekaan, Idham berjuang di Kalimantan Selatan. Ia bergabung dengan badan perjuangan Serikat Muslim Indonesia (Sermi). Kemudian dengan Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan (SOPIK). Bersama dengan Komandan Divisi IV ALRI, Letnan Kolonel Hassan Basri, ia mendirikan Fonds Nasional Indonesia Kalimantan. Ia ikut bergerilya bersama anggota divisi IV ALRI, bahkan diangkat sebagai penasihat. Pada bulan Maret 1949 ia ditangkap Belanda dan baru dibebaskan pada bulan November.

Dalam bidang pendidikan, pada tahun 1940, Idham menjadi guru di Madrasah Pondok Modern Gontor, bekas almamaternya. Setelah kembali ke daerah kelahirannya di Kalimantan Selatan pada tahun 1944, ia memimpin Normaal Islam School. Ia juga menghimpun sejumlah pesantren dengan mendirikan Ittihad Al Ma'ahid Al Islamiyyah. Kegiatan di dunia pendidikan masih dilanjutkan Idham ketika ia sudah menjadi pimpinan NU. Pada tahun 1956 ia mendirikan perguruan Islam Darul Ma'arif di Jakarta dan pada tahun 1960 mendirikan Pendidikan Yatim Darul Qur'an di Cisarua, Bogor.

Di bidang pemerintahan, beberapa kali Idham Chalid duduk dalam kabinet dengan jabatan antara lain Wakil Perdana Menteri dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957) dan kabinet Juanda (1957-1959). Menteri Utama bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Ampera I (1966-1967), Menteri Negara Kesejahteraan dalam Kabinet Ampera II (1967-1968), Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan I (1968-1973). Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua DPR (1968-1977) dan Ketua MPR (1972-1977), Ketua DPA (1978-1983).

Peraih gelar Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar University Kairo, Mesir ini yang yang mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama dan politisi, wafat pada 11 Juli 2010. Ia dimakamkan di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Setahun kemudian, KH Idham Chalid diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan 6 tokoh lain, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011. Ia merupakan putera Banjar ketiga yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional setelah Pangeran Antasari dan Hasan Basry. Dan kini, sebentar lagi akan menghiasi mata uang Rupiah 5.000. (Abdullah Alawi-nu.or.id)

KH Idham Chalid, Putra Pelosok Jadi Pemimpin Nasional


KH Idham Chalid, Putra Pelosok Jadi Pemimpin Nasional
H Mahbub Djunaidi, kolumnis kenamaan itu, dalam tulisannya yang kocak "Wajah", menggambarkan KH Idham Chalid sebagai berikut: perawakannya tipis tak ubahnya dengan umumnya pedagang batu permata dari Banjar.

Meski demikian, menurut Ketua Umum PB PMII pertama tersebut, Kiai Idhamlah yang memegang rekor paling lama menduduki kursi kekuasaan politik negeri ini sejak tahun 1956. Dan paling lama pula menjabat ketua NU. Idham memiliki kelincahan logika tinggi.

KH Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1921 M di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan. Ia adalah anak sulung dari lima bersaudara dari H Muhammad Chalid. Saat usianya baru enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur ayahnya.

Keterkaitannya dengan NU dimulai pada tahun 1952 ketika ia aktif dalam Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan dibawah NU. Dua tahun kemudian ia dipercaya memegang jabatan Sekretaris Jenderal PBNU. Kemudian menjadi Ketua Umum PBNU. Mulai mengemban amanat itu, Idham otomatis sebagai tokoh termuda saat berusia 34 tahun yang pernah memimpin PBNU. Ia memimpin NU pada tahun 1956 sampai tahun 1984. Kepemimpinannya selama 28 tahun adalah sebuah catatan dan prestasi yang fenomenal baik pada masa tersebut maupun masa kini.

Kepemimpinan Idham di PBNU mematahkan mitos Jawa dan luar Jawa. Juga menghapus mitos bahwa Ketua Umum PBNU harus memiliki darah biru, yang dapat diartikan sebagai keturunan ulama besar yang terpandang.

Ayah Idham hanya berprofesi sebagai penghulu di pelosok Amuntai, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 km dari Banjarmasin. Keluasan pergaulan, kemahiran retorika serta kepiawan dalam melobi mengantarkan Idham sebagai tokoh besar pemimpin nasional. Idham menjadi pemimpin besar baik di masa Orde Lama maupun Orde Baru karena kapasitas personal, kegigihan dalam perjuangan serta kemauan keras untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi bangsa dan agama.

Pada masa Perang Kemerdekaan, Idham berjuang di Kalimantan Selatan. Ia bergabung dengan badan perjuangan Serikat Muslim Indonesia (Sermi). Kemudian dengan Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan (SOPIK). Bersama dengan Komandan Divisi IV ALRI, Letnan Kolonel Hassan Basri, ia mendirikan Fonds Nasional Indonesia Kalimantan. Ia ikut bergerilya bersama anggota divisi IV ALRI, bahkan diangkat sebagai penasihat. Pada bulan Maret 1949 ia ditangkap Belanda dan baru dibebaskan pada bulan November.

Dalam bidang pendidikan, pada tahun 1940, Idham menjadi guru di Madrasah Pondok Modern Gontor, bekas almamaternya. Setelah kembali ke daerah kelahirannya di Kalimantan Selatan pada tahun 1944, ia memimpin Normaal Islam School. Ia juga menghimpun sejumlah pesantren dengan mendirikan Ittihad Al Ma'ahid Al Islamiyyah. Kegiatan di dunia pendidikan masih dilanjutkan Idham ketika ia sudah menjadi pimpinan NU. Pada tahun 1956 ia mendirikan perguruan Islam Darul Ma'arif di Jakarta dan pada tahun 1960 mendirikan Pendidikan Yatim Darul Qur'an di Cisarua, Bogor.

Di bidang pemerintahan, beberapa kali Idham Chalid duduk dalam kabinet dengan jabatan antara lain Wakil Perdana Menteri dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957) dan kabinet Juanda (1957-1959). Menteri Utama bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Ampera I (1966-1967), Menteri Negara Kesejahteraan dalam Kabinet Ampera II (1967-1968), Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan I (1968-1973). Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua DPR (1968-1977) dan Ketua MPR (1972-1977), Ketua DPA (1978-1983).

Peraih gelar Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar University Kairo, Mesir ini yang yang mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama dan politisi, wafat pada 11 Juli 2010. Ia dimakamkan di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Setahun kemudian, KH Idham Chalid diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan 6 tokoh lain, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011. Ia merupakan putera Banjar ketiga yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional setelah Pangeran Antasari dan Hasan Basry. Dan kini, sebentar lagi akan menghiasi mata uang Rupiah 5.000. (Abdullah Alawi-nu.or.id)

Ajengan Siroj Garut: Syaikh Al-Qurra Makkah Asal Pasundan

Ajengan Siroj Garut: Syaikh Al-Qurra Makkah Asal Pasundan
Ajengan Siroj Garut.


Forummuslim.org - Dalam deretan nama Masyâyikh al-Qurrâ (Guru Besar Para Ahli Qira'at al-Qur'an) Masjid al-Haram di Makkah pada paruh pertama abad ke-20 M, tersebutlah dua nama ajengan asal Tatar Pasundan, dan dua-duanya dari wilayah Garut, yaitu Ajengan Siroj Garut (Syaikh Sirâj ibn Muhammad ibn Hasan Qârût, 1895-1970) dan Ajengan Musaddad Garut (Syaikh Musaddad Qâqût).

Nama Syaikh Siroj Garut banyak disinggung dalam sanad ulama-ulama Qira'ah al-Qur'an yang berkarir di Makkah, juga dalam catatan sejarah studi qira'at al-Qur'an dan para guru besarnya di Makkah pada abad ke-20 M. Biografi Syaikh Siroj juga sedikit disinggung dalam laman Makkawi Qiblah al-Dunyâ.

Syaikh Siroj Garut dilahirkan di Makkah pada tahun 1313 H (1895 M) dari keluarga Sunda asal Garut yang bermukim di Makkah. Dalam reportase Snouck Hurgronje (Mekka in the Latter Part of the 19th Century), disebutkan jika orang-orang Sunda adalah salah satu bangsa Nusantara (Jâwî) yang paling banyak bermukim di Makkah di akhir abad ke-19 M.

Ketika berusia 13 tahun (1908 M), Siroj pergi ke kampung leluhurnya di Garut sekaligus belajar di beberapa pesantren di Jawa selama beberapa tahun. Tidak disebutkan di pesantren mana sajakah Siroj menjejakkan kakinya. Namun, merujuk pada catatan sejarah, di awal abad ke-20 M terdapat beberapa pesantren besar di Tatar Pasundan, seperti Pesantren Suka Miskin Bandung, Pesantren Gentur Cianjur, Pesantren Cikudang, Pesantren Cibarusah Bekasi, Pesantren Tanara Banten, Pesantren Sempur Purwakarta, dan lain-lain.

Sementara di Jawa pada masa itu, terdapat juga pesantren-pesantren besar seperti Babakan Cirebon, Buntet Cirebon, Darat Semarang, Lasem Rembang, Siwalan Panji Sidoarjo, Tebu Ireng Jombang, hingga Bangkalan Madura.

Para ulama pengasuh pesantren di atas rata-rata pernah belajar dan bermukim lama di Mekkah, seperti Syaikh Jamil Buntet, Syaikh Soleh Darat Semarang, Syaikh Dahlan Abdullah Tremas, Syaikh Abdul Muhith Sidoarjo, Syaikh Baidhowi Ma'shum Lasem, Syaikh Hasyim Asy'ari Jombang, Syaikh Kholil Bangkalan, dan lain-lain.

Jadi, besar kemungkinan selama berada, belajar, dan bermukim di Nusantara, Siroj belajar di pesantren-pesantren yang memiliki jaringan intelektual Nusantara-Haramain itu. Dan di pesantren-pesatren itulah Siroj belajar berbagai bidang ilmu keagamaan Islam, mulai dari tata bahasa Arab, yurisprudensi (fiqih), teologi, tafsir, hadits, dan lain sebagainya.

Setelah beberapa tahun berada di Nusantara, Siroj kemudian kembali ke Mekka dan melanjutkan pengembaraan intelektualnya di sana. Siroj lebih spesifik menekuni bidang Qira'ah al-Qur'an. Di Makkah ia pun belajar pada Masyâyikh al-Qurrâ di zamannya, seperti Syaikh al-Ghamrâwî, Syaikh Ma'mûn al-Bantanî al-Jâwî, Syaikh Ahmad al-Tîjî.

Syaikh Siroj kemudian mendapatkan lisensi (ijâzah) untuk mengajar Ilmu Qira'ah di Masjid al-Haram dan di kediamannya di distrik (hay) al-Qasyâsyiyyah. Beliau juga didaulat untuk menjadi muqrî (pelantun al-Qur'an) yang dilantik resmi oleh Kerajaan Saudi Arabia dan rutin melantunkan al-Qur'an di Masjid al-Haram setiap harinya.

Pada tahun 1369 H (1949 M), ketika Stasiun Radio Kerajaan Saudi Arabia didirikan, Syaikh Siroj pun diangkat menjadi Muqrî al-Qur'an di sana lantunan bacaan al-Qur'annya yang tartil dan merdu pun direkam dan diputar berulang-ulang. Di sana beliau bersama-sama dengan Syaikh 'Umar Arba'în, Syaikh Muhammad Nûr Abû al-Khair, Syaikh Zakî al-Daghastânî, dan lain-lain.

Syaikh Siroj Garut wafat di Makkah pada 26 Rabî al-Awwal tahun 1390 H (1 Juni 1970 M). Selain Syaikh Siroj Garut, ada banyak beberapa nama ulama asal Tatar Pasundan yang berkarir di Makkah pada awal abad ke-20 M yang disinggung beberapa buku kesejarahan berbahasa Arab.

Penulis adalah Dosen Pascasarjana STAINU Jakarta. (nu.or.id)


Ahok Resmi Berstatus Tersangka Kasus Penistaan Agama

 Ahok Resmi Berstatus Tersangka Kasus Penistaan Agama


Forummuslim.org - Kabareskrim Mabes Polri komjen Pol Ari Dono Sukmanto Rabu (16/11) akhirnya menyampaikan kesimpulan gelar perkara kasus penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ia menyatakan Ahok resmi berstatus sebagai tersangka.

Demikian dilaporkan Antara, Rabu. Sebelumnya Ahok dianggap melanggar Pasal 156a KUHP dan Pasal 28 Ayat (1) UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang sejak awal mengimbau masyarakat untuk menyerahkan pengusutan kasus Ahok kepada proses hukum menerima keputusan tersebut. Hal ini ia sampaikan sejak usai menerima kunjungan Presiden Joko Widodo Senin (7/11) lalu di kantor PBNU, Jakarta.

Menurutnya, sebagai warga negara yang menjunjung tinggi konstitusi, masyarakat harus menggunakan pendekatan hukum sebagai jalur yang paling sah dalam berdemokrasi. Kang Said juga mendorong umat Islam dan masyarakat secara umum tetap menjaga persatuan tanpa saling memprovokasi.

"PBNU menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu, senantiasa membangun ukhuwah dan memperkokoh ikatan kebangsaan kita," seru Kang Said. (nu.or.id)

Jumat, 04 November 2016

Jalan Menuju Istiqlal Sangat Padat, Massa dan Logistik Mengantri Masuk

Menjelang subuh, Jumat (4/11), jalanan menuju masjid Istiqlal mulai
padat. Bus dan kendaraan pribadi mengantre untuk menurunkan
penumpangnya di gerbang Istiqlal. Umat Islam berdatangan dari berbagai
daerah secara perseorangan maupun berkelompok.

Berdasarkan pengamatan,
pada pukul 03.30 WIB, massa bersorban dan berkopiah putih turun dari
sejumlah bus untuk bergabung dengan peserta Aksi Bela Islam II lainnya
yang sudah lebih dulu mengisi malam di masjid Istiqlal.


Sementara itu, kendaraan pengangkut logistik untuk para pengunjuk rasa
juga turut mencari jalan untuk masuk ke Istiqlal. Mbah Warno, relawan
di Posko Logistik, mengatakan bantuan tidak saja datang dari Jakarta
dan sekitarnya. "Kami juga telah menerima pasokan logistik dari warga
Garut," ungkap Mbah Warno. Sumbangan warga beragam jenisnya, mulai
dari air mineral, makanan, dan buah-buahan. "Kami dan para donatur tak
saling mengenal. Ini Allah SWT yang menggerakkan," ujar Warno terharu.
(sumber : republika.co.id)

AJI : Pemblokiran Situs Harus Dapat Diuji Pengadilan

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mempertanyakan tidak
adanya mekanisme pengujian atas kebijakan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) dalam pemblokiran 11 situs yang diduga
mengandung konten Suku, Agama, dan Ras (SARA) yang membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa.


Ketua AJI Indonesia, Suwarjono menyerukan kepada semua pihak untuk
menghormati kaidah-kaidah pelaksanaan kebebasan berekspresi
sebagaimana diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
serta Konvenan Sipil dan Politik. "Pelaksanaan kebebasan berekspresi
harus mengacu kepada prinsip-prinsip yang diatur DUHAM maupun Konvenan
Sipil dan Politik," kata Suwarjono.
Suwarjono menyatakan, lantaran medium internet bersifat seketika dan
tanpa batas-batas, misalnya batas geografis, maka pembatasan sebagai
pelaksanaan aturan Konvenan Sipil dan Politik memang boleh
diberlakukan seketika. "Contohnya dengan memblokir situs-situs yang
menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang
merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau
kekerasan," jelas Suwarjono.
Akan tetapi, Suwarjono menegaskan tetap harus ada mekanisme pengadilan
untuk sesegera mungkin menguji objektivitas penilaian pemerintah
terkait dugaan anjuran kebencian oleh suatu situs atas dasar
kebangsaan, ras atau agama yang menimbulkan hasutan untuk melakukan
diskriminasi, permusuhan atau kekerasan. "Mekanisme uji oleh
pengadilan penting agar kewenangan negara untuk memastikan pelaksanaan
kebebasan berekspresi mengikuti aturan Konvenan Sipil dan Politik
tidak disalahgunakan untuk kepentingan penguasa," ujar Suwarjono.


Ketua Bidang Advokasi AJI Indonesia Iman D Nugroho mengatakan segala
macam bentuk pemblokiran berpotensi melanggar kebebasan warga negara
untuk berekspresi. Risiko itu muncul saat perangkat hukum yang
dijalankan pemerintah tidak mencakup rumusan mekanisme uji pengadilan,
"Mekanisme pengujian pengadilan atas keputusan pemerintah meminta ISP
memblokir akses 11 situs harus dilakukan secepat-cepatnya untuk
memastikan hak warga negara memperoleh informasi tidak dilanggar,"
kata Iman.


AJI Indonesia juga menyerukan kepada semua pihak untuk menggunakan
kebebasan berekspresi dengan sebaik-baiknya. Pada Kamis (3/11),
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo telah berkirim
surat kepada sejumlah Internet Service Provider (ISP) yang isinya
meminta 11 situs tersebut diblokir sementara. Permintaan pemblokiran
itu dilakukan terkait dengan dugaan bahwa kesebelas laman internet itu
telah menyebarluaskan konten yang mengandung unsur SARA.
(republika.co.id)

Kamis, 03 November 2016

Cermin


Aku berkaca di depan cermin,
agar dapat ku nikmati wajahku yang bagus rupawan,
barangkali di wajahku ini tersembunyi keagungan,
agar dapat aku berbangga pada setiap orang,
dan cermin itu mengatakan dengan sungguh,
aku seperti yang ku sangkakan,
barangkali kemuliaan !


Sepuluh tahun telah berlalu,
cermin itu telah kusam dan retak-retak,
aku berkaca lagi di depan cermin itu,
ku hayati dalam-dalam,
aku terkejut bukan kepalang,
wajahku terpetak-petak !
Seperti rasa hatiku yang terkotak-kotak,
aku makin ngeri dan ketakutan,
di dalam cermin itu
bibir tuaku tersenyum,
dengan senyuman yang tak lagi menawan.


Ku sangka diri ini bahagia,
dengan keagungan dan kemuliaan yang dibangga-banggakan,
ku kira diri ini penuh keindahan dan keabadian,
ternyata jasad rapuh ditelan usia.


Aku gelap mata,
cermin itu aku banting dan hancur berantakan,
hilang bayang wajahku,
musnah senyum nestapaku.


Cermin saksi kejujuran
tunjuki aku gambar sebenarnya
mestinya, bukan hanya kepadamu aku mengaca,
tiap orang lain adalah cermin,
alam semesta adalah cermin,
kegagalan dan keberhasilan adalah cermin,
mengajari kita bijaksana.

Cermin telah hancur berantakan,
serpihmu membiaskan sinar,
hati kecilku mendapat cahaya penerang, 
meski hancur, kau tetap cermin,
yang teguh dalam kejujuran.


- - -

Jakarta 29 Oktober 1995

By Muhammad Saroji

©Copyright - All rights reserved

Khalwat



Ada rinduku datang tiba-tiba,
wahai Kekasihku,
tapi kau tak mencintaiku lagi,
mungkinkah ada kau dan aku dalam seia sekata ?


Ku reguk secawan air kehidupan,
asap dupa mengepul menyapa langit,
wahai Kekasihku,
mestinya ku sanjung dirimu sepanjang siang sepanjang malam,
tapi tanpa cintamu,
apa arti ?

Ku reguk lagi seribu air kehidupan,
tenggorokan haus ini bagai disiram air hujan,
tapi tanpa cinta kasihmu
jiwa ini tetap gersang bukan ?


Wahai Kekasihku,
tiada lagi air kehidupan,
hanya cangkir kosong hampa tersisa,
terbias di dalamnya wajah duka nestapa.

Ini rinduku masih ada,
tapi tiba-tiba menjadi dendam kebencian
cinta itu apa,
di mana kasih dan sayang,
yang bercinta dan berkasih sayang
kehilangan makna !


Malam telah berlalu,
azan subuh mengalun menggema,
Duh, Tuhanku
ternyata aku terjatuh pada sebuah prasangka,
betapa bolak baliknya hati manusia,
ku jemput seruanMu,
melupakan perih dari luka sejenak,
ternyata dalam siksaMu
ku temui keagunganMu.

-- -

Jakarta, 29 Oktober 1995
By Muhammad Saroji
© Copyright - All rights reserved

Siapa Mengira


Siapa mengira,
nikmat kehidupan dalam sekejap bisa berubah menjadi bencana,
berharap perjalanan hidup tanpa rintangan,
tidur diselimuti hamparan sutra,
ditemani para bidadari dalam mimpi indah,
kanan kiri puji dan sanjungan.


Kehidupan itu tak selamanya indah,
kau percaya tidak?
Bahkan anak-anak dan istri tersayang bisa menjadi fitnah !


Kasihan pemuja cinta dusta,
amat menderita para pendosa dan penggila dunia,
kekerdilan itu jangan disembah-sembah,
mengkhianati amanat itu amat durhaka !


(aku terdiam sejenak, mengapa aku ngomel-ngomel....)
Biarkan langkah kaki mencari jalannya,
seperti burung-burung membelah angkasa, indah dan alamiah.
Jangan jadikan jiwamu bagaikan burung dalam sangkar, terbelenggu dan terjajah.


Di tengah kegersangan padang pasir,
siapa sangka bayangan mata air itu ternyata hanya fatamorgana,
jiwa-jiwa garang makin kehausan,
burung-burung bangkai berteriak lantang,
mentertawakan tangisan sedu sedan,
kembang kamboja luruh di tepi nisan,
di sana ada kehidupan, menantikan kematian mengetuk pintunya,
karena di sana ada amal yang harus dipertanggungjawabkan,
kematian itu nyata,
seperti kehidupan ini nyata.


- - -

Bantar Gebang - Bekasi, 15 Mei 2009
By Muhammad Saroji
© Copyrights - All rights reserved

Selasa, 01 November 2016

Catatan Kecil Sang Narapidana : Pink


Senja delapan belas hari,
rembulan tertutup mendung di ufuk yang tinggi,
malam ini perkenankan aku berbaring di lantai dingin,
dingin sekali.


Inilah hariku,
lembar cerita merenda kehidupan,
ingin benar aku mengadu
sakit dan perih ini benar menyiksa,
tapi tanpamu buat apa ?


Pink,
bias warna itu indah,
di lantai dingin ini cerita kita menjadi sejarah,
jeritan sukma terpenjara


----

Jakarta 28 Oktober 1995
By Muhammad Saroji
© Copyrights - All rights reserved