يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِهٖ ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ ( الماۤئدة : ٩٥) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa y
![]() |
Masjidil Haram |
Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka Islamisasi
jelas-jelas berbeda dengan Arabisasi. Islam bukan ajaran Arab, walau Al-Qur'an berbahasa Arab, dan Nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam itu jalan hidup, prinsip hidup. Faktanya, turunnya Islam justru ditentang kaum Arab di masa itu karena Islam datang mengubah tradisi, keyakinan, kebiasan jahil Arab.
Islam datang kepada kaum Arab membawa tatanan yang sama sekali baru baik dalam hal tradisi, kebiasaan, akhlak, hukum, juga cara hidup. Perlu dicatat, karena Al-Qur'an dan Nabi Muhammad berbahasa Arab, maka bahasa Arab juga tidak bisa dipisahkan dari agama Islam. Juga kewajaran, bahwa agama Islam awalnya disebarkan oleh orang Arab karena memang agama Allah yang pamungkas ini berasal dari sana.
Mengenai tokoh-tokoh besar agama Islam ini adalah orang Arab itu pun
wajar saja, karena merekalah kaum awal yang beragama Islam. Jadi bisa
dikatakan, Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus Arab, yang jelas Islam itu pasti berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Juga salah besar, bila dikatakan Islamisasi sama dengan Arabisasi, lantas menolak Islamisasi dengan dalih, "Ini Indonesia, bukan Arab".
Apa bedanya? jelas sekali beda, menjadi Arab atau bukan Arab itu takdir, sedangkan mengambil Islam atau mengabaikannya, itu adalah pilihan. Islam itu Islam, tidak perlu ada pandangan "di sana Islam Arab, di sini Islam Nusantara", ini pandangan yang justru memecah belah Islam. Islam itu ya Islam, panduannya Kitabullah dan Sunnah, Khulafaurrasyidin, juga tabiin, tabiut tabiin, ulama salaf, apapun madzhabnya.
Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal, bila bertentang dengan Islam tinggalkan, bila tidak ya lanjutkan.
Apa standar meninggalkan dan melanjutkan budaya setelah jadi Muslim? Standarnya adalah akidah, bila bertentang dengan aqidah, ya harus tinggalkan. Misalnya seperti budaya membuka aurat, menyembah pohon, ya harus ditinggalkan. Berbeda dengan arsitektur, aneka makanan (halal), ya lanjutkan.
Islam masuk ke Cina, arsitektur masjid mirip pagoda, boleh saja, tapi sembahyang leluhur dengan hio, ya ditinggalkan, itu contohnya.
Islam masuk ke Indonesia, maka batik tetap lestari, bahkan menyerap nilai Islam, itu boleh saja, tapi menyembah batu dan patung, dihapus. Dalam Islam mudah saja, selama tidak dilarang syariat, amalkan saja, namun bila sudah ada larangan syariat, Islam yang diutamakan. Maka dalam Islam, semua produk (fisik atau non-fisik) selain aqidah, boleh saja diadopsi, teknologi juga termasuk "produk non-aqidah". Dalam berakidah atau bertauhid, kita mencukupkan diri pada Kitabullah dan Sunnah, serta keterangan para ulama yang berkompeten di bidangnya, itu yang terbaik.
kesimpulannya, belajarlah Islam, kaji terus Islam, jangan berhenti, taatilah Allah dan RasulullahNya, karena kita kelak akan kembali pada-Nya.
Jadi Muslim tidak harus surbanan, tidak harus berjubah, yang jelas pikiran kita, lisan kita, amal kita harus berasas Islam. Jangan sampai terbalik, kita surbanan, sarungan, pecian, berjubah, tapi pola pikir dan referensi kita liberal, jauh dari Kitabullah Sunnah Rosul. Lebih bagus kita batikan, kemejaan, kaosan, celanaan, lalu setiap kita mikir, lisan, amal, semua ada dalil Kitabullah dan Sunnah. Lebih bagus lagi, kita pecian, sarungan, surbanan, jubahan, dan semua pikiran, lisan, amal kita, asasnya Kitabullah dan Sunnah.
Semoga bermanfaat. (FM)
Komentar
Posting Komentar