لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ ( اٰل عمران : ١٨١) Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". ( QS. Ali 'Imran ayat 181 ). Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang Yahudi yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya." Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersede
KH Masjkur Forum Muslim - "KH Masjkur selain seorang menteri, tokoh politik dan pejuang, juga seorang tokoh ulama. Pak Masjkur, begitulah panggilan akrabnya (sebutan 'Pak' sudah mulai membudaya sejak ibu kota pindah ke Yogyakarta), adalah anggota DPP Masyumi, Ketua Markas Tertinggi Barisan Sabilillah dan Anggota Dewan Pertahanan Negara." Tentang sosok Kiai Masjkur tersebut diungkapkan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam memoarnya Berangkat dari Pesantren (2013: 417). Hal itu diungkapkannya ketika Kiai Masjkur ditunjuk Presiden Soekarno untuk menjabat Menteri Agama dan menginginkan Kiai Saifuddin Zuhri untuk membantu di kementeriannya yang menempati kantor baru di belakang Istana Presiden di Jalan Ngupasan (kini Jalan Bayangkara) Yogyakarta. Saat itu, tepatnya pada November 1947 Kiai Masjkur mendapat panggilan dari presiden untuk segera datang ke Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota RI. Dari rekan-rekannya di Masyumi, Kiai Masjkur mem