Senin, 31 Agustus 2015

Advokat dalam Tinjauan Fiqh

Setiap orang yang mempunyai masalah hukum baik terkait hukum pidana
maupun hukum perdata dapat menggunakan jasa advokat. Advokat adalah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik konsultasi maupun
litigasi (pendampingan di persidangan), dan atas jasa hukum yang
diberikan dia berhak atas honor, terkadang ditambah bonus, yang
disepakati sebelumnya.


Advokat yang mendampingi klien berkewajiban memastikan bahwa proses
hukum yang dijalani oleh kliennya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Dengan demikian kliennya akan mendapatkan keadilan
atas proses tersebut.


Dalam beberapa kasus, baik perkara pidana maupun perdata, advokat
bertindak melampui kewenangannya semata-mata untuk memenangkan
kliennya. Seperti menyodorkan bukti-bukti palsu, mengarahkan
saksi-saksi untuk berbohong, dan lainnya. Apalagi, kebenaran perkara
pidana didasarkan pada kebenaran materiil, dan kebenaran perkara
perdata hanya didasarkan pada bukti-bukti formal.


Pada saat pemerintah dan masyarakat berjihad memberantas korupsi dan
narkoba, justru ada sebagian advokat dengan berdasar asas praduga tak
bersalah berusaha membela matian-matian untuk membebaskannya kliennya
dari jerat hukum, sekalipun dengan cara-cara yang sesungguhnya
melanggar hukum.

Pertanyaan :
1. Bagaimana hukum seorang advokat yang menggunakan segala cara demi
memenangkan kliennya?. Misalnya, dalam perkara perdata dimana pelaku
yang memiliki KTP atau sertifikat tanah yang secara bukti formal benar
akan tetapi sejatinya salah.

2. Apa hukum honor advokat yang membela klien yang terduga salah,
seperti kasus korupsi atau narkoba?

Jawaban :

1. Hukum seorang advokat yang menggunakan segala cara demi memenangkan
kliennya adalah haram. Karena beberapa alasan, diantaranya;
menghalangi pihak lain untuk mendapatkan haknya, terdapat unsur
manipulasi, atau membantu kedzaliman.

2.Pada dasarnya hukum honor advokat adalah halal. Adapun jika advokat
tersebut dalam rangka membela klien yang terduga salah maka diperinci
(tafshil) sebagai berikut: Apabila ia yakin atau punya dugaan kuat
bahwa upayanya adalah untuk menegakkan keadilan maka hukum honornya
halal. Dan apabila ia yakin atau punya dugaan bahwa upayanya untuk
melawan keadilan maka hukumnya haram.

Sumber : Keputusan Bahtsul Masail Muktamar ke-33 NU. Muktamarnu.com

Sabtu, 29 Agustus 2015

KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai NU Yang Menjadi Pemimpinnya Para Wali (Wali Quthub)

Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar
NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut
adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta
lambang NU.


Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian
bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya
pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.


Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas.
Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki.
Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau
ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada
di maqam fana?"


Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah
lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu
dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di
Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah.

Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke
Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini
tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar,"kata Kyai As'ad.
"Kenapa?"tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini,"kata Kyai As'ad. "Namun
Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah
pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai
terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?"tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh
pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya
tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya
ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru
kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada
secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti
ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.

Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin
mengambil ijazah itu."Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya
saja ijazah itu harus dilembalikan,"kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah
itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa
peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai
As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya:"Ada satu Kyai,
yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?"Tanya Kyai As'ad dengan
nada marah.

Saya pun dimarahi oleh beliau."Sampean ke sana dengan saya pinjami
ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean
ini!"katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20
tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?"jawabku.
"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?"Tanya Kyai As'ad.
"Ayat Al Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau
ya tidak usah!"jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan Al Quran? Gila Sampean
ini!"kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai,"kata saya melucu.

Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata
Bos:"Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan
ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai
As'ad,"jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.
Lalu 'Bos' berkata:"Ya... tidak maunya itu ngakunya!"

Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:


فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami
mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?"(QS. an-Nisa ayat 41).

Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis
sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan
yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos'
tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.


Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak
seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium
tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya
izinkan mencium tangan saya,"kata Kyai As'ad masih dalam keadaan
terisak.

Saya pucat."Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak),"begitu dalam
benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di
dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu.
Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya
minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar
jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa
diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku.

Sumber : www.padhang-mbulan.org

KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai NU Yang Menjadi Pemimpinnya Para Wali (Wali Quthub)

Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar
NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut
adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta
lambang NU.


Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian
bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya
pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.


Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas.
Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki.
Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau
ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada
di maqam fana?"


Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah
lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu
dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di
Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah.

Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke
Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini
tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar,"kata Kyai As'ad.
"Kenapa?"tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini,"kata Kyai As'ad. "Namun
Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah
pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai
terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?"tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh
pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya
tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya
ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru
kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada
secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti
ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.

Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin
mengambil ijazah itu."Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya
saja ijazah itu harus dilembalikan,"kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah
itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa
peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai
As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya:"Ada satu Kyai,
yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?"Tanya Kyai As'ad dengan
nada marah.

Saya pun dimarahi oleh beliau."Sampean ke sana dengan saya pinjami
ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean
ini!"katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20
tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?"jawabku.
"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?"Tanya Kyai As'ad.
"Ayat Al Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau
ya tidak usah!"jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan Al Quran? Gila Sampean
ini!"kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai,"kata saya melucu.

Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata
Bos:"Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan
ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai
As'ad,"jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.
Lalu 'Bos' berkata:"Ya... tidak maunya itu ngakunya!"

Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:


فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami
mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?"(QS. an-Nisa ayat 41).

Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis
sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan
yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos'
tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.


Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak
seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium
tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya
izinkan mencium tangan saya,"kata Kyai As'ad masih dalam keadaan
terisak.

Saya pucat."Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak),"begitu dalam
benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di
dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu.
Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya
minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar
jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa
diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku.

Sumber : www.padhang-mbulan.org

KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai NU Yang Menjadi Pemimpinnya Para Wali (Wali Quthub)

Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar
NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut
adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta
lambang NU.


Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian
bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya
pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.


Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas.
Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki.
Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau
ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada
di maqam fana?"


Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah
lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu
dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di
Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah.

Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke
Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini
tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar,"kata Kyai As'ad.
"Kenapa?"tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini,"kata Kyai As'ad. "Namun
Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah
pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai
terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?"tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh
pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya
tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya
ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru
kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada
secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti
ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.

Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin
mengambil ijazah itu."Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya
saja ijazah itu harus dilembalikan,"kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah
itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa
peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai
As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya:"Ada satu Kyai,
yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?"Tanya Kyai As'ad dengan
nada marah.

Saya pun dimarahi oleh beliau."Sampean ke sana dengan saya pinjami
ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean
ini!"katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20
tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?"jawabku.
"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?"Tanya Kyai As'ad.
"Ayat Al Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau
ya tidak usah!"jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan Al Quran? Gila Sampean
ini!"kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai,"kata saya melucu.

Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata
Bos:"Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan
ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai
As'ad,"jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.
Lalu 'Bos' berkata:"Ya... tidak maunya itu ngakunya!"

Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:


فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami
mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?"(QS. an-Nisa ayat 41).

Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis
sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan
yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos'
tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.


Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak
seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium
tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya
izinkan mencium tangan saya,"kata Kyai As'ad masih dalam keadaan
terisak.

Saya pucat."Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak),"begitu dalam
benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di
dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu.
Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya
minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar
jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa
diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku.

Sumber : www.padhang-mbulan.org

KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai NU Yang Menjadi Pemimpinnya Para Wali (Wali Quthub)

Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar
NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut
adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta
lambang NU.


Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian
bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya
pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.


Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas.
Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki.
Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau
ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada
di maqam fana?"


Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah
lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu
dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di
Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah.

Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke
Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini
tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar,"kata Kyai As'ad.
"Kenapa?"tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini,"kata Kyai As'ad. "Namun
Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah
pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai
terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?"tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh
pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya
tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya
ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru
kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada
secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti
ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.

Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin
mengambil ijazah itu."Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya
saja ijazah itu harus dilembalikan,"kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah
itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa
peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai
As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya:"Ada satu Kyai,
yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?"Tanya Kyai As'ad dengan
nada marah.

Saya pun dimarahi oleh beliau."Sampean ke sana dengan saya pinjami
ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean
ini!"katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20
tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?"jawabku.
"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?"Tanya Kyai As'ad.
"Ayat Al Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau
ya tidak usah!"jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan Al Quran? Gila Sampean
ini!"kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai,"kata saya melucu.

Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata
Bos:"Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan
ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai
As'ad,"jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.
Lalu 'Bos' berkata:"Ya... tidak maunya itu ngakunya!"

Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:


فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami
mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?"(QS. an-Nisa ayat 41).

Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis
sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan
yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos'
tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.


Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak
seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium
tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya
izinkan mencium tangan saya,"kata Kyai As'ad masih dalam keadaan
terisak.

Saya pucat."Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak),"begitu dalam
benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di
dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu.
Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya
minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar
jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa
diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku.

Sumber : www.padhang-mbulan.org

KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Kyai NU Yang Menjadi Pemimpinnya Para Wali (Wali Quthub)

Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar
NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut
adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta
lambang NU.


Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian
bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya
pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.


Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas.
Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki.
Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau
ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada
di maqam fana?"


Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah
lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu
dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di
Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah.

Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke
Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini
tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar,"kata Kyai As'ad.
"Kenapa?"tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini,"kata Kyai As'ad. "Namun
Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah
pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai
terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?"tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh
pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya
tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya
ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru
kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada
secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti
ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.

Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin
mengambil ijazah itu."Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya
saja ijazah itu harus dilembalikan,"kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah
itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa
peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai
As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya:"Ada satu Kyai,
yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?"Tanya Kyai As'ad dengan
nada marah.

Saya pun dimarahi oleh beliau."Sampean ke sana dengan saya pinjami
ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean
ini!"katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20
tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?"jawabku.
"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?"Tanya Kyai As'ad.
"Ayat Al Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau
ya tidak usah!"jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan Al Quran? Gila Sampean
ini!"kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai,"kata saya melucu.

Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata
Bos:"Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan
ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai
As'ad,"jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.
Lalu 'Bos' berkata:"Ya... tidak maunya itu ngakunya!"

Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:


فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami
mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?"(QS. an-Nisa ayat 41).

Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis
sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan
yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos'
tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.


Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak
seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium
tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya
izinkan mencium tangan saya,"kata Kyai As'ad masih dalam keadaan
terisak.

Saya pucat."Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak),"begitu dalam
benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di
dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu.
Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya
minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar
jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa
diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku.

Sumber : www.padhang-mbulan.org

Kamis, 27 Agustus 2015

MUI Keluarkan Fatwa Tentang Kriminalisasi Hubungan Suami Istri

Komisi C Bidang Fatwa pada Musyawarah Nasional ke 9 Majelis Ulama
Indonesia (MUI), juga mengesahkan Fatwa tentang kriminalisasi hubungan
suami istri.
"Pada dasarnya, relasi suami istri harus dibangun sebagai manifestasi
dari cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), dan pelaksanaan
hubungan suami isteri merupakan ibadah," ujar Sekretaris Komisi Fatwa
Munas MUI DR HM Asrorun Ni'am Sholeh di lokasi munas, Hotel Garden
Palace Surabaya, Rabu (26/8/2015).


Fatwa tersebut dituangkan dalam Fatwa MUI Nomor 02/MUNAS-IX/MUI/2015
juga dijelaskan, pasangan suami istri haram melaksanakan hubungan
seksual dalam kondisi yang terlarang secara syar'i yakni, Istri dalam
kondisi haid dan nifas. Suami atau istri sedang berpuasa ramadhan.
Suami atau istri sedang ihram. Dengan cara liwath (anal sex). Dalam
kondisi sakit yang tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan suami
istri.
"Suami wajib menjalin interaksi dengan istri secara makruf dan
karenanya suami tidak boleh memaksa hubungan seksual kepada istri. Dan
istri wajib taat pada suami sepanjang tidak untuk perbuatan maksiat,
karenanya istri tidak boleh menolak ajakan suami untuk melakukan
hubungan seksual kecuali dalam kondisi yang terlarang secara syar'i,"
tuturnya.


Asrorun yang juga Ketua KPAI ini menambahkan, hubungan seksual antara
suami dalam situasi terpaksa adalah khilaful aula (tidak sesuai dengan
yang utama), tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai perkosaan.
"Kriminalisasi hubungan suami istri bertentangan dengan hukum Islam," jelasnya.


Komisi Fatwa MUI ini merekomendasikan kepada pemerintah dan DPR harus
mereview ketentuan peraturan perundang-undangan untuk disesuaikan
dengan fatwa ini.
"Aparat penegak hukum harus memahami secara utuh bahwa, pidana
perkosaan tidak dapat diterapkan dalam hubungan seksual yang dilakukan
suami istri," katanya.
"Masyarakat perlu memahami etika hubungan suami istri untuk menjamin
terwujudnya hubungan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah,"
tandasnya.

Sumber : detiknews.com

MUI Keluarkan Fatwa Tentang Kriminalisasi Hubungan Suami Istri


Forummuslim,org - Komisi C Bidang Fatwa pada Musyawarah Nasional ke 9 Majelis Ulama
Indonesia (MUI), juga mengesahkan Fatwa tentang kriminalisasi hubungan
suami istri.
"Pada dasarnya, relasi suami istri harus dibangun sebagai manifestasi
dari cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), dan pelaksanaan
hubungan suami isteri merupakan ibadah," ujar Sekretaris Komisi Fatwa
Munas MUI DR HM Asrorun Ni'am Sholeh di lokasi munas, Hotel Garden
Palace Surabaya, Rabu (26/8/2015).


Fatwa tersebut dituangkan dalam Fatwa MUI Nomor 02/MUNAS-IX/MUI/2015
juga dijelaskan, pasangan suami istri haram melaksanakan hubungan
seksual dalam kondisi yang terlarang secara syar'i yakni, Istri dalam
kondisi haid dan nifas. Suami atau istri sedang berpuasa ramadhan.
Suami atau istri sedang ihram. Dengan cara liwath (anal sex). Dalam
kondisi sakit yang tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan suami
istri.
"Suami wajib menjalin interaksi dengan istri secara makruf dan
karenanya suami tidak boleh memaksa hubungan seksual kepada istri. Dan
istri wajib taat pada suami sepanjang tidak untuk perbuatan maksiat,
karenanya istri tidak boleh menolak ajakan suami untuk melakukan
hubungan seksual kecuali dalam kondisi yang terlarang secara syar'i,"
tuturnya.


Asrorun yang juga Ketua KPAI ini menambahkan, hubungan seksual antara
suami dalam situasi terpaksa adalah khilaful aula (tidak sesuai dengan
yang utama), tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai perkosaan.
"Kriminalisasi hubungan suami istri bertentangan dengan hukum Islam," jelasnya.


Komisi Fatwa MUI ini merekomendasikan kepada pemerintah dan DPR harus
mereview ketentuan peraturan perundang-undangan untuk disesuaikan
dengan fatwa ini.
"Aparat penegak hukum harus memahami secara utuh bahwa, pidana
perkosaan tidak dapat diterapkan dalam hubungan seksual yang dilakukan
suami istri," katanya.
"Masyarakat perlu memahami etika hubungan suami istri untuk menjamin
terwujudnya hubungan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah,"
tandasnya.

Sumber : detiknews.com

Selasa, 25 Agustus 2015

Majelis Zikir : Cinta Tanah Air Adalah Bagian Dari Keimanan

Majelis Zikir Nurul Mushtofa pimpinan Al-Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
dan Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Cinta Negeri (Gentari),
menggelar perayaan tabligh akbar dalam bentuk doa dan zikir untuk
negeri bertepatan peringatan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta, Sabtu.
"Islam mengajarkan arti cinta Tanah Air sebagai bagian dari keimanan
umatnya. Belum lagi, adanya peran umat Islam melalui
pemimpin-pemimpinnya yang begitu aktif dalam sejarah membela Republik
ini, termasuk dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia dari tangan
penjajah," ujar perwakilan majelis zikir, Sentot Panca Wardhana.


Sentot yang sering mendampingi Habib Hasan di acara tabligh akbar
Majelis Nurul Mushtofa tersebut menambahkan pemaknaan zikir atau
tabligh akbarnya justru banyak diorientasikan bagi kepentingan menjaga
semangat berbangsa. Itu artinya, nilai-nilai dakwah atau zikir pada
jamaah Majelis Nurul Mushtofa sengaja dihadirkan bukan saja untuk
memperkuat keimanan anggota jamaahnya, kecintaan kepada Rasulullah
SAW, namun juga digunakan untuk mengikat kecintaan terhadap Tanah Air.
"Hal ini telah menjadi semangat Majelis Zikir Nurul Mushtofa di
berbagai kegiatan tabligh akbar atau dakwahnya, guna membangun
kesadaran maupun cinta negeri dan rakyat di Tanah Air secara luas,
serta sekaligus memperkuat akar keimanan para jamaah Nurul Mushtofa ke
arah ikatan cinta NKRI yang lebih dalam."


Selain itu, acara tersebut juga mengobarkan kecintaan bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW dan ungkapan untuk memelihara NKRI sebagai
kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam secara nasional.
"Di berbagai acara tabligh akbarnya, Majelis Nurul Mushtofa di bawah
kepemimpinan Habib Hasan sudah sangat jelas sikap dan arahnya dalam
berdakwah yaitu dengan cara yang sejuk, mengajarkan arti shalawat, dan
memberi pegangan kepada jamaah agar tidak merendahkan keberadaan
republik ini," jelas dia.


Di mata Sentot, konsep berdakwah yang sejuk dan memelihara keutuhan
umat, serta dengan mengembangkan sisi menyemarakkan kecintaan pada
republik, jelas merupakan kelebihan dari dakwah Majelis Nurul
Mushtofa.
"Inilah, agaknya, mengapa tabligh akbar Nurul Mushtofa selalu
dibanjiri oleh ribuan jamaah dari berbagai tempat, yang sengaja
mendatanginya meski berasal dari daerah jauh," papar dia.


Acara tersebut dihadiri ribuan jamaah Majelis Zikir Nurul Mushtofa,
termasuk mendatangkan kalangan habib dan pemuka agama dari sekitar
Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, serta daerah lainnya.
Selain itu mengundang sosok pemimpin umat kharismatik asal Pekalongan,
Jawa Tengah yakni Habib Lutfi Bin Yahya dan putera almarhum mubaligh
kondang KH Zainuddin MZ, KH Fikri Haikal MZ.

Sumber : antaranews.com

Majelis Zikir : Cinta Tanah Air Adalah Bagian Dari Keimanan

Majelis Zikir Nurul Mushtofa pimpinan Al-Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
dan Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Cinta Negeri (Gentari),
menggelar perayaan tabligh akbar dalam bentuk doa dan zikir untuk
negeri bertepatan peringatan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta, Sabtu.
"Islam mengajarkan arti cinta Tanah Air sebagai bagian dari keimanan
umatnya. Belum lagi, adanya peran umat Islam melalui
pemimpin-pemimpinnya yang begitu aktif dalam sejarah membela Republik
ini, termasuk dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia dari tangan
penjajah," ujar perwakilan majelis zikir, Sentot Panca Wardhana.

Sentot yang sering mendampingi Habib Hasan di acara tabligh akbar
Majelis Nurul Mushtofa tersebut menambahkan pemaknaan zikir atau
tabligh akbarnya justru banyak diorientasikan bagi kepentingan menjaga
semangat berbangsa. Itu artinya, nilai-nilai dakwah atau zikir pada
jamaah Majelis Nurul Mushtofa sengaja dihadirkan bukan saja untuk
memperkuat keimanan anggota jamaahnya, kecintaan kepada Rasulullah
SAW, namun juga digunakan untuk mengikat kecintaan terhadap Tanah Air.
"Hal ini telah menjadi semangat Majelis Zikir Nurul Mushtofa di
berbagai kegiatan tabligh akbar atau dakwahnya, guna membangun
kesadaran maupun cinta negeri dan rakyat di Tanah Air secara luas,
serta sekaligus memperkuat akar keimanan para jamaah Nurul Mushtofa ke
arah ikatan cinta NKRI yang lebih dalam."

Selain itu, acara tersebut juga mengobarkan kecintaan bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW dan ungkapan untuk memelihara NKRI sebagai
kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam secara nasional.
"Di berbagai acara tabligh akbarnya, Majelis Nurul Mushtofa di bawah
kepemimpinan Habib Hasan sudah sangat jelas sikap dan arahnya dalam
berdakwah yaitu dengan cara yang sejuk, mengajarkan arti shalawat, dan
memberi pegangan kepada jamaah agar tidak merendahkan keberadaan
republik ini," jelas dia.

Di mata Sentot, konsep berdakwah yang sejuk dan memelihara keutuhan
umat, serta dengan mengembangkan sisi menyemarakkan kecintaan pada
republik, jelas merupakan kelebihan dari dakwah Majelis Nurul
Mushtofa.
"Inilah, agaknya, mengapa tabligh akbar Nurul Mushtofa selalu
dibanjiri oleh ribuan jamaah dari berbagai tempat, yang sengaja
mendatanginya meski berasal dari daerah jauh," papar dia.

Acara tersebut dihadiri ribuan jamaah Majelis Zikir Nurul Mushtofa,
termasuk mendatangkan kalangan habib dan pemuka agama dari sekitar
Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, serta daerah lainnya.
Selain itu mengundang sosok pemimpin umat kharismatik asal Pekalongan,
Jawa Tengah yakni Habib Lutfi Bin Yahya dan putera almarhum mubaligh
kondang KH Zainuddin MZ, KH Fikri Haikal MZ.

Sumber : antaranews.com

Majelis Zikir : Cinta Tanah Air Adalah Bagian Dari Keimanan

Majelis Zikir Nurul Mushtofa pimpinan Al-Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
dan Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Cinta Negeri (Gentari),
menggelar perayaan tabligh akbar dalam bentuk doa dan zikir untuk
negeri bertepatan peringatan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta, Sabtu.
"Islam mengajarkan arti cinta Tanah Air sebagai bagian dari keimanan
umatnya. Belum lagi, adanya peran umat Islam melalui
pemimpin-pemimpinnya yang begitu aktif dalam sejarah membela Republik
ini, termasuk dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia dari tangan
penjajah," ujar perwakilan majelis zikir, Sentot Panca Wardhana.


Sentot yang sering mendampingi Habib Hasan di acara tabligh akbar
Majelis Nurul Mushtofa tersebut menambahkan pemaknaan zikir atau
tabligh akbarnya justru banyak diorientasikan bagi kepentingan menjaga
semangat berbangsa. Itu artinya, nilai-nilai dakwah atau zikir pada
jamaah Majelis Nurul Mushtofa sengaja dihadirkan bukan saja untuk
memperkuat keimanan anggota jamaahnya, kecintaan kepada Rasulullah
SAW, namun juga digunakan untuk mengikat kecintaan terhadap Tanah Air.
"Hal ini telah menjadi semangat Majelis Zikir Nurul Mushtofa di
berbagai kegiatan tabligh akbar atau dakwahnya, guna membangun
kesadaran maupun cinta negeri dan rakyat di Tanah Air secara luas,
serta sekaligus memperkuat akar keimanan para jamaah Nurul Mushtofa ke
arah ikatan cinta NKRI yang lebih dalam."


Selain itu, acara tersebut juga mengobarkan kecintaan bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW dan ungkapan untuk memelihara NKRI sebagai
kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam secara nasional.
"Di berbagai acara tabligh akbarnya, Majelis Nurul Mushtofa di bawah
kepemimpinan Habib Hasan sudah sangat jelas sikap dan arahnya dalam
berdakwah yaitu dengan cara yang sejuk, mengajarkan arti shalawat, dan
memberi pegangan kepada jamaah agar tidak merendahkan keberadaan
republik ini," jelas dia.


Di mata Sentot, konsep berdakwah yang sejuk dan memelihara keutuhan
umat, serta dengan mengembangkan sisi menyemarakkan kecintaan pada
republik, jelas merupakan kelebihan dari dakwah Majelis Nurul
Mushtofa.
"Inilah, agaknya, mengapa tabligh akbar Nurul Mushtofa selalu
dibanjiri oleh ribuan jamaah dari berbagai tempat, yang sengaja
mendatanginya meski berasal dari daerah jauh," papar dia.


Acara tersebut dihadiri ribuan jamaah Majelis Zikir Nurul Mushtofa,
termasuk mendatangkan kalangan habib dan pemuka agama dari sekitar
Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, serta daerah lainnya.
Selain itu mengundang sosok pemimpin umat kharismatik asal Pekalongan,
Jawa Tengah yakni Habib Lutfi Bin Yahya dan putera almarhum mubaligh
kondang KH Zainuddin MZ, KH Fikri Haikal MZ.

Sumber : antaranews.com

80.000 Warga Inggris Tanda Tangani Petisi Penangkapan Benjamin Netanyahu Laknatullah

Hampir 80.000 orang hingga Senin menandatangani petisi mendesak
penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kejahatan
perang ketika ia akan mengunjungi London bulan depan.


Petisi itu diluncurkan pada awal bulan ini oleh warga Inggris Damian
Moran dan ditayangkan di laman pemerintah, lapor AFP.
"Di bawah hukum antar bangsa, dia (Netanyahu) harus ditangkap karena
kejahatan perang setiba di Inggris atas pembantaian lebih dari 2.000
warga pada 2014," kata Moran, mengacu pada 51 hari serangan pasukan
Israel di Gaza pada tahun lalu.
Jika jumlah penandatangan mencapai 100.000, permohonan itu dapat
dipertimbangkan untuk dibahas di parlemen Inggris.


Tapi, Moran mengatakan kepada media bahwa ia meragukan akan mencapai
parlemen, yang memberi hubungan baik Israel dengan Inggris.
Pemerintah Inggris menanggapi sesudah naskah itu mendapat 10.000
penandatangan, dengan mengatakan bahwa kepala pemerintahan asing tamu,
seperti Perdana Menteri Netanyahu, memiliki kekebalan hukum dan tidak
dapat ditangkap atau ditahan.
"Kami mengakui bahwa perang di Gaza pada tahun lalu menewaskan orang
dalam jumlah mengerikan," tambahnya.
"Seperti kata perdana menteri (David Cameron), kami semua sangat sedih
akibat kekerasan itu dan Inggris berada di garis depan upaya
pembangunan kembali oleh dunia," katanya.
"Tapi, perdana menteri jelas mengenai pengakuan Inggris atas hak
Israel mengambil tindakan memadai untuk membela diri, dalam batas
hukum kemanusiaan antarbangsa," katanya.


Inggris mendorong penyelesaian "Dua Negara" untuk menuntaskan sengketa
Israel-Palestina dan akan memperkuat pesan itu ke Netanyahu dalam
kunjungannya pada September, kata tanggapan itu.


Setiap warga negara Inggris dapat meluncurkan petisi di laman
pemerintah, meminta tindakan tertentu dari pemerintah atau majelis
rendah parlemen.
Hanya warga Inggris yang dapat menandatangani petisi itu, tapi mrereka
perlu memasukkan nama, alamat E-mail dan kode pos.


Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, pada 8
Juli tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina dan
66 tentara Israel.


Pengacara Inggris pendukung Palestina gagal menangkap mantan Menteri
Kehakiman Israel Tzipi Livni sesudah perang Gaza 2008-2009.
Kedutaan Israel di London menyebut petisi itu "ulah publisitas tanpa arti".

Sumber : antaranews.com

80.000 Warga Inggris Tanda Tangani Petisi Penangkapan Benjamin Netanyahu Laknatullah



Hampir 80.000 orang hingga Senin menandatangani petisi mendesak
penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kejahatan
perang ketika ia akan mengunjungi London bulan depan.


Petisi itu diluncurkan pada awal bulan ini oleh warga Inggris Damian
Moran dan ditayangkan di laman pemerintah, lapor AFP.
"Di bawah hukum antar bangsa, dia (Netanyahu) harus ditangkap karena
kejahatan perang setiba di Inggris atas pembantaian lebih dari 2.000
warga pada 2014," kata Moran, mengacu pada 51 hari serangan pasukan
Israel di Gaza pada tahun lalu.
Jika jumlah penandatangan mencapai 100.000, permohonan itu dapat
dipertimbangkan untuk dibahas di parlemen Inggris.


Tapi, Moran mengatakan kepada media bahwa ia meragukan akan mencapai
parlemen, yang memberi hubungan baik Israel dengan Inggris.
Pemerintah Inggris menanggapi sesudah naskah itu mendapat 10.000
penandatangan, dengan mengatakan bahwa kepala pemerintahan asing tamu,
seperti Perdana Menteri Netanyahu, memiliki kekebalan hukum dan tidak
dapat ditangkap atau ditahan.
"Kami mengakui bahwa perang di Gaza pada tahun lalu menewaskan orang
dalam jumlah mengerikan," tambahnya.
"Seperti kata perdana menteri (David Cameron), kami semua sangat sedih
akibat kekerasan itu dan Inggris berada di garis depan upaya
pembangunan kembali oleh dunia," katanya.
"Tapi, perdana menteri jelas mengenai pengakuan Inggris atas hak
Israel mengambil tindakan memadai untuk membela diri, dalam batas
hukum kemanusiaan antarbangsa," katanya.


Inggris mendorong penyelesaian "Dua Negara" untuk menuntaskan sengketa
Israel-Palestina dan akan memperkuat pesan itu ke Netanyahu dalam
kunjungannya pada September, kata tanggapan itu.


Setiap warga negara Inggris dapat meluncurkan petisi di laman
pemerintah, meminta tindakan tertentu dari pemerintah atau majelis
rendah parlemen.
Hanya warga Inggris yang dapat menandatangani petisi itu, tapi mrereka
perlu memasukkan nama, alamat E-mail dan kode pos.


Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, pada 8
Juli tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina dan
66 tentara Israel.


Pengacara Inggris pendukung Palestina gagal menangkap mantan Menteri
Kehakiman Israel Tzipi Livni sesudah perang Gaza 2008-2009.
Kedutaan Israel di London menyebut petisi itu "ulah publisitas tanpa arti".

Sumber : antaranews.com

Pendidikan Yang Sebenarnya

Buya Yahya
Buya Yahya - File Wikipedia.org


Pendidikan Sejati Adalah Orientasi Hati. Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan di dalam pendidikan (tarbiyah). Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.

Sebagian kaum Yahudi yang 100% percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang akan di utus di akhir zaman (karena berita itu telah termaktub di dalam kitab suci mereka). Akan tetapi di saat tiba waktu kehadiran Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah mereka tidak mudah bagi mereka untuk menerimanya. Itu bukan karena mereka tidak tahu kalau beliau itu adalah Nabi yang mereka nanti nanti. Tetapi karena ada yang
salah di dalam tarbiyah sehingga ilmunya pun tidak membantu mereka untuk menginsyafi keberadaan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi. Kesalahan tarbiyah tersebut menyebabkan kekosongan hatinya dari sifat insyaf dan akhirnya datang penggantinya sifat takabbur dan dengki kepada Nabi
Muhamad SAW.

Medan tarbiyah adalah di dalam hati, dan karena tempatnya adalah hati,
sulit sekali untuk dideteksi penyakit-penyakitnya. Yang terlahir dari
tindak-tanduk itu hanya pancaran dari apa yang ada di dalam hati.
Tidak mudah bagi orang yang melihat pancaran itu untuk membedakan apakah itu pancaran yang sesungguhnya atau palsu.

Dua orang yang memakai baju yang sama, bisa saja yang satu berniat
menutup aurat dan berdandan untuk bertemu dengan sahabat sementara
yang satu lagi hanya untuk menuruti hatinya yang penuh kesombongan
atau karena meniru model seorang terkenal dalam kemaksiatan.

Maka hakekat tarbiyah itu adalah membenarkan jalinan kita kepada Allah SWT dan sesama manusia menuju esensi jalinan yang tertuang di dalam qalbu. Pergeseran nilai secara perlahan sering terjadi di dalam hati kita tanpa kita rasa namun tiba-tiba hati kita telah berubah dan subur oleh penyakit-penyakitnya.

Seseorang yang merasa tawadhu ternyata disaat itu ia telah tersungkur ke dalam jurang ketakaburan. Yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain adalah orang yang telah mengalami krisis nilai tarbiyah yang drastis.
Oleh sebab itu para pakar tarbiyah yang sejati dalam terapi pengobatan
penyakit hati di samping menyuruh para siswanya untuk sering mendengar wejangan-wejangan kerohaniahan tetapi mereka juga melatih siswanya mujahadah dan riyadloh ( memerangi hawa nafsu). Bahkan tarbiyah dengan terapi seperti ini lebih mereka dahulukan daripada ilmu itu sendiri. Sebab ilmu yang tidak dibarengi dengan tarbiyah yang benar hanya akan
menjadikan hati penyandangnya semakin kotor.

Kesadaran seseorang akan kelemahan dirinya adalah kunci keberhasilan dalam tarbiyah. Bahkan tidak banyak artinya sejuta petuah bagi orang yang tidak merasa dirinya perlu kepada petuah. Introspeksi dengan selalu mewaspadai tercemarnya hati dari penyakit-penyakitnya adalah upaya menghadirkan sifat-sifat terpuji. Orang yang menginginkan tarbiyah akan selalu membuka hatinya untuk menerima apa saja yang menjadikan dirinya baik. Ia akan selalu melihat kebutuhan dirinya kepada resep-resep untuk menghilangkan penyakit-penyakit hati.
 
Kesadaran yang ada dalam dirinya akan kebutuhannya terhadap resep itu adalah kunci keberhasilan. Ia tidak sibuk mencocok-cocokkan resep itu untuk orang lain. Menjadikan dirinya obyek utama. Yang dituju pesan-pesan moral adalah kesiagaan di dalam menerima tarbiyah.

Wallahu a'lam bishshowab.

Sumber : buyayahya.org

Pendidikan Yang Sebenarnya

Pendidikan Sejati Adalah Orientasi Hati.
Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan di dalam pendidikan
(tarbiyah). Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang
yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa
seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.


Sebagian kaum Yahudi yang 100% percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
nabi yang akan di utus di akhir zaman (karena berita itu telah
termaktub di dalam kitab suci mereka). Akan tetapi di saat tiba waktu
kehadiran Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah mereka tidak mudah bagi
mereka untuk menerimanya. Itu bukan karena mereka tidak tahu kalau
beliau itu adalah Nabi yang mereka nanti-nanti. Tetapi karena ada yang
salah di dalam tarbiyah sehingga ilmunya pun tidak membantu mereka
untuk menginsyafi keberadaan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi. Kesalahan
tarbiyah tersebut menyebabkan kekosongan hatinya dari sifat insyaf dan
akhirnya datang penggantinya sifat takabbur dan dengki kepada Nabi
Muhamad SAW.


Medan tarbiyah adalah di dalam hati, dan karena tempatnya adalah hati,
sulit sekali untuk dideteksi penyakit-penyakitnya. Yang terlahir dari
tindak-tanduk itu hanya pancaran dari apa yang ada di dalam hati.
Tidak mudah bagi orang yang melihat pancaran itu untuk membedakan
apakah itu pancaran yang sesungguhnya atau palsu.


Dua orang yang memakai baju yang sama, bisa saja yang satu berniat
menutup aurat dan berdandan untuk bertemu dengan sahabat sementara
yang satu lagi hanya untuk menuruti hatinya yang penuh kesombongan
atau karena meniru model seorang terkenal dalam kemaksiatan.


Maka hakekat tarbiyah itu adalah membenarkan jalinan kita kepada Allah
SWT dan sesama manusia menuju esensi jalinan yang tertuang di dalam
qalbu. Pergeseran nilai secara perlahan sering terjadi di dalam hati
kita tanpa kita rasa namun tiba-tiba hati kita telah berubah dan subur
oleh penyakit-penyakitnya.

Seseorang yang merasa tawadhu ternyata disaat itu ia telah tersungkur
ke dalam jurang ketakaburan. Yang merasa dirinya lebih baik dari orang
lain adalah orang yang telah mengalami krisis nilai tarbiyah yang
drastis.
Oleh sebab itu para pakar tarbiyah yang sejati dalam terapi pengobatan
penyakit hati di samping menyuruh para siswanya untuk sering mendengar
wejangan-wejangan kerohaniahan tetapi mereka juga melatih siswanya
mujahadah dan riyadloh ( memerangi hawa nafsu). Bahkan tarbiyah dengan
terapi seperti ini lebih mereka dahulukan daripada ilmu itu sendiri.
Sebab ilmu yang tidak dibarengi dengan tarbiyah yang benar hanya akan
menjadikan hati penyandangnya semakin kotor.


Kesadaran seseorang akan kelemahan dirinya adalah kunci keberhasilan
dalam tarbiyah. Bahkan tidak banyak artinya sejuta petuah bagi orang
yang tidak merasa dirinya perlu kepada petuah. Introspeksi dengan
selalu mewaspadai tercemarnya hati dari penyakit-penyakitnya adalah
upaya menghadirkan sifat-sifat terpuji. Orang yang menginginkan
tarbiyah akan selalu membuka hatinya untuk menerima apa saja yang
menjadikan dirinya baik. Ia akan selalu melihat kebutuhan dirinya
kepada resep-resep untuk menghilangkan penyakit-penyakit hati.
Kesadaran yang ada dalam dirinya akan kebutuhannya terhadap resep itu
adalah kunci keberhasilan. Ia tidak sibuk mencocok-cocokkan resep itu
untuk orang lain. Menjadikan dirinya obyek utama. Yang dituju
pesan-pesan moral adalah kesiagaan di dalam menerima tarbiyah.

Wallahu a'lam bishshowab.

Sumber : buyayahya.org

Berusahalah Menjadi Muslim Yang Benar

Masjidil Haram
Masjidil Haram


Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka Islamisasi
jelas-jelas berbeda dengan Arabisasi. Islam bukan ajaran Arab, walau Al-Qur'an berbahasa Arab, dan Nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam itu jalan hidup, prinsip hidup. Faktanya, turunnya Islam justru ditentang kaum Arab di masa itu karena Islam datang mengubah tradisi, keyakinan, kebiasan jahil Arab.

Islam datang kepada kaum Arab membawa tatanan yang sama sekali baru baik dalam hal tradisi, kebiasaan, akhlak, hukum, juga cara hidup. Perlu dicatat, karena Al-Qur'an dan Nabi Muhammad berbahasa Arab, maka bahasa Arab juga tidak bisa dipisahkan dari agama Islam. Juga kewajaran, bahwa agama Islam awalnya disebarkan oleh orang Arab karena memang agama Allah yang pamungkas ini berasal dari sana.


Mengenai tokoh-tokoh besar agama Islam ini adalah orang Arab itu pun
wajar saja, karena merekalah kaum awal yang beragama Islam. Jadi bisa
dikatakan, Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus Arab, yang jelas Islam itu pasti berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Juga salah besar, bila dikatakan Islamisasi sama dengan Arabisasi, lantas menolak Islamisasi dengan dalih, "Ini Indonesia, bukan Arab".

Apa bedanya? jelas sekali beda, menjadi Arab atau bukan Arab itu takdir, sedangkan mengambil Islam atau mengabaikannya, itu adalah pilihan. Islam itu Islam, tidak perlu ada pandangan "di sana Islam Arab, di sini Islam Nusantara", ini pandangan yang justru memecah belah Islam. Islam itu ya Islam, panduannya Kitabullah dan Sunnah, Khulafaurrasyidin, juga tabiin, tabiut tabiin, ulama salaf, apapun madzhabnya.

Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal, bila bertentang dengan Islam tinggalkan, bila tidak ya lanjutkan.

Apa standar meninggalkan dan melanjutkan budaya setelah jadi Muslim? Standarnya adalah akidah, bila bertentang dengan aqidah, ya harus tinggalkan. Misalnya seperti budaya membuka aurat, menyembah pohon, ya harus ditinggalkan. Berbeda dengan arsitektur, aneka makanan (halal), ya lanjutkan.

Islam masuk ke Cina, arsitektur masjid mirip pagoda, boleh saja, tapi sembahyang leluhur dengan hio, ya ditinggalkan, itu contohnya.

Islam masuk ke Indonesia, maka batik tetap lestari, bahkan menyerap nilai Islam, itu boleh saja, tapi menyembah batu dan patung, dihapus. Dalam Islam mudah saja, selama tidak dilarang syariat, amalkan saja, namun bila sudah ada larangan syariat, Islam yang diutamakan. Maka dalam Islam, semua produk (fisik atau non-fisik) selain aqidah, boleh saja diadopsi, teknologi juga termasuk "produk non-aqidah". Dalam berakidah atau bertauhid, kita mencukupkan diri pada Kitabullah dan Sunnah, serta keterangan para ulama yang berkompeten di bidangnya, itu yang terbaik.

kesimpulannya, belajarlah Islam, kaji terus Islam, jangan berhenti, taatilah Allah dan RasulullahNya, karena kita kelak akan kembali pada-Nya.

Jadi Muslim tidak harus surbanan, tidak harus berjubah, yang jelas pikiran kita, lisan kita, amal kita harus berasas Islam. Jangan sampai terbalik, kita surbanan, sarungan, pecian, berjubah, tapi pola pikir dan referensi kita liberal, jauh dari Kitabullah Sunnah Rosul. Lebih bagus kita batikan, kemejaan, kaosan, celanaan, lalu setiap kita  mikir, lisan, amal, semua ada dalil Kitabullah dan Sunnah. Lebih bagus lagi, kita pecian, sarungan, surbanan, jubahan, dan semua pikiran, lisan, amal kita, asasnya Kitabullah dan Sunnah.

Semoga bermanfaat. (FM)

Berusahalah Menjadi Muslim Yang Benar

Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka Islamisasi
jelas-jelas berbeda dengan Arabisasi. Islam bukan ajaran Arab, walau
Al-Qur'an berbahasa Arab, dan Nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam itu
jalan hidup, prinsip hidup. Faktanya, turunnya Islam justru ditentang
kaum Arab di masa itu karena Islam datang mengubah tradisi, keyakinan,
kebiasan jahil Arab.


Islam datang kepada kaum Arab membawa tatanan yang sama sekali baru
baik dalam hal tradisi, kebiasaan, akhlak, hukum, juga cara hidup.
Perlu dicatat, karena Al-Qur'an dan Nabi Muhammad berbahasa Arab, maka
bahasa Arab juga tidak bisa dipisahkan dari agama Islam. Juga
kewajaran, bahwa agama Islam awalnya disebarkan oleh orang Arab karena
memang agama Allah yang pamungkas ini berasal dari sana.


Mengenai tokoh-tokoh besar agama Islam ini adalah orang Arab itu pun
wajar saja, karena merekalah kaum awal yang beragama Islam. Jadi bisa
dikatakan, Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus Arab, yang
jelas Islam itu pasti berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Juga salah
besar, bila dikatakan Islamisasi sama dengan Arabisasi, lantas menolak
Islamisasi dengan dalih, "Ini Indonesia, bukan Arab".


Apa bedanya? jelas sekali beda, menjadi Arab atau bukan Arab itu
takdir, sedangkan mengambil Islam atau mengabaikannya, itu adalah
pilihan. Islam itu Islam, tidak perlu ada pandangan "di sana Islam
Arab, d isini Islam Nusantara", ini pandangan yang justru memecah
belah Islam. Islam itu ya Islam, panduannya Kitabullah dan Sunnah,
Khulafaurrasyidin, juga tabiin, tabiut tabiin, ulama salaf, apapun
madzhabnya.


Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal, bila
bertentang dengan Islam tinggalkan, bila tidak ya lanjutkan.


Apa standar meninggalkan dan melanjutkan budaya setelah jadi Muslim?
Standarnya adalah akidah, bila bertentang dengan aqidah, ya harus
tinggalkan. Misalnya seperti budaya membuka aurat, menyembah pohon, ya
harus ditinggalkan. Berbeda dengan arsitektur, aneka makanan (halal),
ya lanjutkan.


Islam masuk ke Cina, arsitektur masjid mirip pagoda, boleh saja, tapi
sembahyang leluhur dengan hio, ya ditinggalkan, itu contohnya.


Islam masuk ke Indonesia, maka batik tetap lestari, bahkan menyerap
nilai Islam, itu boleh saja, tapi menyembah batu dan patung, dihapus.
Dalam Islam mudah saja, selama tidak dilarang syariat, amalkan saja,
namun bila sudah ada larangan syariat, Islam yang diutamakan. Maka
dalam Islam, semua produk (fisik atau non-fisik) selain aqidah, boleh
saja diadopsi, teknologi juga termasuk "produk non-aqidah". Dalam
berakidah atau bertauhid, kita mencukupkan diri pada Kitabullah dan
Sunnah, serta keterangan para ulama yang berkompeten di bidangnya, itu
yang terbaik.


kesimpulannya, belajarlah Islam, kaji terus Islam, jangan berhenti,
taatilah Allah dan RasulullahNya, karena kita kelak akan kembali
pada-Nya.


Jadi Muslim tidak harus surbanan, tidak harus berjubah, yang jelas
pikiran kita, lisan kita, amal kita harus berasas Islam. Jangan sampai
terbalik, kita surbanan, sarungan, pecian, berjubah, tapi pola pikir
dan referensi kita liberal, jauh dari Kitabullah Sunnah Rosul. Lebih
bagus kita batikan, kemejaan, kaosan, celanaan, lalu setiap kita
mikir, lisan, amal, semua ada dalil Kitabullah dan Sunnah. Lebih bagus
lagi, kita pecian, sarungan, surbanan, jubahan, dan semua pikiran,
lisan, amal kita, asasnya Kitabullah dan Sunnah.

Semoga bermanfaat.

Senin, 24 Agustus 2015

Pentingnya Bermazhab

Kadang kita mendengar ungkapan, "kamu mau ikut Imam Syafi'i atau Nabi?",

Ungkapan ini sebenarnya mengandung beberapa tafsiran:

1. Yang mengucapkan merasa bisa memahami semua ucapan dan perilaku
Nabi Muham padahal ia tidak pernah bertemu dengannya.

2. Yang mengucapkan merasa setara kualitas pemahaman dan
pengetahuannya dengan Imam Syafi'i sehingga dengan begitu ia bisa
merendahkan kualitas ulama tersebut.

3. Hanya orang tolol yang berbicara seperti itu. Ucapan itu
menjelaskan bahwa yang bersangkutan tidak pernah berkaca mengukur
kapasitas dirinya.

4. Ungkapan "kamu mau ikut Imam Syafi'i atau Nabi" padahal maksudnya
"kamu mau ikut Nabi ( versi Imam Syafi'i) atau ikut Nabi (versi
gue)"no 1,2 & 3 dari status Kyai Abdi no 4 dari komenan status tsb.


Tambahan, cuma Al Qur'an yang dijamin ke-asliannya oleh Allah SWT.
Sebab dari zaman sahabat (Zaman Khalifah Abu Bakar ra hingga Khalifah
Usman bin Affan ra) Al Qur'an sudah selesai dibukukan. Ada banyak
orang yang hafal Al Qur'an.


Ada pun Hadits tak seorang pun yang bisa hafal seluruh hadits yang di
zaman sahabat jumlahnya bisa mencapai jutaan. Imam Syafi'ie yang lahir
tahun 150 H menguasai sekitar 1 juta hadits. Imam Bukhari yang lahir
tahun 196 H dari 600.000 hadits yang didapat hanya menulis 7.275
hadits atau sekitar 2.000 halaman. Ini tulis tangan lho sebab zaman
dulu belum ada mesin ketik atau komputer. Kalau 600.000 hadits yang
ditulis, itu 200.000 halaman. Bisa gempor nulisnya.


Jadi ada banyak hadits yang hilang di zaman kita ini. Saat ini kita
cuma dapat serpihan-serpihan hadits saja. Dari zaman Nabi ke Imam
Bukhari atau Imam Muslim itu terpaut 6-7 perawi hadits yang mereka
semua tidak maksum. Artinya mereka tekena sifat salah dan lupa.


Karena itu hadits pada zaman Imam Syafi'ie lebih kuat dan lebih murni
dari zaman kita sekarang. Imam Syafi'ie merumuskan hukum Islam dari Al
Qur'an dan Hadits serta praktek ibadah para ulama generasi cucu Nabi.
Bukan berdasarkan pendapat beliau pribadi. Oleh sebab itu Imam Bukhari
dan Imam Muslim mengikuti Madzhab Imam Syafi'ie.


Jadi kalau ada kaum muda akhir zaman yang bodoh tidak mau mengikuti
mazhab Syafi'ie, tapi maunya mengikuti Nabi langsung, itu otaknya
bahlul. Memangnya dia bisa ketemu Nabi langsung? Memangnya dia yakin
hadits yang dia pegang itu asli? Yakin pemahamannya tentang hadits itu
sesuai dengan maksud Nabi?


Keutamaan ulama salaf seperti Imam Syafi'ie itu ini:

Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang
sesudah mereka (tabi'in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi'ut
tabi'in)."
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)


Kaum muda akhir zaman yang gembar-gembor kembali kepada Al Qur'an dan
Hadits tapi meninggalkan jumhur ulama salaf seperti Imam Syafi'ie itu
seperti hadits Nabi di bawah:

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul
kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan
pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka
membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila
kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh
mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim
No.1771)

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

"Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda,
dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca
Al Qur'an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar
dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

"Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur'an, mereka mengira
bacaan Al-Qur'an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan
dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka."
(HR. Muslim)


Meski mengajak kita mengamalkan Al Qur'an dan Hadits, namun akhlak
mereka jauh dari Al Qur'an dan Hadits. Tidak beradab. Suka
menghina-hina ulama dan sesama Muslim.

يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء

"Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk
mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya
sedikitpun." (HR. Al-Hakim)

(sumber : kabarislamia.com)

Pentingnya Bermazhab

Kadang kita mendengar ungkapan, "kamu mau ikut Imam Syafi'i atau Nabi?",

Ungkapan ini sebenarnya mengandung beberapa tafsiran:

1. Yang mengucapkan merasa bisa memahami semua ucapan dan perilaku
Nabi Muham padahal ia tidak pernah bertemu dengannya.

2. Yang mengucapkan merasa setara kualitas pemahaman dan
pengetahuannya dengan Imam Syafi'i sehingga dengan begitu ia bisa
merendahkan kualitas ulama tersebut.

3. Hanya orang tolol yang berbicara seperti itu. Ucapan itu
menjelaskan bahwa yang bersangkutan tidak pernah berkaca mengukur
kapasitas dirinya.

4. Ungkapan "kamu mau ikut Imam Syafi'i atau Nabi" padahal maksudnya
"kamu mau ikut Nabi ( versi Imam Syafi'i) atau ikut Nabi (versi
gue)"no 1,2 & 3 dari status Kyai Abdi no 4 dari komenan status tsb.


Tambahan, cuma Al Qur'an yang dijamin ke-asliannya oleh Allah SWT.
Sebab dari zaman sahabat (Zaman Khalifah Abu Bakar ra hingga Khalifah
Usman bin Affan ra) Al Qur'an sudah selesai dibukukan. Ada banyak
orang yang hafal Al Qur'an.


Ada pun Hadits tak seorang pun yang bisa hafal seluruh hadits yang di
zaman sahabat jumlahnya bisa mencapai jutaan. Imam Syafi'ie yang lahir
tahun 150 H menguasai sekitar 1 juta hadits. Imam Bukhari yang lahir
tahun 196 H dari 600.000 hadits yang didapat hanya menulis 7.275
hadits atau sekitar 2.000 halaman. Ini tulis tangan lho sebab zaman
dulu belum ada mesin ketik atau komputer. Kalau 600.000 hadits yang
ditulis, itu 200.000 halaman. Bisa gempor nulisnya.


Jadi ada banyak hadits yang hilang di zaman kita ini. Saat ini kita
cuma dapat serpihan-serpihan hadits saja. Dari zaman Nabi ke Imam
Bukhari atau Imam Muslim itu terpaut 6-7 perawi hadits yang mereka
semua tidak maksum. Artinya mereka tekena sifat salah dan lupa.


Karena itu hadits pada zaman Imam Syafi'ie lebih kuat dan lebih murni
dari zaman kita sekarang. Imam Syafi'ie merumuskan hukum Islam dari Al
Qur'an dan Hadits serta praktek ibadah para ulama generasi cucu Nabi.
Bukan berdasarkan pendapat beliau pribadi. Oleh sebab itu Imam Bukhari
dan Imam Muslim mengikuti Madzhab Imam Syafi'ie.


Jadi kalau ada kaum muda akhir zaman yang bodoh tidak mau mengikuti
mazhab Syafi'ie, tapi maunya mengikuti Nabi langsung, itu otaknya
bahlul. Memangnya dia bisa ketemu Nabi langsung? Memangnya dia yakin
hadits yang dia pegang itu asli? Yakin pemahamannya tentang hadits itu
sesuai dengan maksud Nabi?


Keutamaan ulama salaf seperti Imam Syafi'ie itu ini:

Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang
sesudah mereka (tabi'in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi'ut
tabi'in)."
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)


Kaum muda akhir zaman yang gembar-gembor kembali kepada Al Qur'an dan
Hadits tapi meninggalkan jumhur ulama salaf seperti Imam Syafi'ie itu
seperti hadits Nabi di bawah:

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul
kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan
pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka
membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila
kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh
mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim
No.1771)

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

"Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda,
dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca
Al Qur'an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar
dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

"Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur'an, mereka mengira
bacaan Al-Qur'an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan
dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka."
(HR. Muslim)


Meski mengajak kita mengamalkan Al Qur'an dan Hadits, namun akhlak
mereka jauh dari Al Qur'an dan Hadits. Tidak beradab. Suka
menghina-hina ulama dan sesama Muslim.

يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء

"Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk
mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya
sedikitpun." (HR. Al-Hakim)

(sumber : kabarislamia.com)

Pentingnya Membekali Anak-Anak Kita Dengan Pendidikan Agama Yang Benar

Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita.
Akan tetapi tidak semua dari kita mengerti bagaimana menjaga nikmat
tersebut. Menjaga akhlaq dan keimanan mereka adalah yang harus
diutamakan. Itulah yang diharap dan diinginkan oleh anak biar tidak
diucap oleh lidah mereka.

Orang tua cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang
dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan di antara hal yang dibutuhkan oleh
anak tidak ada yang melebihi dari pentingnya keselamatannya kelak
setelah kehidupan di dunia ini. Jika ada orang tua yang begitu
semangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan
agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan
dari segi materi. Atau orang tua membekali modal besar untuk anaknya
agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh
ia adalah orang tua yang cerdas, senantiasa berfikir akan masa depan
sang anak. Akan tetapi seorang tua tersebut akan menjadi tidak bijak
lagi jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama lagi yaitu
kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya enam puluh atau
seratus tahun akan tetapi ribuan tahun, dan bersama penantian itu sang
anak akan menuai apa yang diperbuat saat di dunia dulu. Dan nanti
setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang
hakiki atau kesengsaraan yang hakiki di syurga atau di neraka.

Siapa yang rela jika anaknya disiksa di alam barzakh dan di akhirat
nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua tidak pernah memikirkan
masa depan mereka setelah kehidupan ini. Disiksa karena kita sebagai
orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan
setelah kehidupan di dunia ini.

Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di
sekolah atau universitas, atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya.
Akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak kita yang
malas melakukan shalat atau mulai melakukan sesuatu yang dilarang oleh
Allah?

Sungguh bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan
keindahan. Cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan
dengan kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan
yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang
sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya
selama enam puluh tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan
kehidupan yang lebih lama setelah di dunia ini.
Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan
biaya mahal tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di
akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk yang
demikian itu maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut
terhadap anaknya bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya kepada
kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagian
anaknya kelak di akhirat akan menemukan kesengsaran yang amat sangat
seperti yang pernah dikisahkan oleh Rasulullah SAW. Kisah orang ahli
ibadah yang hendak menuju ke syurga akan tetapi tiba-tiba ada yang
menyeru dari dasar neraka jahannam menginginkan agar orang yang hendak
masuk surga itu dimasukkan ke neraka bersamanya.

Melihat kejadian seperti ini Malaikat menghadap kepada Allah SWT dan
Allah SWT memerintahkan Malaikat agar menggiring orang tersebut ke
neraka. Ia adalah orang tua yang ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli
kebaikan akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan
agar semakin dekat kepada Allah dan tanpa pembekalan untuk di akhirat.
Maka disebabkan keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya
di akhirat maka ia pun ikut rugi bersama sang anak di neraka jahannam.

Wallahu a'lam bishshowab.

Sumber : buyayahya.org

Pentingnya Membekali Anak-Anak Kita Dengan Pendidikan Agama Yang Benar



Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita. Akan tetapi tidak semua dari kita mengerti bagaimana menjaga nikmat tersebut. Menjaga akhlaq dan keimanan mereka adalah yang harus diutamakan. Itulah yang diharap dan diinginkan oleh anak biar tidak diucap oleh lidah mereka.

Orang tua cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang
dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan di antara hal yang dibutuhkan oleh anak tidak ada yang melebihi dari pentingnya keselamatannya kelak setelah kehidupan di dunia ini. Jika ada orang tua yang begitu semangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan dari segi materi. Atau orang tua membekali modal besar untuk anaknya agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh ia adalah orang tua yang cerdas, senantiasa berfikir akan masa depan
sang anak. Akan tetapi seorang tua tersebut akan menjadi tidak bijak lagi jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama lagi yaitu kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya enam puluh atau seratus tahun akan tetapi ribuan tahun, dan bersama penantian itu sang anak akan menuai apa yang diperbuat saat di dunia dulu. Dan nanti setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang hakiki atau kesengsaraan yang hakiki di syurga atau di neraka.

Siapa yang rela jika anaknya disiksa di alam barzakh dan di akhirat nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua tidak pernah memikirkan masa depan mereka setelah kehidupan ini. Disiksa karena kita sebagai orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di sekolah atau universitas, atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya. Akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak kita yang malas melakukan shalat atau mulai melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah?

Sungguh bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan keindahan. Cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan dengan kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya selama enam puluh tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan kehidupan yang lebih lama setelah di dunia ini. Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan biaya mahal tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk yang demikian itu maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut terhadap anaknya bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya kepada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagian anaknya kelak di akhirat akan menemukan kesengsaran yang amat sangat seperti yang pernah dikisahkan oleh Rasulullah SAW. Kisah orang ahli ibadah yang hendak menuju ke syurga akan tetapi tiba-tiba ada yang menyeru dari dasar neraka jahannam menginginkan agar orang yang hendak masuk surga itu dimasukkan ke neraka bersamanya.

Melihat kejadian seperti ini Malaikat menghadap kepada Allah SWT dan Allah SWT memerintahkan Malaikat agar menggiring orang tersebut ke neraka. Ia adalah orang tua yang ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli kebaikan akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan agar semakin dekat kepada Allah dan tanpa pembekalan untuk di akhirat. Maka disebabkan keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya di akhirat maka ia pun ikut rugi bersama sang anak di neraka jahannam.

Wallahu a'lam bishshowab.

Sumber : buyayahya.org

Pentingnya Membekali Anak-Anak Kita Dengan Pendidikan Agama Yang Benar

Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita.
Akan tetapi tidak semua dari kita mengerti bagaimana menjaga nikmat
tersebut. Menjaga akhlaq dan keimanan mereka adalah yang harus
diutamakan. Itulah yang diharap dan diinginkan oleh anak biar tidak
diucap oleh lidah mereka.

Orang tua cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang
dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan di antara hal yang dibutuhkan oleh
anak tidak ada yang melebihi dari pentingnya keselamatannya kelak
setelah kehidupan di dunia ini. Jika ada orang tua yang begitu
semangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan
agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan
dari segi materi. Atau orang tua membekali modal besar untuk anaknya
agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh
ia adalah orang tua yang cerdas, senantiasa berfikir akan masa depan
sang anak. Akan tetapi seorang tua tersebut akan menjadi tidak bijak
lagi jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama lagi yaitu
kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya enam puluh atau
seratus tahun akan tetapi ribuan tahun, dan bersama penantian itu sang
anak akan menuai apa yang diperbuat saat di dunia dulu. Dan nanti
setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang
hakiki atau kesengsaraan yang hakiki di syurga atau di neraka.

Siapa yang rela jika anaknya disiksa di alam barzakh dan di akhirat
nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua tidak pernah memikirkan
masa depan mereka setelah kehidupan ini. Disiksa karena kita sebagai
orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan
setelah kehidupan di dunia ini.

Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di
sekolah atau universitas, atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya.
Akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak kita yang
malas melakukan shalat atau mulai melakukan sesuatu yang dilarang oleh
Allah?

Sungguh bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan
keindahan. Cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan
dengan kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan
yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang
sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya
selama enam puluh tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan
kehidupan yang lebih lama setelah di dunia ini.
Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan
biaya mahal tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di
akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk yang
demikian itu maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut
terhadap anaknya bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya kepada
kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagian
anaknya kelak di akhirat akan menemukan kesengsaran yang amat sangat
seperti yang pernah dikisahkan oleh Rasulullah SAW. Kisah orang ahli
ibadah yang hendak menuju ke syurga akan tetapi tiba-tiba ada yang
menyeru dari dasar neraka jahannam menginginkan agar orang yang hendak
masuk surga itu dimasukkan ke neraka bersamanya.

Melihat kejadian seperti ini Malaikat menghadap kepada Allah SWT dan
Allah SWT memerintahkan Malaikat agar menggiring orang tersebut ke
neraka. Ia adalah orang tua yang ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli
kebaikan akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan
agar semakin dekat kepada Allah dan tanpa pembekalan untuk di akhirat.
Maka disebabkan keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya
di akhirat maka ia pun ikut rugi bersama sang anak di neraka jahannam.

Wallahu a'lam bishshowab.

Sumber : buyayahya.org

Hukum Mengqodho Puasa Untuk Orang Yang Masih Hidup

Ada sebuah pertanyaan, kalau seorang istri mempunyai hutang puasa,
Apakah boleh seorang suaminya membantu mengqada'nya (ikut berpuasa
melunasinya) ?


Ibadah badaniyyah yang pelaksanaannya membutuhkan niat seperti sholat
dan puasa ini tidak bisa untuk diwakilkan. Lihat Al Fiqh ala Madzahib
al Arbaah, juz.3 hal.76, di Al Mausuah Asy Syamilah :

ولا يصح التوكيل في العبادات البدنية التي لا بد لها أو لمتعلقها من نية
كالصلاة والإمامة فإن الإمامة وإن كانت لا تحتاج إلى نية ولكنها تتعلق
بالصلاة والصلاة لا بد من نية ويلحق بهذا اليمين والإيلاء والظهار
والشهادة والنذر فإن كل هذا لا يقبل النيابة
أما العبادات التي تتركب من بدنية ومالية فإنه يصح فيها التوكيل كالحج
والعمرة وتجهيز الميت وبنذر في الحج توابعه كركعتي الطواف فإنها وإن كانت
صلاة لا تنفع فيها النيابة ولكن تقبل النيابة في هذه الحالة تبعا
ومجمل القول أن العبادات البدنية المحضة كالصلاة والصيام لا تقبل النيابة
والعبادات المالية المحضة أو المركبة من بدنية ومالية فإنها تقبل الإنابة


Sedangkan Untuk permasalahan orang yang telah meninggal dunia yang
masih mempunyai hutang puasa, maka perinciannya sebagai berikut :

1. Bila tidak ada kesempatan untuk mengqodlo' puasanya misal sebab
sakit yang berkepanjangan hingga ia meninggal dunia, maka ia tidak
punya beban Qodlo' puasa.

2. Bila sudah ada kesempatan tapi ia selalu menunda, sebelum
mengqodlo' ia keburu meninggal dunia, maka wajib diganti dengan
membayar fidyah bila si mayyit meninggalkan harta warisan. Dan ini
pendapat mayoritas ulama'. Sedang menurut Qawl Qadimnya imam Syafii
menyatakan " penggantiannya dengan cara Ahli Warisnya atau walinya
yang berpuasa atas nama si Mayyit.

فإن من مات وعليه صيام من رمضان لم يخلُ من واحد من حالين ذكرهما ابن
قدامة في المغني:
أحدهما: أن يموت قبل إمكان القضاء لعذر من مرض أو سفر أو عجز عن الصوم،
فهذا لا شيء عليه عند أكثر أهل العلم، لأنه حق لله تعالى وجب بالشرع، مات
من يجب عليه قبل إمكان فعله، فسقط إلى غير بدل كالحج.
الثاني: أن يموت بعد إمكان القضاء، فالواجب أن يُطعَم عنه لكل يوم مسكين،
وهذا قول أكثر أهل العلم.
واستدلوا بحديث ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
" من مات وعليه صيام شهر، فليطعم عنه مكان كل يوم مسكيناً " قال الترمذي:
الصحيح عن ابن عمرموقوف قوله. وكذا قالت عائشة وابن عباس رضي الله عنهم
وذهب الشافعي في القديم إلى أنه يصام عنه،
لحديث عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " من مات
وعليه صيام صام عنه وليه " متفق عليه.
وهذا القول هو الراجح لدلالة الحديث، ولأن ما روي عن ابن عباس وعائشة فيه
مقال كما ذكر الحافظ في الفتح، ووردت عنهما روايات صحيحة بالصيام.

Hukum Mengqodho Puasa Untuk Orang Yang Masih Hidup

Ada sebuah pertanyaan, kalau seorang istri mempunyai hutang puasa,
Apakah boleh seorang suaminya membantu mengqada'nya (ikut berpuasa
melunasinya) ?


Ibadah badaniyyah yang pelaksanaannya membutuhkan niat seperti sholat
dan puasa ini tidak bisa untuk diwakilkan. Lihat Al Fiqh ala Madzahib
al Arbaah, juz.3 hal.76, di Al Mausuah Asy Syamilah :

ولا يصح التوكيل في العبادات البدنية التي لا بد لها أو لمتعلقها من نية
كالصلاة والإمامة فإن الإمامة وإن كانت لا تحتاج إلى نية ولكنها تتعلق
بالصلاة والصلاة لا بد من نية ويلحق بهذا اليمين والإيلاء والظهار
والشهادة والنذر فإن كل هذا لا يقبل النيابة
أما العبادات التي تتركب من بدنية ومالية فإنه يصح فيها التوكيل كالحج
والعمرة وتجهيز الميت وبنذر في الحج توابعه كركعتي الطواف فإنها وإن كانت
صلاة لا تنفع فيها النيابة ولكن تقبل النيابة في هذه الحالة تبعا
ومجمل القول أن العبادات البدنية المحضة كالصلاة والصيام لا تقبل النيابة
والعبادات المالية المحضة أو المركبة من بدنية ومالية فإنها تقبل الإنابة


Sedangkan Untuk permasalahan orang yang telah meninggal dunia yang
masih mempunyai hutang puasa, maka perinciannya sebagai berikut :

1. Bila tidak ada kesempatan untuk mengqodlo' puasanya misal sebab
sakit yang berkepanjangan hingga ia meninggal dunia, maka ia tidak
punya beban Qodlo' puasa.

2. Bila sudah ada kesempatan tapi ia selalu menunda, sebelum
mengqodlo' ia keburu meninggal dunia, maka wajib diganti dengan
membayar fidyah bila si mayyit meninggalkan harta warisan. Dan ini
pendapat mayoritas ulama'. Sedang menurut Qawl Qadimnya imam Syafii
menyatakan " penggantiannya dengan cara Ahli Warisnya atau walinya
yang berpuasa atas nama si Mayyit.

فإن من مات وعليه صيام من رمضان لم يخلُ من واحد من حالين ذكرهما ابن
قدامة في المغني:
أحدهما: أن يموت قبل إمكان القضاء لعذر من مرض أو سفر أو عجز عن الصوم،
فهذا لا شيء عليه عند أكثر أهل العلم، لأنه حق لله تعالى وجب بالشرع، مات
من يجب عليه قبل إمكان فعله، فسقط إلى غير بدل كالحج.
الثاني: أن يموت بعد إمكان القضاء، فالواجب أن يُطعَم عنه لكل يوم مسكين،
وهذا قول أكثر أهل العلم.
واستدلوا بحديث ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
" من مات وعليه صيام شهر، فليطعم عنه مكان كل يوم مسكيناً " قال الترمذي:
الصحيح عن ابن عمرموقوف قوله. وكذا قالت عائشة وابن عباس رضي الله عنهم
وذهب الشافعي في القديم إلى أنه يصام عنه،
لحديث عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " من مات
وعليه صيام صام عنه وليه " متفق عليه.
وهذا القول هو الراجح لدلالة الحديث، ولأن ما روي عن ابن عباس وعائشة فيه
مقال كما ذكر الحافظ في الفتح، ووردت عنهما روايات صحيحة بالصيام.