Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Perdagangan Organ Manusia, Sisi Gelap Pemberontakan Suriah

Salah satu sisi gelap pemberontakan Suriah yang sekali lagi membuktikan 'motif' zionisme di dalamnya akhirnya muncul ke publik. Ini adalah perdagangan organ tubuh manusia. Tidak ada praktik-praktik biadab seperti dipertunjukkan oleh para pemberontak Suriah yang ada dalam 'semangat' keagamaan, apalagi Islam, kecuali bahwa semangat itu adalah semangat penyembahan setan. Dan apa yang dilaporkan oleh  Veterans Today  ini semakin mengkonfirmasi hal ini. "Para pemakan tubuh manusia itu kemudian diikuti oleh para penjual bagian-bagian tubuh manusia. Banyak yang diuntungkan oleh konflik yang berkepanjangan ini, dalam berbagai caranya," tulis Jim W. Dean, Managing Editor  Veterans Today  dalam laporannya pada 29  Desember kemarin. "Tentu saja hal ini tidaklah mengejutkan ketika para jihadis itu berubah menjadi penjual organ tubuh karena bisnis ini telah disiapkan lama. Mosul juga menjadi ajang bisnis ini, dan orang-orang Israel yang mencuri organ-organ tubuh w

Refleksi KH Hasyim Muzadi: Proporsi Mayoritas dan Minoritas di Indonesia

. Hampir setiap hari di negeri kita selalu dikumandangkan hubungan mayoritas dan minoritas. Pada umumnya esensinya adalah agar mayoritas melakukan toleransi bahkan perlindungan terhadap minoritas. kalau tidak dilakukan, selalu ditempatkan pada posisi intoleran dan tidak Bhinneka Tunggal Ika. Padahal fakta mayoritas dan minoritas di Indonesia ada dua dimensi. Ada mayoritas dan minoritas dilihat dari jumlah, ada mayoritas dan minoritas dari segi potensi dan peranan di Indonesia. Biasanya kalau menyebut mayoritas ditinjau dari segi populasi maka artinya adalah pribumi. Sedangkan kalau ditinjau dari segi keagamaan yang dimaksud adalah umat Islam. Dengan demikian, maka selebihnya dari itu disebut minoritas. Sehubungan dengan sistem ketatanegaraan yang masih liberalistik dalam politik yang justru membuahkan sub-sistem ekonomi yang sentralistik, maka terjadilah mayoritas dalam jumlah baik tinjauan populasi maupun agama berposisi sebagai minoritas di bidang kemampuan ekonomi, bahkan kemamp

Globalisasi Konflik

Oleh : Dina Y. Sulaeman Sering saya temukan, ketika saya (atau orang lain) menulis “Barat ada di balik konflik negara X”, muncul bantahan seperti ini “Jangan nyalah-nyalahin Barat! Itu kan salah warga negara X sendiri karena..bla..bla..” atau “Anda ini pakai teori konspirasi!” atau kecaman senada dengan berbagai model. Saya sungguh heran, di zaman internet begini, masih juga banyak yang belum paham bahwa dunia sudah jauh berubah. Tidak ada konflik yang berdiri sendiri di era globalisasi ini. Tentu saja, yang dimaksud ‘Barat’ adalah politisi, korporasi, media mainstream yang memang sangat krusial perannya dalam konflik. Jadi, sangat tidak setara (not apple-to-apple; qiyas ma’al faariq) bila kita bilang Barat itu ‘baik’ hanya dengan bukti betapa baiknya rakyatnya (civil society) mengurusi para pengungsi. Ya, secara kemanusiaan, sangat mungkin civil society di Barat sangat humanis dan baik hati. Tapi kita sedang bicara soal politik internasional, soal siapa yang mendalangi perang

Adab ketika Sakit Menurut Imam al-Ghazali

Di antara kenikmatan yang kerap terlupakan selain waktu luang adalah kesehatan. Manusia seringkali baru merasakan besarnya anugerah kesehatan ketika ia ditimpa sakit. Ini mirip kala orang mulai menganggap nilai penting cahaya saat ia diliputi situasi gelap. Jika sudah tertimpa sakit, memang tak ada gunanya mengeluh atau menyesali keadaan. Pilihan yang paling masuk akal adalah menjadikan keadaan tersebut sebagai momen berharga bagi perbaikan diri. Dalam kitab  al-Adab fid Dîn , Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bn Muhammad al-Ghazali mencatat beberapa ada yang harus dilakukan oleh seseorang ketika menderita sakit. Pertama, memperbanyak ingat kematian ( al-iktsâr min dzikril maut ). Meski tidak selalu, sakit sering menjadi tanda seseorang akan menemui ajal. Inilah saat tepat si sakit menumbuhkan kesadaran bahwa kelak ia kembali ke hadirat-Nya dank arena itu kehidupan di dunia ini butuh persiapan yang matang. Kendatipun, ingat kematian sesungguhnya dianjurkan terjadi setiap saat, namun kare

Empat Etika Persahabatan Menurut al-Ghazali

Manusia tidak dapat hidup sendiri dan butuh orang lain untuk tetap bertahan hidup. Aristoteles menyebut manusia sebagai  zoon politicon , yaitu makluk sosial. Dikatakan makhluk sosial karena tanpa teman dan berinteraksi dengan orang lain mustahil manusia betah hidup di dunia. Oleh sebab itulah, Allah SWT  menciptakan Adam beserta Hawa agar manusia terus berkembang dan hidup bersama-sama. Untuk mememuhi kebutuhan sosial tersebut, manusia butuh pertemanan atau persahabatan. Imam al-Ghazali mengibaratkan pertemanan ibarat akad nikah. Konsekuensi dari akad tersebut adalah seseorang diharuskan untuk memenuhi hak-hak pasangannya. Al-Ghazali mengatakan: اعلم أن عقد الأخوة رابطة بين الشخصين كعقد النكاح بين الزوجين وكما يقتضي النكاح حقوقا يجب الوفاء بها قيام بحق النكاح كما سبق ذكره في كتاب النكاح فكذا عقد الأخوة فلأخيك عليك حق في المال والنفس وفي اللسان والقلب بالعفو والدعاء وبالإخلاص والوفاء وبالتخفيف وترك التكلف “Jalinan tali persahabatan antara dua orang seperti halnya akad nikah suami-istri

Memahami Sikap PBNU

Oleh Syafiq Naqsyabandi Sikap PBNU yang memilih kontra terhadap Aksi Bela Islam banyak membuat kalangan gagal paham. Rupanya tidak hanya kalangan Islam perkotaan yang gagal paham, tetapi juga kalangan Islam yang berasal dari lingkungan Nahdliyin (NU kultural). Umumnya mereka yang gagal paham ini merupakan kalangan Islam yang tidak dekat dengan NU struktural, meski tidak jauh dari kalangan NU kultural. Orang-orang yang meskipun berasal dari kalangan NU kultural, dapat terbawa isu-isu yang berembus di masyarakat jika tidak dekat dengan NU struktural. Kita semua mafhum, betapa liarnya isu (menjurus fitnah) yang berembus di masyarakat hari-hari ini. Hanya NU strukturallah yang dapat menangkis ataupun meluruskan kesimpangsiuran isu tersebut. Kedekatan seseorang dengan NU struktural, sedikit atau banyak akan mempengaruhi pemahaman seseorang dengan sikap-sikap PBNU.  Mengamini apa yang seringkali disampaikan Ahmad Baso dalam buku-bukunya, bahwa hari ini NU sedang digempur oleh wahabisme di sa

Empat Poin Penting Refleksi Akhir Tahun 2016 PBNU

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بسم الله الرحمن الرحيم اللهم صل على سيدنا محمد Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menjaga dan melindungi bangsa Indonesia hingga dapat melalui Tahun 2016 dengan selamat. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, yang setia menjaga dan merawat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai mu’âhadah wathaniyyah (konsensus nasional), berdasarkan Pancasila sebagai tali pengikat (kalimatun sawa’) seluruh komponen bangsa yang ber-Bhineka Tungga Ika. Sebagai negeri Muslim terbesar di dunia yang menganut demokrasi, bangsa Indonesia harus bersatu padu di tengah konstelasi dunia yang kian bergolak, dengan mengencangkan ikatan tali persaudaran sesama umat Islam ( ukhuwwah Islâmiyyah ), sesama warga bangsa ( ukhuwwah wathaniyyah ), dan persaudaraan kemanusiaan universal ( ukhuwwah insâniyyah ). Ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih sejak resesi tahun 2008. Perebutan peng