Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Entahlah

Entahlah, kekeringan ini kan berbatas… Entahlah ada apa di sana… Entahlah, terpidana terpinggirkan. Mengapa, harus ku dengar tangis keluh kesah kalau ternyata diri ini tak berdaya… Entahlah diri ini siapa, menjunjungmu tak bisa hendak bersembunyi berpaling muka. Kau tahu aku tak berdaya tak berkuasa…. Entahlah akan menjadi apa… ===================== Muhammad Saroji, 12 September 2011

Bara Api

Lantunan  Ayat-Ayat Suci menyentuh  ke dalam kalbuku, mengiringi gema adzan subuh. Aku terbangun, bergeliat, menatap liar pada langit-langit kamar, seketika tubuh menggigil kedinginan, bukan dingin cuaca, bukan! Tapi dingin hati, hati yang dirasuki mimpi penuh misteri, buruk sekali. Seketika ku berbisik lirih : “ada apa Sayang…?, bukankah aku telah melupakanmu, dan kamu telah melupakanku. Itulah kesepakatan kita….”. Tapi malam ini kau bagai bara api, menaburkan amarah dan benci, meski hadir di dalam mimpi, membakar tubuhku, melumat jantungku, menghujam nadiku, meski ku berteriak “tidak” karena aku perkasa, kau amarah yang memburu, memburu… Oh jiwaku, sekeping hati yang menyimpan kenangan indah bersama kasihku, berjuta giga byte memori…. Oh, jiwa yang hadir dalam mimpi, memohon maaf kepadamu berulang kali sampai aku mati… =================== Muhammad Saroji, 12 September 2011

Prasasti

Pagi yang biru beterbangan burung camar di angkasa, melanglang jauh membelah mendung mencari setitik asa di atas alam raya. Ku tatap ujung langit dari puncak tebing, kaki berdarah bertumpu tajamnya kerikil, betapa menggelora keinginan di jiwa, memperdaya mimpi merajut harapan. Ini kehidupan ini perjuangan, diselingi tangis dan tawa, di selimuti kabut dan kegersangan silih berganti menjadi sejarah dan kenangan. Akankah hendak ku buatkan prasasti, tak perlu bukan…? =========== Muhammad Saroji, 06 Oktober 2011

Sekeping Hati

Malam…. Jauh berlalu meninggalkan siang berkejaran silih berganti, datang dan pergi menemani hari. Malam…. Malam ini tak lagi aku bermimpi tentang kemesraan sejoli dua hati, tentang melati yang bertaburan di pelaminan pengantin. Sekeping hati, separuh nyawa berlalu pergi. Akulah sang penanti, perindu cinta yang tak mungkin kembali sampai mati….. ============================== Muhammad Saroji, 06 Oktober 2011

Sudahi Lelah Ini

Kelelahan merambat masuk memenuhi relung-relung hati ingin ku buka cadar kelabu ini, demi menyeka keringat, melepas nestapa tapi kelelahan ini bukan untuk di maki apalagi dibenci. Di ujung senja ini ku buka mata rapat-rapat ini, membuka untuk melihat terbenamnya matahari, bangunlah jiwaku tak sepantasnya kau bermimpi! Sudahi lelah ini! Bangunlah dan segeralah mandi di bejana suci ini! Panggilah buah hatimu, usaplah rambut hitamnya, kau selalu berharap : jaya, berjayalah karena hidup bukan sekedar mimpi tapi perjuangan sampai akhir hayat nanti! ================= Muhammad Saroji, 6 Oktober 2011

Sahara

Di Beranda sunyi ini ketika jiwaku menghikmati diri tentang makna cinta yang kau beri kekasihku biarlah rinduku tiada bertepi cintaku bagai bengawan yang mengalir abadi….. Namun kesunyian ini seakan harga mati semati cintamu yang berlalu pergi Berandaku sunyi berkabut perih menitikkan embun menggores mata hati begitu angkuh kau berdiri di puncak tebing mencampak asaku menghujam lukaku cintaku ini, kau apakan kini Layu, perih, sendu, mati…. Di beranda sunyi ini sahara jiwaku gersang dan kering ketika jiwaku menghikmati diri tentang makna cinta yang kau beri kekasihku biarlah rinduku tiada bertepi, cintaku bagai bengawan yang mengalir abadi, karena inilah cintaku yang suci dan abadi sampai mati…… ================ Muhammad Saroji, 06 Oktober 2011

Di Batas Kota

Bagaikan burung, sayap ini telah mengepak jauh, menelusuri tebing, jurang dan ngarai… demi menjemput dirimu, demi cinta kasihmu. Ku dengar di sana kau bersedih, tentang cinta yang datang, hilang dan pergi, kau berlari memberanikan diri meninggalkan luka yang mengiris hati. Di batas kota, di antara bibir pantai dan tebing yang tinggi, ku lihat keanggunanmu yang bening, menitikan embun di pucuk jari manis, aku hanya menghela nafas, panjang-panjang, di batas kota ada cerita cinta yang tersisa… hingga akhir hayat nanti. ================= Muhammad Saroji, 07 Oktober 2011

Tegar

Kenapa harus kalah dengan kejamnya kehidupan… Kenapa harus mengalah pada ketidakpastian…. Kenapa harus terkalahkan oleh ketersendirian…. Wahai jiwa yang tersisih, seperti langit jingga ditinggal sang mentari. Wahai malam yang kan berganti pagi, dijemput embun menitik turun ke bumi…. Bangkit dan bernyanyilah seperti nyanyian camar di tengah samudra. Berdiri dan berlarilah seperti kijang kencana meraut hujanan cakra, kaulah pejuang kaulah pahlawan kaulah intan kaulah mutiara di tengah lautan kehidupan. ================ Muhammad Saroji, 09 Oktober 2011

Seharusnya Aku Tak Di Sini

Dari Balik Jendela, Pagi itu ku lihat dirimu duduk termangu, melamun seorang diri, binar nanar bola matamu, berkaca-kaca. Ku hampiri dirimu, menyapa meski basa-basi, tapi kau melenguh berdiri dan berpaling, ……aku protes kepadamu, mengapa kau hukum aku seperti ini…. Aku, yang tak mengerti kehendakmu, maafkan, yang tak memahami kekecewaanmu Kekasihku bukankah cinta itu suci ?, tapi tak secuilpun hatimu kumiliki Kekasihku, tak sepantasnya aku duduk di sini, menunggumu hingga akhir hayat nanti. ================ Muhammad Saroji, 14 Oktober 2011

Karena Engkaulah Kebahagiaanku

Hari demi hari, entah berapa lama keresahan menguasai diri, bukan sekedar menguasai, bukan! bahkan mencengkeram hingga sepanjang mimpi, mestikah kujunjung namamu setinggi langit, atau ku sucikan wajah cintamu yang penuh misteri……. Sepanjang malam seperti penjara sunyi, akulah sang narapidana, mendengar lantunmu berdawai perih, menyeru memanggil rinduku menjadi benci. Entahlah menjadi apa cinta ini, Entahlah kau apakan romantika ini…, Engkaulah kebahagiaanku yang telah lama hilang, kesucian yang tercampakkan. Di peraduan ini tak hendak ku abaikan, cinta sucimu yang telah kau semayamkan hingga akhir menutup mata karena engkaulah kebahagiaanku kebahagiaanku…. ============= Muhammad Saroji, 18 Oktober 2011

Hati

Hati, hatiku berdebar, berbolak-balik, kadang ragu dan bimbang, kadang teguh dan yakin. Hati, hatiku perih mendengar suara tangis, bahagia mendengar suara tawa, kadang bergetar dan ketakutan, kadang marah dan ingin diam. Hati, hatiku lemah dan kecil, tapi memendam selaksa misteri, tempat bersemayam berjuta giga memori. Hati, hatiku ingin bergetar agar tak mati, ingin berujar agar jadi mengerti, ingin berjuang agar mencapai jati diri, ingin bertindak dengan hati-hati, tapi hatiku entahlah berdinding sepi, tak berdaya seakan kehilangan energi. Hati, hatiku mengapakah kau kini, bagai tak ada cahaya mentari, bagai kumpulan asa tinggal setitik, tak ada bahagia, resah pun jadi. Hati, tapi kau adalah hatiku, sukma dan jiwaku, getar tasbih dan kehidupanku. Hati, hatiku tak usahlah menangis demi permainan kehidupan yang bukan hakiki, tak usahlah melaknat nasib diri, karena semua itu hanyalah cobaan, tidak abadi. Hati, Tempalah hati dalam bara perjuangan, berjalanlah tabah menapaki puncak tebing

Nyanyian Pasir

Alunan suara berhembus menyeruak kesunyian, di penghujung sepi langkah lelah tetap tegar berdiri, gelombang laut membiaskan cahaya purnama, tempat bayang-bayang kelepak burung camar kembali ke sarangnya. Alunan suara berhembus semakin deras menyeruak kesunyian, malam semakin dingin meninggalkan sepenggal kisah, tentang kau dan aku yang telah sepakat untuk berpisah. Pergilah wahai belahan jiwa, karena tak lagi kerinduan datang untuk diagungkan. Pergilah mata hati cinta bersama kesucian malam, mengiring nyanyian pasir menyeruak lautan. Wahai permata hati yang telah lama retak, wahai kenangan jiwa yang akhirnya sia-sia, wahai nyanyian pilu yang tak berair mata, wahai mawar sekuntum yang indah di taman, pada saat gelombang laut tetap berkejaran, dan kelepak burung camar makin lelah mencari pijakan, pergilah dengan segenggam doaku, segenggam asaku, pergilah, untuk tak berpaling lagi ======== Muhammad Saroji, 05 Desember 2011

Mutiara Retak

Seorang lelaki berdiri di sebuah tikungan jalan, gerimis kecil membasahi tubuh dan bajunya yang kumal, matanya tajam menerawang ke ujung jalanan, memandangi orang yang lalu lalang, memandang sambil menanti seseorang yang berjanji akan datang. Lelaki itu masih tetap tegar berdiri di tikungan jalan, meski hujan turun semakin besar, "biarlah menjadi basah dan kedinginan, karena kehadiranmu lebih berharga dari segalanya" , gumamnya. Senjapun berganti menjadi malam, ketika terdengar adzan maghrib berkumandang bersahutan, malam yang dingin menjadi makin mencekam, karena tak seorangpun yang datang, "huh! Percuma....." gumamnya dengan sedikit desahan kesal. Lelaki itu adalah aku, bukan siapa-siapa, hanya menunggumu menerima mutiara retak, yang telah lama aku genggam. Ku pikir buat apa mempersembahkan mutiara retak, meski perhiasan hanyalah cemoohan. Kupikir mengapa harus memuja kesetiaan, karena hanyalah anganan membabi buta. Ku pikir hanyalah pantas ku buang saja mutia

Ruang Hati

Ruang hati telah Engkau beri, tempat bersemayam cinta yang suci. Ruang hati telah menjadi saksi, tempat aku berjanji bahwa Engkaulah Illahi Robbi. Ruang hati telah diamanati, agar aku mengenalMu tanpa berpaling pada yang lain. Ruang hati, tempat aku berdzikir, memuji dan bertasbih. Ya Illahi, tapi ruang hatiku kotor penuh daki, lemah penuh dengki, digenggam alpa dibelenggu derita. Ya Illahi, tapi ruang hatiku perih menatap yang lain, cemburu bila tak berpaling, sungguh hina bertahta amarah, sungguh kalap tak dipuja-puja. Ya Illahi, pantaskah ruang hatiku menjadi suci, bila masih tersisa pengharapan meski sedikit, pantaskah aku tunduk merebahkan diri, di antara genggaman TanganMu yang Maha Suci. Ya Illahi, ruang hati telah Engkau beri, agar aku mengenalmu dengan kemurnian sanubari, tapi aku selalu khilaf, tapi aku tak pernah lelah memohon maaf. Ya Illahi, ruang hati yang Engkau beri, adalah amanat suci yang tidak boleh di khianati, di hadapanMu hamba bersembah sujud, dalam genggaman tak

Halusinasi

Kamis wage malam jum’at kliwon ku tabur kembang dan ku bakar kemenyan di sisi makam bundaku yang telah rapuh dimakan rayap asap wangi dupa mengingatkanku pada kematian yang dalam hidupku paling aku takutkan. Kematian ? Begitu mengerikankah kematian ? Yang ditinggal menangis meratap-ratap sambil tak lupa mengingat-ingat seberapa besar kelak warisan yang didapat sang arwah sendiri entah celaka entah selamat tetangga sekampung turut memanjatkan doa padahal ditanggung sendiri seluruh amal perbuatan sewaktu hidup di dunia. Aku terjaga sebuah tangan lembut menjamah pundakku ternyata aku bermimpi yang membuatku tak bisa terlelap lagi. Ah, kematian… benarkah di dunia ini ada kematiam ? Ku layangkan pandangan ke langit, hanya kelam tak ada bintang gemintang ku sapa angin dingin yang menusuk tulang kebekuannya mengantarkan aku pada sebuah pintu tinggi dan kokoh tertutup rapat di bagaian mana aku mengetuknya atau akan ku ucapkan salam saja tapi sunyi tiada jawaban desah nafas kecewaku musnah dite

Peraduan

Bumiku peraduanku pembaringan yang sepi beranda yang dingin. Di saat maut menjemput, peraduanku meraup jazad ini sepanjang usia yang telah tertutup pun tulang dan daging ini tak kan pernah menjadi besi atau batu, ini cuaca pertanda lapuk panas dan dingin sepanjang hari derita hidup tak mungkin selamanya teratasi tak ku biarkan peraduan ini memanjakan hati atau biarkan langkah kaki mencari jalan sendiri, mengobati luka perih di bumiku di peraduanku. Bumiku peraduan sepi tempat aku mengerti arti hina dan sedih dalam segala khalwat meratap menangis di sini aku berjuang dan menghikmati segala makna cinta yang hakiki abadi. ========== Diciptakan oleh Muhammad Saroji,  Bogor 23 Desember 1995

Bunga Jengger Ayam

Bunga Jengger Ayam. Lokasi : Kecamatan Gubug - Purwodadi

Bunga Phalaenopsis

Bunga Phalaenopsis. Lokasi : Kecamatan Gubug - Purwodadi

Renungan

Hidup ini tidak melulu soal uang, harta benda atau perhiasan.  Kalau kita membicarakan Rizqi, maka semua karunia dari Allah adalah Rizqi, baik berupa uang, harta benda, kesehatan, perasaan senang, anak-anak dan istri yang baik. Bisa memandang mataharienjelang terbenam di lautan lepas juga bagian dari Rizqi. (FM)

Kebersamaan Bersama Anak-Anak

Kebersamaan Bersama Anak-Anak

Generasi Muda Dukuh Kapurinjing

Generasi muda Dukuh Kapurinjing

Bismillaah

Segala sesuatunya harus diawali dengan niat yang baik

Mimpi Anak Negeri

Anak negeri selalu bermimpi tentang keindahan dan kedamaian tentang kemakmuran dan keadilan. Anak negeri memang hanya bisa bermimpi, tentang amanat yang tak dikhianati, tentang kedurhakaan-kedurhakaan yang harus diamputasi. Mimpi anak negeri yang berkalungkan pena dan belati, membela hingga mati pada bunda pertiwi, tapi anak negeri selalu disakiti, dikhianati…., Entahlah menjadi apa negeri ini, keserakahan menjamah bagai belatung menyayat bangkai busuk di hamparan bumi. Tangisku doa dan harapanku semoga anak negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri menjaga marwah bangsa di hamparan ibu pertiwi… ========= Puisi ini diciptakan oleh Muhammad Saroji

Halusinasi

Kamis wage malam jum’at kliwon ku tabur kembang dan ku bakar kemenyan di sisi makam bundaku yang telah rapuh dimakan rayap asap wangi dupa mengingatkanku pada kematian yang dalam hidupku paling aku takutkan. Kematian ? Begitu mengerikankah kematian ? Yang ditinggal menangis meratap-ratap sambil tak lupa mengingat-ingat seberapa besar kelak warisan yang didapat sang arwah sendiri entah celaka entah selamat tetangga sekampung turut memanjatkan doa padahal ditanggung sendiri seluruh amal perbuatan sewaktu hidup di dunia. Aku terjaga sebuah tangan lembut menjamah pundakku ternyata aku bermimpi yang membuatku tak bisa terlelap lagi. Ah, kematian… benarkah di dunia ini ada kematiam ? Ku layangkan pandangan ke langit, hanya kelam tak ada bintang gemintang ku sapa angin dingin yang menusuk tulang kebekuannya mengantarkan aku pada sebuah pintu tinggi dan kokoh tertutup rapat di bagaian mana aku mengetuknya atau akan ku ucapkan salam saja tapi sunyi tiada jawaban desah nafas kecewaku musnah dite

Peraduan

Bumiku peraduanku pembaringan yang sepi beranda yang dingin. Di saat maut menjemput, peraduanku meraup jazad ini sepanjang usia yang telah tertutup pun tulang dan daging ini tak kan pernah menjadi besi atau batu, ini cuaca pertanda lapuk panas dan dingin sepanjang hari derita hidup tak mungkin selamanya teratasi tak ku biarkan peraduan ini memanjakan hati atau biarkan langkah kaki mencari jalan sendiri, mengobati luka perih di bumiku di peraduanku. Bumiku peraduan sepi tempat aku mengerti arti hina dan sedih dalam segala khalwat meratap menangis di sini aku berjuang dan menghikmati segala makna cinta yang hakiki abadi ========= Puisi ini diciptakan oleh Muhammad Saroji, Bogor 23 Desember 1995

Tidak Mampu Melakukan Kebaikan

Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata: *من لم يستطع أو لم ينشط لفعل الخير كله فلا ينبغي أن يتركه كله* Barangsiapa yang tidak mampu atau tidak bersemangat untuk melakukan semua kebaikan, maka tidak seharusnya ia meninggalkan semuanya. Orang yang tidak mampu melakukan kebaikan secara keseluruhan, maka jangan sampai ia meninggalkan semua kebaikan tersebut, akan tetapi ia harus tetap melakukan kebaikan sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang dimilikinya, sebab setiap kebaikan akan mengundang datangnya kebaikan yang lain. Kebaikan yang sedikit akan menarik datangnya kebaikan yang lain sehingga kebaikan tersebut akan menjadi banyak. Kebaikan yang kecil juga akan menarik datangnya kebaikan yang lain sehingga kebaikan tersebut akan menjadi besar. Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad juga berkata: *من عجز عن ترك الشر كله، فينبغي له أن يترك ما يتيسر عليه تركه منه* Barangsiapa tidak mampu meninggalkan semua keburukan, maka seharusnya ia tetap meninggalkan keburukan yang muda

Pintu Wushul

يقول مولاناوشيخنا العارف بالله سيدنا أبو العباس أحمد بن محمدالتجاني_الحسني رضي الله عنه بعد كلام مانصه {......وإنّ الوصول إلى الله تعالى من باب النّبيء صلى الله عليه وسلَّم بكونه بابا في الوصول إلى الله تعالى ، ولا مطمع لأحد في الوصول إلى الله بدونه ، وإنما معنى ذلك : بمتابعة شرعه ، واقتفاء سبيله ، والتخلق بأخلاقه ، والتأدب بآدابه ، مع إخلاص الوجهة في ذلك كلّه إلى الله تعالى ، فبهذا المقدار يصل العبد إلى الله تعالى ، وبغير هذا المقدار لا سبيل للوصول إلى الله تعالى ...}منقول منقول من صفحة الشيخ وعلي بن سعيد بن دوينة حفظه الله تعالى Al Qutb Al Maktum Maulana As Syekh Ahmad bin Muhammad At Tijany Al Hasani rodliyallahu 'anhu berkata : "Sesungguhnya untuk wushul (sampai) pada Allah subhanahu wata'ala melalui pintu Nabi shalallohu 'alaihi wassalam, karena nabi adalah pintu untuk wushul pada Allah subhanahu wata'ala.  Tak seorangpun yang bisa wushul pada Allah subhanahu wata'ala tanpa melalui nabi shalallohu 'alaihi wassalam.  Artinya : untuk wushul pada Allah su