Selasa, 14 Agustus 2018

Hukum Ibadah Kurban dengan Uang

Ilustrasi Hewan Qurban
Forum Muslim - Kurban merupakan ibadah tahunan yang dianjurkan untuk mereka yang mampu membeli hewan ternak minimal satu kambing untuk dirinya. Tetapi agama tidak memberikan batas maksimal berapa ekor hewan ternak untuk kurban satu orang. Artinya, seseorang boleh saja berkurban 5, 10, 100, 1000, atau lebih ekor hewan ternak untuk satu orang.

Lalu bagaimana dengan kurban dengan uang?

Kurban dengan uang ini bisa dipahami sebagai ibadah kurban dengan bersedekah uang seharga hewan ternak dan bisa juga dipahami sebagai ibadah kurban dengan menitipkan uang seharga hewan ternak kepada lembaga, institusi, panitia kurban, atau takmir masjid yang melayani penitipan dan penyaluran kurban.

Kalau yang dimaksud praktik kurban dengan uang ini adalah bersedekah uang seharga hewan ternak tanpa membeli dan menyembelih hewan ternak, maka ibadah kurban ini tidak sah.

Dengan kata lain, orang yang berkurban dengan praktik seperti ini tidak mendapatkan pahala atau keutamaan ibadah kurban sebagaimana yang dimaksud dalam syariat Islam. Meskipun demikian, orang yang bersangkutan hanya mendapatkan pahala atau keutamaan sedekah biasa.

Masalah ini pernah diangkat dalam forum bahtsul masail di Situbondo pada Muktamar Ke-27 NU 1984 M. Para kiai peserta forum bahtsul masail yang ketika itu dipimpin oleh KH Ali Yafie memutuskan bahwa kurban tidak boleh dengan nilai uang, tetapi dengan hewan ternak yang sifatnya ditentukan di dalam kitab-kitab fiqih.

Forum Muktamar NU di Situbondo pada 1984 M ini mengutip Kitab Riyadhul Badi’ah karya Syekh M Nawawi Al-Bantani yang kami kutip sebagai berikut:

لاَ تَصِحُّ التَّضْحِيَّةُ إِلاَّ بِاْلأَنْعَامِ وَهِيَ اْلإِبِلُ وَالْبَقَرُ اْلأَهْلِيَّةُ وَالْغَنَمُ لأَنَّهَا عِبَادَةٌ تَتَعَلَّقُ بِالْحَيَوَانِ فَاخْتُصَّتْ بِالنَّعَمِ كَالزَّكَاةِ فَلاَ يُجْزِئُ بِغَيْرِهَا

Artinya, “Kurban tidak sah kecuali dengan hewan ternak, yaitu unta, sapi, atau kerbau dan kambing. Hal ini, karena kurban itu terkait dengan hewan, maka dikhususkan dengan ternak sama seperti zakat, sehingga tidak sah selain dengan hewan ternak,” (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Riyadhul Badi’ah, [Mesir, Al-Amiratus Syarafiyah: 1326 H], jilid IV, halaman 695).

Kami menyarankan mereka yang ingin melangsungkan ibadah kurban untuk memastikan integritas lembaga atau panitia kurban yang membuka penerimaan ibadah kurban melalui transfer ke rekening tertentu. Kami juga menyarankan orang yang ingin berkurban untuk mengetahui di mana hewan kurbannya dititipkan dan disembelih.

Sebaiknya orang yang berkurban mendatangi tempat penyembelihan hewan kurbannya pada hari H. Semoga Allah menerima segenap amal ibadah kurban kita tahun ini. AmiiinWallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Sumber : NU

Tiga Penyebab Munculnya Islamofobia di Eropa

Forum Muslim - Sepanjang sejarah dunia, ketidaknyamanan selalu muncul di antara manusia sebagai makhluk sosial, baik karena bahasa, agama, ataupun ras. Hal ini muncul di dunia Barat dengan bentuk islamofobia. Ada semacam sentimen negatif ketika melihat ataupun mendengar Islam. Penyebabnya muncul dari berbagai hal dan dari segala arah sehingga membentuk gelombang besar yang memengaruhi masyarakat di sana untuk benci terhadap Islam.
Hal ini diungkapkan oleh Pimpinan Bayt Ar-Rahmah li ad-Da'wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin Holland C Taylor saat ditemui NU Online di hotel Grand Hyatt, Jakarta pada Senin (13/8).
Pertama, ketidaknyamanan masyarakat Eropa terhadap Islam itu muncul karena homogenitas mereka dan kesulitannya masyarakat imigran melakukan asimilasi dan integrasi, penyesuaian sifat asli mereka dengan sifat lingkungan di sekitar mereka tinggal. Karena itu, bangsa Eropa kurang bisa menerima kedatangan imigran yang beranak pinak dengan tanpa menghilangkan sifat mereka.
“Sebelum kedatangan grup-grup ini (imigran) dari negara masing-masing, kebanyakan negara Eropa itu homogen,” katanya.
Terlebih, mereka yang masuk ke Eropa lebih banyak yang berpendidikan rendah. Hal ini berbeda dengan Muslim yang masuk ke Amerika, yakni memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Selain itu, menurut Duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Amerika dan Eropa itu, Muslim di Amerika tidak tinggal di satu daerah tertentu saja yang mengelompok, tetapi menyebar.
“Di Eropa biasanya pendidikannya rendah, kerjanya agak ke bawah. Dan mereka semua dari satu etnik dan kumpul di satu lokasi. Mereka dianggap asing karena Eropa tidak punya budaya imigran,” ujar pimpinan LibForAll Foundation itu.
Ketidaknyamanan mereka semakin diperparah dengan kehadiran kaum ekstremis yang melakukan teror di mana-mana, seperti Al-Qaeda dan ISIS.  “Dengan kemunculan fenomena teror dari Al-Qaeda dan belakangan ini dari ISIS, wuh itu jauh lebih parah,” kata pria asal Amerika itu menyebut penyebab keduanya.
Lebih lanjut, Holland juga mengungkapkan bahwa terjadi benturan antara masyarakat keturunan imigran yang lahir dan tumbuh di negara Eropa dengan masyarakat asli Eropanya. “Mereka membantai sesama warga. Itu masalah besar. Mereka berbeda etnik dan agamanya, meskipun secara kewarganegaraan sama,” katanya.
Adanya gelombang migrasi ke Eropa tanpa ada persyaratan khusus dan kontrol membuat publik Eropa menjadi kaget dan prihatin. “Yang ketiga, imigrasi massal sampai ada jutaan orang masuk Eropa tanpa ada persyaratan dan kontrol,” katanya.
Pasalnya, hal tersebut menaikkan angka pemerkosaan di sana, sebagai salah satu contoh saja. Hal ini pernah Holland lihat sendiri ketika ia berkunjung ke Jerman. Ia melihat perempuan pribumi (orang asli Jerman) diperkosa. Hal demikian, menurutnya terjadi di mana-mana. Ia sampai menyebutnya diekspor ke Eropa.
“Sikap laki-laki di beberapa kawasan di Timur Tengah terhadap perempuan, kita di sini bisa menganggap kurang ajar,” katanya.
Karena itu, ia menerangkan bahwa Islamofobia tidak mulai dari nol. Hal ini akan lebih panjang kronologinya jika ditarik ke masa khilafah mengingat adanya ekspansi dengan menggunakan militer di belahan dunia Barat tersebut. (Syakir NF/Abdullah Alawi)

Sumber : NU

Benarkah Nabi Muhammad itu Sesat Sebelum Menjadi Nabi?



Beredar luas ceramah seorang Ustaz, yang tengah naik daun di kalangan anak muda, yang mengatakan bahwa maulid Nabi Muhammad itu seolah memeringati sesatnya Nabi Muhammad. Karena menurutnya, Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan sesat.

Ustaz yang pernah mengaku tidak lulus pesantren, dan pernah di penjara, lantas kemudian hijrah itu, berpendapat bahwa hal itu mengacu pada QS ad-Dhuha ayat 7, yang berbunyi:

‎وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ

Kata dhallan dalam ayat tersebut diartikan sebagai sesat oleh sang Ustaz. Dengan bertanya pada seorang Ustaz lain yang ada disampingnya, ayat tersebut diterjemahkan menjadi “ketika Allah mendapatimu dalam keadaan SESAT lalu Allah memberimu petunjuk”.

Terjemah semacam ini berbeda dengan terjemahan Kemenag: 

“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk”

Menerjemahkan kata dhall dalam konteks surat ini sebagai sesat amat sangat berbahaya. 

Bagaimana kalau kita lihat kitab Tafsir?

Tafsir at-Thabari mengutip penjelasan as-Suddi yang mengatakan:

وقال السدي في ذلك ما حدثنا ابن حميد ، قال : ثنا مهران ، عن السدي ( { ووجدك ضالا } ) قال : كان على أمر قومه أربعين عاما . وقيل : عني بذلك : ووجدك في قوم ضلال فهداك . 

Jadi kebingungan atau “kesesatan” itu berkenaan dg kaum jahiliah dimana Nabi tinggal bersama mereka selama 40 tahun sebelum mendapatkan wahyu. 

Dengan demikian yang sesat itu mereka, bukan Nabi. Nabi dalam kondisi galau atau kebingungan menghadapi kaumnya itu. Sampai kemudian diberi petunjuk berupa wahyu oleh Allah. Kalau Nabi juga sesat saat itu, lha apa bedanya sama kaum jahiliyah? Bahaya banget kan penjelasan Ustaz yg terkenal dengan sebutan gapleh ini (gaul tapi soleh). Janganlah menyamakan kondisi pribadi sang ustaz sebelum dia hijrah dengan kondisi Muhammad bin Abdullah sebelum menerima wahyu. 

Sayid Quthb dalam kitab tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan lebih jauh:

“Dulu kamu dibesarkan di lingkungan jahiliah dengan pandangan hidup mereka dan kepercayaan mereka yang kacau balau, beserta perilaku dan tata kehidupan yang menyimpang dari jalur kebenaran. Kemudian Allah memberikan petunjuk kepadamu dengan wahyu yang diturunkanNya kepadamu dan dengan manhaj yang kamu bisa berhubungan denganNya. Petunjuk dari kebingungan akan akidah dan kesesatan kelompok tersebut  merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah.”

Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan:

‎وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ [إِنَّ]  الْمُرَادَ بِهَذَا أَنَّهُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، ضَلَّ فِي شِعَابِ مَكَّةَ وَهُوَ صَغِيرٌ، ثُمَّ رَجَعَ. وَقِيلَ: إِنَّهُ ضَلَّ وَهُوَ مَعَ عَمِّهِ فِي طَرِيقِ الشَّامِ، وَكَانَ رَاكِبًا نَاقَةً فِي اللَّيْلِ، فَجَاءَ إِبْلِيسُ يَعْدِلُ بِهَا عَنِ الطَّرِيقِ، فَجَاءَ جِبْرِيلُ، فَنَفَخَ إِبْلِيسَ نَفْخَةً ذَهَبَ مِنْهَا إِلَى الْحَبَشَةِ، ثُمَّ عَدَلَ بالراحلة إلى الطريق. حكاهما البغوي

“Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Nabi Saw. pernah tersesat di lereng-lereng pegunungan Mekah saat ia masih kecil, kemudian ia dapat pulang kembali ke rumahnya. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya ia pernah tersesat bersama pamannya di tengah jalan menuju ke negeri Syam. Saat itu Nabi Saw. mengendarai unta di malam yang gelap, lalu datanglah iblis yang menyesatkannya dari jalur jalannya. Maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung meniup iblis hingga terpental jauh sampai ke negeri Habsyah. Kemudian Jibril meluruskan kembali kendaraan Nabi Saw. ke jalur yang dituju. Kedua kisah ini diriwayatkan dari al-Bahgawi.”

Ibn Katsir menerangkan kata dhall itu dalam konteks nyasar atau tersesat dalam perjalanan. Bukan tersesat dalam arti tauhid ataupun kesalahan lainnya.

Biar komplit saya kutip di bawah ini dari Imam Mawardi dalam kitab tafsirnya an-Nukat wal ‘Uyun:

‎{ وَوَجَدَكَ ضالاًّ فَهَدَى } فيه تسعة تأويلات:

‎أحدها: وجدك لا تعرف الحق فهداك إليه، قاله ابن عيسى.

‎الثاني: ووجدك ضالاً عن النبوة فهداك إليها، قاله الطبري.

‎الثالث: ووجد قومك في ضلال فهداك إلى إرشادهم، وهذا معنى قول السدي.

‎الرابع: ووجدك ضالاً عن الهجرة فهداك إليها.

‎الخامس: ووجدك ناسياً فأذكرك، كما قال تعالى: { أن تَضِل إحداهما }.

‎السادس: ووجدك طالباً القبلة فهداك إليها، ويكون الضلال بمعنى الطلب، لأن الضال طالب.

‎السابع: ووجدك متحيراً في بيان من نزل عليك فهداك إليه، فيكون الضلال بمعنى التحير، لأن الضال متحير.

‎الثامن: ووجدك ضائعاً في قومك فهداك إليه، ويكون الضلال بمعنى الضياع، لأن الضال ضائع.

‎التاسع: ووجدك محباً للهداية فهداك إليها، ويكون الضلال بمعنى المحبة، ومنه قوله تعالى: { قالوا تاللَّه إنك لفي ضلالك القديم } أي في محبتك

Beliau menjelaskan ada sembilan makna ayat ini, yaitu dalam konteks ketidakmengertian akan al-haq (kebenaran), masalah kenabian, kaum jahiliyah, hijrah, lupa, mencari qiblat, ayat yang diturunkan, kesempitan/kehilangan urusan umat, bahkan ada pula yang memaknainya dengan menyenangi petunjuk, maka diberilah petunjuk.

Dari penjelasan di atas tidak ada ulama yang mengatakan Nabi Muhammad itu lahir dalam keadaan sesat. Tidak ada pula ulama yang mengatakan beliau sesat sebelum diangkat menjadi Nabi. Justru sekian banyak riwayat mengatakan sejak kecil beliau dijaga Allah untuk tidak pernah menyembah berhala. 

Pertanyaannya: kalau kaum jahiliyah di sekitar beliau saat itu menyembah berhala, lantas apa yang dilakukan oleh beliau sebelum diangkat sebagai Rasul?

Imam Alusi dalam kitab Tafsir Ruh al-Ma’ani menjelaskan bahwa sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad bin Abdullah mengikuti agama yang hanif, yang berasal dari ajaran Nabi Ibrahim. 

Begitu pula Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari saat menjelaskan riwayat “Aku diutus dengan agama yang hanif dan samhah” beloau menulis:

‎قال رسول الله صلي الله عليه و سلم : بعثت بالحنيفية السمحة, الحنيفية :أي ملة ابراهيمية, والحنيف المائل عن الباطل وسمي ابراهيم عليه السلام حنيفا لأنه مال عن عبادة الأوثان. السمحة: السهلة والملة السمحة هي الملة التي لا حرج فيها ولا تضييق علي الناس وهي الملة الاسلام ,جمع بين حنيفية و كونها سمحة فهي حنيفية في التوحيد سهلة في العمل. انتهي الوجيز في قواعد الفقه الكلية د. طلعت عبد الغفار حجاج جامعة الأزهر كلية الدراسات الاسلامية والعربية للبنات

“al-Hanifiyah yaitu Millah Ibrahim, dan Hanif (lurus) yang menyimpang dari kebatilan dan dinamakan Ibrahim As sebagai seorang yang Hanif kerana beliau tidak menyembah berhala. As-samhah, yaitu mudah dan jalan (agama) yang mudah. Maknanya jalan (agama) yang tiada kepayahan padanya dan tiada kesempitan pula kepada manusia untuk mengamalkannya dan itu adalah millah (agama) Islam, dihimpunkan di antara hanifiyah dan samhah karena lurus pada Tauhid dan mudah dalam hal pengamalan.”

Jadi jelaslah bahwa Muhammad bin Abdullah itu bukan orang sesat dan tidak mengikuti kepercayaan kaum jahiliyah saat beliau belum menjadi Nabi.

Lantas apakah Nabi Muhammad itu pernah melakukan dosa saat sebelum diangkat menjadi Nabi?

Mari kita simak penjelasan kitab Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah:

‎وَالأَْنْبِيَاءُ مَحْفُوظُونَ بَعْدَ النُّبُوَّةِ مِنَ الذُّنُوبِ الظَّاهِرَةِ كَالْكَذِبِ وَنَحْوِهِ، وَالذُّنُوبِ الْبَاطِنَةِ، كَالْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالرِّيَاءِ وَالسُّمْعَةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Setelah diangkat menjadi Nabi, Para Nabi itu terjaga dari dosa yang lahiriah seperti berbohong dan sejenisnya, maupun dosa batiniah seperti dengki, sombong, riya’, dan lainnya.

‎أَمَّا عِصْمَتُهُمْ قَبْل النُّبُوَّةِ فَقَدِ اخْتُلِفَ فِيهَا، فَمَنَعَهَا قَوْمٌ، وَجَوَّزَهَا آخَرُونَ، وَالصَّحِيحُ تَنْزِيهُهُمْ مِنْ كُل عَيْبٍ؛ 

“Adapun kema’shuman sebelum kenabian maka terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama; ada sebagian yang menolaknya dan ada pula yang membolehkannya. Yang benar itu adalah mereka (maksudnya para Nabi sebelum menjadi Nabi) itu dibersihkan dari semua aib/cela.”

Itulah sebabnya Nabi Muhammad sejak mudanya sudah dikenal dengan sebutan al-Amin (orang yang terpercaya) karena track recordnya sebagai pribadi yang jujur dan mulia dikenal luas saat itu.

Karena memahami QS ad-Duha hanya lewat arti harfiah terjemahan saja, tanpa menyempatkan diri membuka kitab tafsir dan literatur lainnya, sang Ustaz semakin parah membangun narasinya dengan menyerang perayaan maulid, dengan gaya sinisnya. Seolah dia memakai logika: kalau saat lahir Muhammad itu dalam keadaan sesat, mengapa kelahirannya itu hendak diperingati? Apanya yang mau diperingati?

Narasi yang coba dibangunnya menjadi berantakan karena asumsinya sudah keliru. Ayat yang dia kutip ternyata menurut para ulama tafsir tidak mengatakan Muhammad itu sesat. Kalau Muhammad itu sebelumnya sesat, nanti ada yang bertanya orang sesat kok jadi Nabi? Piye to jal? Mikirrrr.

Dulu ada yang mengatakan bahwa Nabi gagal mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin semasa hidupnya, hanya karena ingin membangun narasi mendukung khilafah. Sekarang sejak lahir Nabi dibilang sesat, hanya karena hendak menyerang peringatan maulid.

Duh, Gusti.....
Kenapa justru para Ustaz mencela Nabi-Mu....
Mohon Engkau mengampuni kami semua.
Nastaghfirullah wa natubu ilayk.

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand
dan Dosen Senior Monash Law School

Link : FB

Nabi Muhammad bukan Manusia Biasa




Copas ustadz Bang Abdi Djohan

Nabi Muhammad bukan Manusia Biasa

Beberapa umat Islam menyebarkan pemahaman bahwa Nabi Muhammad sholla Allahu alayhi wa Sallam adalah manusia biasa sama seperti manusia pada umumnya. Argumentasi mereka adalah dalil Al-Qur'an Surat al-Kahf:

(قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ 

Katakanlah (wahai Nabi), bahwasanya aku adalah manusia seperti kalian, dan bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan yang Satu...
[Surat Al-Kahfi 110]

Atas dasar itu, mereka melarang penambahan kata "sayyidina" di depan nama Nabi Muhammad, dengan alasan beliau adalah manusia biasa. 

Argumentasi di atas, perlu dipertanyakan jika dikaitkan dengan dalil surat al-Ahzab berikut ini: 

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri (Qs 33:6)

Apakah keutamaan yang dimiliki Nabi itu dikarenakan beliau adalah seorang nabi ataukah keutamaan itu tidak ada hubungannya dengan keadaan beliau sebagaimana manusia? 

Menjawab pertanyaan itu, kita perlu pertimbangkan keistimewaan yang Allah berikan kepada Nabi Yahya dan Nabi Isa sejak mereka berdua dilahirkan: 

(وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا)

Dan kesejahteraan bagi dirinya (Yahya) pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.

[Surat Maryam 15]

(وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا)

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa putera Maryam), pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."

[Surat Maryam 33]

Tentu saja, keistimewaan itu juga diberikan kepada Nabi Muhammad sholla Allahu alayhi wa sallam. Karena di dalam surat Al-Baqarah disebutkan: 

(آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ)

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali."

[Surat Al-Baqarah 285]

Semua nabi dan rasul diberikan keistimewaan masing-masing. Sehingga keistimewaan itu melekat kepada pribadi mereka. 

Kembali kepada pernyataan bahwa Nabi Muhammad bukanlah manusia biasa. Kita dapat memahaminya dari hadits berikut: 

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال نهى رسول الله عليه وسلم عن الوصال. فقال رجل من المسلمين فإنك تواصل يا رسول الله؟ فقال وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني...متفق عليه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata " Rasulullah sholla Allahu alayhi wa sallam melarang puasa wishol (bersambung tanpa makan). Lalu ada seseorang bertanya, " tetapi baginda sendiri berpuasa wishol wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab, " siapa di antara kalian yang seperti aku?" aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum..." (muttafa 'alayhi, hadits nomor 682 dalam Bulugh ul-Maram)

Mari kita sorot kalimat berikut: 

وأيكم مثلي؟ إني أبيت ربي ويسقني

siapa di antara kalian yang seperti aku?" aku bermalam dan Tuhanku memberi aku makan dan minum...

Bukankah di dalam kalimat ini terkandung keistimewaan Nabi secara fisik, daripada manusia biasa pada umumnya? Jika beliau memang manusia biasa, tentu Allah tidak akan memberi beliau makan dan minum seperti yng beliau katakan di dalam hadits.

Karena beliau bukan manusia biasa, menambahkan kata "sayyidina" sebelum nama beliau merupakan sebuah kepantasan. Dan itu pun dikuatkan oleh ucapan beliau sendiri: 

انا سيد ولد ادم يوم القيامة ولا فخر

Aku adalah sayyid (pemimpin) anak-anak keturunan Adam nanti pada hari kiamat, bukan untuk membanggakan diri (riwayat al-Bukhori)

Yang menjadi pertanyaan kemudian, jika ada orang yang tidak mau menyebut Nabi dengan sebutan sayyid padahal dia tahu bahwa Nabi adalah pemimpin seluruh manusia, siapa sebenarnya yang memimpin mereka?

(يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا)

Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.

[Surat Al-Isra' 71]

Kamis, 09 Agustus 2018

Surat Kecil Buat Jack




Jack,
Ketika ku buka pintu,
Ku harap kau ada dan menyambut uluran tanganku,
Ku hembuskan nafas cinta,
Merangkai bunga sekuntum,
Meneteskan titik-titik embun,
Di pelaminan yang suci, 
Tapi kau tiada,
Dan tak pernah ada di depanku.

Ketika ku telusuri jalan-jalan itu,
Ingin sekali berjumpa denganmu,
Bersepeda beriringan bersama,
Bercanda ria seperti waktu dulu.

Dimanakah kau kini, 
Kau seperti purnama cerah yang tertutup mega di malam hari,
Datanglah kemari
Sambutlah lemah tanganku ini
Dengarkan degup jantungku,
Rasakan desir aliran darahku,
Kau yang dulu berkata : aku cinta padamu,
Kau yang selalu memegang janji-janji,
Kau yang bersumpah setia sehidup semati,
Kau yang ku tunggu sampai ajal nanti,
Tapi kau tak pernah menepati janji,
Dan kau tak pernah kembali.

Dosa apakah aku ini,
Putus asa doa dan harapan mengetuk pintu langit,
Tak pantaskah permohonanku ini,
Hati lemah berlumur duka,
Jazad lelah mempertahankan kehidupan,
Menanti janji yang tak pasti,
Dosa apakah aku ini?

Jack,
Hadirlah di sisiku,
Genggamlah tanganku,
Rasakanlah panas dan dingin di hatiku,
Tatapanku sayu,
Tak kan ada lagi embun bening di mataku,
Semua telah kering,
Demi menyirami butiran cinta yang suci,
Lembut suaraku yang kini rapuh,
Tapi suara hatiku hanyalah untukmu,
Jadilah penyuluh dalam gelap,
Karena engkaulah matahariku.

Tapi kenapa kau, Jack
Tiap kali ku buka pintu,
Ku harap kau ada dan menyambut uluran tanganku,
Ku hembuskan nafas cinta,
Merangkai bunga sekuntum,
Meneteskan titik-titik embun,
Di pelaminan yang suci, 
Tapi kau tetap tiada,
Dan tak pernah ada di depanku......

Dawuan - Cikampek - Karawang, 09/08/2018  -  22:53

Kamis, 02 Agustus 2018

Matahariku






Lelah ku bersimpuh,
Tertunduk lesu di balik tirai yang kelabu,
Angin berisik hampir merusak jantungku,
Lelah ku menunggu secarik kertas darimu,
Kertas penuh untaian doa dan senandung rindu.

Kaulah matahariku,
Mata hatiku yang diam penuh cemburu,
Kaulah kata hatiku,
Mata hati cinta yang tak pernah bersatu.

Mekarlah bunga sekuntum,
Anak kecil berlarian mengejar kupu-kupu,
Mengapa baru kali ini ku tau,
Kaulah matahariku,
Mata hati cinta yang penuh rindu.



Dawuan - Karawang, 02-08-18