Kamis, 28 Juli 2022

Lapangan Seroja Iser - Petarukan






Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 100


اَوَكُلَّمَا عٰهَدُوْا عَهْدًا نَّبَذَهٗ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ ۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman. (QS. Al-Baqarah ayat 100)

Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah . Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya? Sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedangkan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar Bani Israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demikian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman.

Pantaslah mereka itu mengingkari ayat Allah, karena setiap mereka mengadakan perjanjian, sebagian besar mereka mengkhianati janji. Janji yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah janji mereka kepada Nabi Muhammad saw, dan janji yang mereka buat itu tidak sedikit. Tegasnya, orang-orang Yahudi mempunyai watak yang tidak setia, bahkan sebagian besar dari mereka suka menyalahi janji.
Allah menerangkan dalam ayat ini ketidakjujuran yang dilakukan orang-orang Yahudi dalam mengingkari ayat-ayat yang terdapat dalam kitab Taurat dan tidak mau menjalankan ajarannya. (FM)

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 99



وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۚ وَمَا يَكْفُرُ بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ

Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (QS. Al-Baqarah ayat 99)

Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang Yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi Tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang Yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh Kami, dengan menugaskan Jibril, telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.

Allah swt menerangkan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw mengandung kebenaran, karena antara teori-teori i'tiqadiyah-nya dengan dalil-dalilnya terdapat keserasian, demikian pula antara hukum-hukumnya yang bersifat amali dengan segi-segi kemanfaatannya. Tidak diperlukan dalil lain untuk membuktikan kebenaran ayat-ayat itu. Ia laksana cahaya yang menyinari segala sesuatu, yang terang benderang dengan sendirinya, tidak memerlukan sesuatu pun untuk membantu kecerahannya. Orang-orang yang telah dipancari kebenaran, tetapi lebih suka mencari kegelapan, sebabnya tiada lain karena hasad pada orang yang menampakkan hak, juga karena sifat congkak dan sombong yang timbul dari mereka. (FM)

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 98



مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ

Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah ayat 98)

Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikat-malaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau Jibril yang membawa wahyu dan Mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia telah kafir dan mengantar dirinya menuju kebinasaan. Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. Dua ayat di atas menegaskan dua hal. Pertama, Allah tidak membedabedakan para rasul dan malaikat-Nya. Kepercayaan, ketaatan, dan kecintaan kepada mereka adalah satu paket. Siapa pun yang memusuhi mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia akan menjadi musuh Allah. Kedua, sanksi kepada pelanggar tidak hanya diterapkan kepada orang Yahudi, tetapi kepada siapa saja yang kafir dan memusuhi-Nya.

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa barang siapa memusuhi Allah dan malaikat-malaikat-Nya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari-Nya, berarti orang itu telah menganiaya dirinya sendiri, karena orang yang demikian itu memusuhi orang-orang yang menyampaikan seruan Allah, yang berarti pula orang itu telah mendengar seruan Allah kepada jalan yang benar, tetapi tidak mau mendengarkan seruan itu. Ia telah berbuat zalim karena tidak mau mendengarkan seruan sebagaimana mestinya, padahal seruan itu sangat berguna bagi dirinya sendiri.
Dalam ayat ini terdapat ancaman yang keras yang dinyatakan Allah secara terang-terangan, yaitu ketentuan bahwa orang-orang Yahudi digolongkan orang-orang kafir karena mereka memusuhi kebenaran dan memusuhi pula setiap orang yang menyerukan kebenaran itu.
Orang-orang Yahudi semestinya harus mengerti bahwa memusuhi Al-Qur'an berarti memusuhi seluruh kitab-kitab samawiyah, karena tujuan dari kitab-kitab itu hanyalah satu, yaitu memberikan hidayah pada semua manusia dan menunjuki mereka pada jalan yang lurus. Memusuhi Nabi Muhammad pun berarti memusuhi seluruh nabi, karena tugas para nabi pada hakikatnya satu, dan tujuannya pun juga satu. (FM)

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 97



قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah ayat 97)

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Kami benci Jibril karena ia membawa bencana dengan menyampaikan wahyu bukan kepada golongan kami. Ia juga membongkar rahasia kami." Menjawab pernyataan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Barang siapa menjadi musuh Jibril maka ketahuilah bahwa dia hanya akan mendapatkan keburukan, karena sesungguhnya dialah, Jibril, yang telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah, bukan atas kehendaknya sendiri dan bukan pula atas kehendakmu. Dengan demikian, memusuhi Jibril sama dengan memusuhi Allah. Sungguh aneh kalau kamu memusuhinya padahal wahyu-wahyu yang disampaikannya membenarkan apa yang terdahulu, yakni kitab-kitab suci termasuk Taurat, dan wahyu-wahyu itu juga menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman. Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah, dan memusuhi Allah berarti memusuhi semua makhluk-Nya yang taat. Bila seseorang memusuhi Allah, maka Allah pun akan memusuhi nya dan menjauhkan rahmat darinya.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang penolakan alasan-alasan yang dikemukakan orang Yahudi dengan menyuruh Nabi Muhammad saw, menyampaikan kepada orang-orang Yahudi, bahwa barang siapa yang memusuhi Jibril berarti ia telah memusuhi wahyu Allah, karena tugasnya antara lain menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. Barang siapa memusuhi wahyu Allah, berarti ia telah mendustakan Taurat dan kitab-kitab Allah yang lain.
Alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi adalah alasan yang timbul dari kelemahan dan kerusakan iman. Hal ini menunjukkan bahwa permusuhan orang-orang Yahudi terhadap Jibril tidaklah pantas dijadikan alasan untuk tidak mempercayai kitab yang diturunkan Allah. (FM)

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 96


وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah ayat 96)

Dan tidak saja mereka enggan segera mati, sungguh demi Tuhanmu, engkau, wahai Muhammad, akan mendapati mereka, yakni orang-orang Yahudi yang mengaku kekasih Allah itu, manusia yang paling tamak atas kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik, karena orang musyrik sejak semula tidak percaya kepada wujud Tuhan dan akhirat. Ini berbeda dengan orang-orang Yahudi yang mengakui wujud Tuhan dan keniscayaan akhirat. Betapa tamaknya mereka, sehingga masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, yakni hidup selama mungkin di dunia, padahal seandainya mereka diberi umur sepanjang apa pun, umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan masing-masing akan mendapat sanksi sesuai dosa-dosanya karena Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Allah swt memberikan penjelasan bahwa Nabi Muhammad saw akan menjumpai orang-orang yang menginginkan kehidupan yang kekal di muka bumi dan mereka berusaha dengan cara apa pun juga agar mereka dapat hidup kekal. Mereka itu sebenarnya tidak yakin akan dugaan dan sangkaan mereka sendiri. Meskipun yang dinyatakan dalam ayat ini hanya mengenai orang-orang yang hidup pada masa turunnya ayat, tetapi ketentuan itu berlaku terus sepanjang masa. Bahkan orang Yahudi itu orang yang paling tamak di antara seluruh manusia, bahkan melebihi orang-orang musyrikin.
Sikap demikian itu mendapat celaan dan kemarahan yang besar dari Allah. Karena orang-orang musyrik tidak percaya adanya hari kebangkitan, maka ketamakan orang-orang musyrik terhadap kenikmatan dunia bukanlah hal yang aneh. Tetapi orang-orang Yahudi yang percaya pada Al-Kitab dan mengakui adanya hari pembalasan, seharusnya tidak terlalu tamak terhadap kehidupan dunia ini. Mereka menginginkan hidup di dunia seribu tahun atau lebih. Karena itu pantas kalau Allah marah dan menghukum mereka. Panjang umur mereka di dunia ini tidaklah dapat menolongnya dan tidak pula dapat menjauhkannya dari siksaan yang tersedia bagi mereka di akhirat, lagi pula umur itu betapapun panjangnya, pasti akan berakhir. Dengan lain perkataan, panjangnya umur tidak akan dapat melepaskan diri mereka dari siksaan Tuhan, karena Allah Maha Mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, baik yang tersembunyi, ataupun yang mereka lakukan secara terang-terangan. Seluruh perbuatan yang timbul dari mereka pasti diberi balasan yang setimpal. (FM)

Rabu, 27 Juli 2022

Ketika Rasulullah SAW Menangis



Pada suatu hari Rasulullah saw ditemui oleh malaikat Jibril. Rasul bertanya “Ada apa wahai Jibril?”. 

Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, sesungguhnya hari ini Allah swt sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana,

Untung aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah swt kepala alam semesta. Dengan alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah kepada dirimu".

Rasulullah saw terdiam beberapa saat. Kemudian bertanya lagi, “Wahai Jibril, ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”.

Jibril menjawab “Wahai Muhammad, Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lubang dengan yang lain ialah perjalanan 70 tahun. Lubang yang palingbawah adalah yang paling panas".

Nabi saw meneruskan pertanyaannya, "Lalu siapakah penghuni lubang-lubang neraka itu wahai Jibril?”.

Jibril menjawab, “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang orang munafik, lubang berikutnya untuk penyembah berhala, lalu untuk penyembah bintang dan matahari".

Jibril terus menerangkan penghuni tingkatan neraka hingga lubang yang ke 5 tempatnya umat Yahudi dan yang ke 6 dihuni oleh umat Nasrani.Setelah menjelaskan penghuni 6 tingkatan Neraka,Jibril diam cukup lama.

Rasulullah saw penasaran dan bertanya kembali, “Wahai Jibril, siapakah penghuni neraka yang ke 7?”. Jibril diam saja tidak menjawab.

Rasulullah saw mengulangi pertanyaannya, tapi Jibril tetap diam.
Rasulullah saw tambah penasaran dan mendesak jibril agar dijawab pernyaannya. 

Akhirnya Jibril pun berkata, “Umatmu wahai Muhammad, mereka itu para pelaku dosa besar di kalangan umatmu yang dimana sampai mereka mati belum sempat bertaubat".

Mendengar jawaban Jibril, Rasulullah saw langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh baginda di atas pangkuannya.

Tak berapa lama Rasulullah saw sadar dan langsung menangis bersimbah air mata, dengan terisak-isak Rasulullah saw mempertegas pertanyaannya, “Wahai Jibril, apakah benar ada diantara umatku yg masuk neraka?”.

Jibril mejawab“Benar wahai Muhammad, pelaku dosa besar di antara umatmu yang belum bertaubat".

Setelah itu Rasulullah saw langsung menghadap kiblat dan sujud kepada Allah saw dalam isak tangisnya. 

Sesekali dengan suara pelan beliau membisikkan kata-kata "Ummati ya Rabb, ummati, ummati, ummati.

Beliau saw tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selamat 3 hari 3 malam kecuali setiap Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, barulah beliau bangkit untuk menjadi imam dan setelah itu kembali sujud lagi.

Pada hari ke 3, Abu Bakar ra menyadari hal ini, beliau mengetuk pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam 3 kali, namun tidak ada jawaban.

Abu Bakar ra sedih dan berseru di depanpintu Nabi saw, “ Apakah ada jalan untuk masuk kerumah Rasulullah”. Tetap tidak ada jawaban. 

Lalu beliau menangis dan melangkah pulang
Di jalan beliau bertemu sahabat Umar ra, “Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?”. 

Abu Bakar ra menceritakan keadaan Rasulullah saw. Maka Umar ra pun melangkah menuju rumah Nabi saw dan terjadilah hal yang sama. Umar pun pulang dan menangis.

Di jalan beliau bertemu Salman Al Farisi ra. Dengan terisak-isak Umar ra bercerita kepada Salman ra hingga membuat dia amat sedih, namun dia tidak berani mengulangi hal yang sama.

Salman melangkah menuju rumah Fatimah ra dan menceritakan hal itu.

Setengah berlari Fatimah ra menuju rumah Ayahnya saw dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. 

Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Nabi saw. Rasullah saw bangkit dari sujud dan membuka pintu.

Alangkah terkejutnya Fatimah ra melihat beliau yang amat kurus dan pucat. 

Fatimah memeluk beliau saw lalu menangis. “Wahai ayahanda, apa yang terjadi? mengapa engkau amat sedih seperti ini?”. 

Rasulullah saw kembali menangis dan berkata dengan suara lirih, “Wahai Fatimah, belahan jiwaku, bagaimana mungkin aku tidak sedih sedangkan Jibril mengatakan akan ada kelak umatku yang akan ada kelak umatku

yang akan masuk neraka"
_________________________________
Wahai sobat. . . .
Cinta Nabi Muhammad SAW begitu besar kepada kita
Apakah cinta beliau akan terbalaskan...
Atau hanya akan menjadi cinta bertepuk sebelah tangan ?
Jawabannya ada diri kita masing-masing. . . 

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد عدد خلقك ورضا نفسك وزينة عرشك ومدد كلماتك (FM)

Amalan-Amalan Hari Rabu Terakhir Di Bulan Safar


AMALIYAH - AMALIYAH 
DIRABU TERAKHIR BULAN SAFAR
__________________________________

1. Dikutip dari kitab Kanzu al-Najah wa Al-Surur,  kitab Nubdzatul Anwar  dan kitab Jawahir al-Khomsi. 

ذكر بعض العارفين من أهل الكشف والتمكين أنه ينزل في كل سنة ثلاثمائة ألف بليَّة وعشرون ألفًا من البليات، وكل ذلك في يوم الأربعاء الأخير من صفر؛ فيكون ذلك اليوم أصعب أيام السنة؛ فمن صلّى في ذلك اليوم أربع ركعات، يقرأ في كل ركعة منها بعد الفاتحة سورة (إنا أعطيناك الكوثر) سبع عشرة مرة والإخلاص خمس مرات، والمعوّذتين مرة مرة، ويدعو بعد السلام بالدعاء.

Bahwa amaliyyah-amaliyyah yang sebaiknya dilakukan pada hari rabu akhir bulan Shafar (pungkasan/wekasan) yaitu dengan sholat Sunah 4 rokaat atau 2 rokaat. Sholat dilaksanakan empat roka’at, baik dengan dua tasyahud satu salam, dengan niat:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى

atau dua tasyahud dua salam, dengan niat:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Adapun versi Gus Mus niat yang sebaiknya diniatkan adalah sholat sunah muthlak dengan niat sebagai berikut:

أُصَلِّى سُنَّةً رَكْعَتَـيْنِ للهِ تَعاَلىَ

Setelah membaca Al-Fatihah, kemudian membaca Surat Al-Kautsar 17x, Surat Al-Ikhlash 5x, Surat Al-Falaq 1x dan Surat An-Nas 1x. Hal ini dilakukan tiap rokaat. Artinya tiap rokaat membaca semua surat tersebut.

Selesai sholat empat rokaat, kemudian membaca Do’a ini: 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Dalam kitab “Ferdaus” , Syeh Al-Buni Rohimahullah berkata: “Barang siapa yang ingin selamat dari hal-hal di rabu akhir bulan Shafar, hendaknya dia sholat 6 rekaat (2 salam, 2 salam dan 2 salam) dimana rekaat pertama setelah membaca Ummal Qur’an direkomendasikan membaca ayat Kursi dan di rekaat kedua membaca Surat Al-Ikhlas. 

وقال الشيخ البوني رحمه الله تعالى في كتاب الفردوس: إن الله عزّ وجلّ ينزل بلاء في آخر أربعاء من صفر بين السماء والأرض؛ فيأخذه الموكَّل به ويسلمه إلى قطب الغوث فيفرقه على العالم، فما حصل من موت أو بلاء أو همّ إلا ويكون من البلاء الذي يفرقه القطب؛ فمن يُرد السلامة من ذلك فليصلِّ ست ركعات، يقرأ في الأولى بأم القرآن وآية الكرسي، وفي الثانية سورة الإخلاص في كل ركعة، ثم يصلّي على النبي  بأي صلاة، ثم يدعو.

Setelah salam kemudian membaca doa sebagai berikut:

(اللَّهُمَّ) إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى، وَبِكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ وَبِحُرْمَةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ أَنْ تَحْفَظَنِي وَأَنْ تُعَافِيَنِيْ مِنْ بَلَائِكَ، يَا دَافِعَ البَلَايَا، يَا مُفَرِّجَ الهَمّ، ويَا كَاشِفَ الغَمّ، اِكْشِفْ عَنِّي مَا كُتِبَ عَلَيَّ فِي هذه السنةِ مِنْ هَمٍّ أو غَمٍّ؛ إنَّكَ على كل شيء قديرٌ، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما.

2. Membaca Surat Yasin (kalau sanggup bacalah Yasin Fadhilah). Seorang ulama shalihin menyebutkan bahwa hari Rabu terakhir bulan Shafar merupakan hari yang penuh dengan bala, maka disunnahkan pada hari itu membaca surah Yasin, dan ketika sampai pada bacaan “سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبِّ الرَّحِيْمْ” hendaklah mengulangnya sebanyak 313 kali.

وذكر بعض الصالحين أنّ آخر أربعاء في صفر يوم نَحْس مستمر فيستحب أن يقرأ فيه سورة يس، فإذا وصل إلى قوله تعالى: (سلامٌ قولاً من رب رحيم) يكررها (ثلاثمائة وثلاث عشرة مرة)

3. Membaca Sholawat Munjiyat. Setelah selesai membaca surah Yasin, hendaklah membaca Shalawat Munjiyat sebanyak 11 kali, yaitu :

أَللَّهُمَّ صَلِّى عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْناَ بِهاَ مِنْ جَمِيْعِ اْلأَهْوَالِ وَ اْلآفاَتِ وَ تُقْضِي لَناَ بِهاَ مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَاتِ وَ تُطَهِّرُناَ بِهاَ مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئاَتِ وَ تَرْفَعُناَ بِهاَ عِنْدَكَ أَعْلىَ الدَّرَجاَتِ وَ تُبَلِّغُناَ بِهَا أَقْصَى اْلغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلخَيْرَاتِ فىِ الْحَياَتِ وَ بَعْدَ اْلمَمَاتِ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Selesai membaca sholawat Munjiyat ditutup dengan doa:

(اللهم) اصْرِفْ عَنَّا شَرَّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَرْضِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قديرٌ، وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

4. Sebelum melakukan mandi bulan Shafar baiknya menulis sebuah ayat untuk dibuat mandi dan dibuat minum. Dan siapa saja yang mandi dengan air yang direndam ayat tadi atau meminumnya, Allah akan mengamankan dari musibah yang akan turun hari rabu diakhir bulan shafar sampai sempurnya tahun.
Berikut ayatnya:

سَــــــــلاَمٌ قَـــــــوْلاَ مِنْ رَبِّ الرَّحِــــــــــــــــــــيْمِ * سَـــــــــــــــــلاَمٌ عَلَـــــــــــــى نُوْحٍ فِى العَالَمِـــــــــــــــــــــــيْنَ
سَـــــــــــــــــــــــــلاَمٌ عَلَـــــــــــــــــــى اِبْراهِـــــــــــــــــــــــــــيْمَ * سَـــــــــــــــــلاَمُ عَلَـــــــــــــــــــى مُــــــــــــــوْسَى وَهَـــــــــرُوْنَ
سَـــــــــــــــــــــــلاَمٌ عَلَـــــــــــــــــى اِلْيَـــــــــــــــــــــــــــاسَ * سَــــــــــــــــــــلاَمٌ عَلَــــــــــــــــــــى المـــــــــــــــــــــرْسَـــــلــــــــــــــــــــــــــــــــِيْنَ
سَـــــــلاَمٌ عَلَــيْكُمْ طِبْــتــُمْ فَادْخُــلُوْهَا خَـالِدِيْنَ * سَـــــــلاَمٌ هِىَ حَــــــتَّى مَطْلَعِ الفَجــــــــــــــــــــــــــــــــــــــرِ

5. Mandi bulan Shafar dengan niat: 

نَوَيْتُ الْغُسْلَ عَنْ شَهْرِ صَفَرَ وَ أَنْ يَمْضِيَ عَنْ فِتْـنَةِ الدَّجَّالِ سُنَّةً للهِ تَعاَلىَ

Adapun terkait dengan sikap sebagian ‘Ulama yang menyatakan bahwa amalan ini hanya bersumber dari ilhamnya para ‘Ulama shalih dan bukan dari hadits Nabi Muhammad Saw, hal tersebut bukanlah suatu hal yang perlu dipermasalahkan karena berita tentang turunnya bala bencana bisa saja diucapkan oleh seorang ‘Ulama shalih dari ilhamnya dan hal ini tidak bertentangan dengan syari’at Nabi Muhammad Saw, bahkan telah disepakati keberadaannya seperti disebutkan dalam al-Qur`an.

Tidak ada paksaan untuk melakukan amaliyah sunat khusus ini. Dengan kata lain, bagi yang ingin melakukannya, silakan lakukan. Dan bagi yang tidak melakukannya, juga tidak apa-apa. 

Sepantasnya bagi kita umat Islam untuk berhati-hati dari prasangka buruk kepada Allah dengan turunnya bala bencana tersebut dan marilah kita senantiasa berprasangka baik kepada-Nya dengan meningkatkan amal ibadah dan menjauhi maksiat agar Allah Swt menurunkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Wallahua ’lam bish-sowab (FM)

Taqwa Dan Akhlak Yang Terpuji


Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

"Yang paling banyak memasukkan (orang) ke dalam surga adalah takwa kepada Allah SWT dan akhlak yang terpuji."

📚HR. Tirmidzi

Adab Seorang Murid Terhadap Gurunya


آداب الطالب مع الشيخ

Adab Seorang Murid Terhadap Gurunya 

و أنزِلِ الشيخَ بِاَعلى مَنزِلَه # و عَظِّمَن لِاَمرِه وامتَثِلَه.

Tempatkanlah gurumu pada kedudukan yang tertinggi, Agungkan dan taatilah perintahnya.

وَاجعَلهُ مثلَ الوالِد الشّفيقِ # فاِنّهُ أبٌ على التّحقيقِ.

Jadikanlah kedudukan beliau sebagaimana orang tua yang penyayang.

و قَدرُه عظَّمَهُ الرّحمنُ # جاءَ بعُظمِ قَدرِه القرآنُ.

Kedudukannya dimuliakan oleh ALLAH, yang telah disebutkan dalam AlQur'an.

و هُو الّذي بِه غِدا الرّوحِ الشّريف # و الوالِدُ البَرُّ ابو الجِسمِ الكَثِيف.

Karena beliau yang memberi makan ruh yang mulia, sedangkan orang tua kandung itu yang memberi makan jasad kita 

فقُم لِمَن غَذَّاكَ بِالعُلومِ # بِواجِبِ الاِكرامِ والتّعظِيمِ.

Maka tunaikanlah kewajibanmu terhadap guru yang memberi makan ruhmu dengan ilmu, dengan memuliakan dan mengagungkannya.

و لا تَقُل قالَ فلانٌ اِن نَقل # قَولاً إذا رأيتُ في القَولِ خَلَل.

Apabila beliau mengatakan sesuatu, janganlah engkau berkata : "Fulan mengatakan seperti ini (yang berbeda)"

لكِن بِرِفقٍ بَيِّنِ الصّوابَا # مُستَفهِمًا وَاستَلطِفِ الخِطابَا.

Akan tetapi jelaskanlah yang sebenarnya dengan sopan, dan dengan ucapan yg lemah lembut.

و قُم لَهُ إذا أتَى وَاحتَرِمِ # و قبِّلِ الكَفَّ الشّريف و الثّمِ.

Dan ketika beliau datang berdirilah untuk menyambutnya, hormatilah dan ciumlah tangan mulia beliau.

و نادَهِ بِاَشرفِ الاَسماءِ لَه # و لبِّهِ إذا دعا و بجِّلَه.

Panggillah beliau dengan sebaik-baiknya nama, jawab dan muliakanlah seruannya jika beliau memanggilmu.

و بِالوقارِ فاَجِبهُ إن ساَل # و لا تُطِل سُؤَالَهُ عِندَ المَلَل.

Jawablah pertanyaan beliau dengan santun, dan jangan banyak pertanyaan ketika beliau bosan (capek)

لا تَرفَعِ الصَّوتَ لديهِ إن حضر # فإنّهُ النّائِبُ عن خير البشر.

Jangan mengeraskan suara dihadapannya, karena sesunguhnya beliau adalah pengganti sebaik-sebaiknya manusia SAW.

و لا تُخاطِبهُ خِطابَ الغيرِ # إن رُمتَ أن تحظى بِكُلِّ خيرِ.

Janganlah berbicara dengan beliau seperti engkau berbicara dengan yang lain, jika engkau ingin mendapat segala kebaikan.

و لا تَقُم عن غيرِ إذنٍ منهُ # واصْغِ لِقَولٍ منهُ وافْهَم عنهُ.

Janganlah berdiri kecuali dengan seizin beliau, dengarkan dan fahamilah ucapannya.

لا تَتَّهِمهُ إن نهاكَ أو أمر # و لَو بِما تراهُ في الظّاهِر شر.

Jangan buruk sangka jika beliau melarang atau memerintahkan sesuatu meskipun engkau melihatnya secara dhohir itu adalah keburukan.

ما لم يكُن معصِيةً لِلّهِ # فاَعظمُ الحُقوقِ حقُّ اللّهِ.

Selama hal tersebut bukan kemaksiatan kepada ALLAH, sebab hak yang paling agung adalah hak ALLAH.

واخْتَر مِنَ الاَشياخِ أهلَ الخَشيَةِ # واحْذَر دُعاةَ بِدعَةٍ و فِتنَةِ.

Pilihlah guru-guru yg memiliki rasa takut (ahli khosyyah) kepada ALLAH dan berhati-hatilah terhadap orang yang mengajak bid'ah dan fitnah.

فالعِلمُ عِلمُ القلبِ و الاَعمالِ # فاحذَر عُلومَ الزَّيغِ و الضّلالِ.

Karena hakikatnya ilmu itu adalah ilmu hati dan amal, maka hati-hatilah dari ilmu yang menyimpang dan sesat.

Sumber : حِليةُ الطُّلاب بجَواهِر الآداب مِن السّنّةِ و الكِتاب (FM)

Jadilah Hamba Yang Bersyukur



 مَرَّ سَيِّدُنَا عُمَرَ بنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ذَاتَ يَوْمٍ بِرَجُلٍ فِيْ السُّوْقِ. 
فِإِذَا بِالرَّجُلِ يَدْعُوْا وَيَقُوْلُ:.
 
Suatu hari, Sayyidina 'Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه pernah melewati seorang pria di pasar, lalu orang tersebut berdoa dan mengucapkan :

« اللهم اجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ القَلِيْلِ ... اللهم اجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ القَلِيْلِ » 

```Ya Allah, Jadikanlah diriku termasuk hamba-hamba-Mu yang sedikit... Ya Allah, Jadikanlah diriku termasuk hamba-hamba-Mu yang  minoritas... ```

فَقَالَ لَهُ سَيِّدُنَا عُمَرَ: مِنْ أَيْنَ أَتَيْتَ بِهَذَا الدُّعَاءِ؟
 
Lantas Sayyidina Umar pun bertanya : "Darimana kamu dapati doa seperti ini??" 

فَقَالَ الرَّجُلُ: إنَّ اللهَ يَقُوْلُ فِي كِتَابِهِ العَزِيْزِ:

Pria tersebut menjawab : "Sesungguhnya Allah ﷻ berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia :

 ﴿ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ .
 
```Dan alangkah sedikitnya hamba-hamba-Ku uang bersyukur```

فَبَكَى سَيِّدُنَا عُمَرَ وَقَالَ: كُلُّ النَّاسِ أَفْقَهُ مِنْكَ يَا عُمَرَ. 

Lantas Sayyidina Umar pun menangis. 
Pria itu lalu berkata : "Setiap orang sepertinya lebih faqih dari Anda wahai Umar." 

[Atsar diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam _al-Mushonnaf_ dan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal di dalam _az-Zuhd].
________________________________

إِذَا نَصَحْتَ أَحَداً بِتَرْكِ مَعْصِيَةٍ كَانَ رَدُهُ: « أَكْثَرُ النَّاسِ تَفْعَلُ ذَلِكَ، لَسْتُ وَحْدِي! »

Jika Anda menasihati seseorang untuk meninggalkan kemaksiatan, seringkali ia membantah : "banyak orang kok yang juga mengerjakannya. Bukan saya sendiri"

وَﻟَﻮْ ﺑَﺤَﺜْﺖَ ﻋَﻦْ ﻛَﻠِﻤَﺔِ « أَكْثَرُ النَّاسِ » فِي القُرْآنِ الكَرِيْمِ لَوَجَدْتَ بَعْدَهَا: 

Namun, apabila Anda menelaah kata *_Aktsarun Nâs_* ("kebanyakan manusia") di dalam al-Qur'an al-Karim, niscaya Anda kan dapati lanjutan setelahnya berbunyi :

﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴾ 
📖```Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui``` 
﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ ﴾ 
📖```Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah beriman``` 
﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ ﴾
📖```Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah bersyukur``` 

وَﻟَﻮْ ﺑَﺤَﺜْﺖَ ﻋَﻦْ ﻛَﻠِﻤَﺔِ « أَكْثَرَهُمْ » لَوَجَدْتَ بَعْدَهَا: 

Dan jika Anda menelaah kata *_Aktsaruhum_* ("Kebanyakan mereka"), niscaya anda dapat lanjutan setelahnya berbunyi :

﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ﴾ 
📖```Akan tetapi kebanyakan mereka tidaklah mengetahui```
﴿ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ ﴾ 
📖```Kebanyakan mereka tidaklah berakal/memahami```
﴿ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ﴾ 
📖```Namun kebanyakan mereka tidaklah beriman ```
﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ ﴾ 
📖```Akan tetapi kebanyakan mereka tidaklah bersyukur ```
﴿ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ ﴾ 
📖```Kebanyakan dari mereka adalah orang yang menyekutukan Allah (musyrik)```
﴿ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ ﴾ 
📖```Akan tetapi kebanyakan mereka itu bodoh```
﴿ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ ﴾ 
📖```Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik```
﴿ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ ﴾ 
📖```Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik```
﴿ وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ ﴾ 
📖```Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir```
﴿ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ ﴾
📖```Kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta```

فَكُنْ أَنْتَ مِن القَلِيْلِ الَّذِي قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْهِمْ: 

Jadilah Anda termasuk dari yang sedikit , yang Allah berfirman tentangnya :

﴿ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ﴾ 

```Dan alangkah sedikitnya hamba-hamba-Ku yang bersyukur```

﴿ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ ﴾
 
```Dan tidaklah beriman bersama dengannya (nabi) melainkan hanya sedikit```

﴿ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ﴾ 

```Kecuali orang yang beriman dan beramal shalih, dan alangkah sedikitnya mereka```

﴿ ثُلَّةٌ مِّنَ الأَوَّلِينَ ۝ وَقَلِيلٌ مِّنَ الْآخِرِينَ ﴾

```Sebagian besar dari orang-orang terdahulu, dan sebagaian kecil dari orang-orang yang belakangan```



 (FM)

Refleksi Cinta



Ungkapan cinta bukan hanya diucapkan melalui lisan dengan keindahan kata, tapi juga melalui bahasa hati yang mewujud dalam sikap dan perbuatan. Mari belajar memahami makna cinta dari ungkapan berikut ini:

ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﺐ ؟ 
هُوَ عَلِيٌّ حِيْنَ يَنَامُ بَدَلاً مِنَ الرَّسُوْلِ ﷺ فِي فِرَاشِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ الْقَوْمَ اجْتَمَعُوْا لِقَتْلِ الرَّسُوْلِ ﷺ وَأَنَّهُ قَدْ يَمُوْتُ عَلَى نَفْسِ الْفِرَاشِ !!

Apa itu cinta?
Cinta adalah ‘Ali ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di kasur Nabi, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja tewas di kasur yang sama!!

اَلْحُبُّ ..
ﻫُﻮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺣِﻴْﻦَ يَعْتَزِلُ ﺍلْأَﺫَﺍنَ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺣِﻴْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺫَﻥَ ﺑِطَلَبٍ مِنْ ﻋُﻤَﺮَ عِنْدَ فَتْحِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺑُﻜَﺎﺀً ﻣِﻨْﻪُ عِنْدَمَا قَالَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ.

Cinta..
Adalah Bilal, ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah”

ﺍﻟْﺤُﺐُّ ..
ﺣَﺮْﻓِﻴّﺎً ﻭَﻓِﻌْﻠِﻴّﺎً، ﻳَﺘَﺠَﺴّﺪُ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ( ﻻَﺗُﺆْﺫُﻭْﻧِﻲ ﻓِﻲ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ).

Cinta 
Secara teori dan prakteknya mendarahdaging dalam sabda Rasul Saw: “Janganlah kalian menyakitiku terhadap A’isyah”

ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻛُﻨَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻬِﺠْﺮَﺓِ، ﻓُﺠِﺌْﺖُ ﺑِﻤَﺬْﻗَﺔِ ﻟَﺒَﻦٍ ﻓَﻨَﺎﻭَﻟْﺘُﻬَﺎ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻪُ : ﺍِﺷْﺮَﺏْ ﻳَﺎﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻓَﺸَﺮِﺏَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﺭْﺗَﻮَﻳْﺖ.ُ

Cinta 
Adalah Abu Bakar yang mengatakan: “saat kami berhijrah, aku heran dengan munculnya susu yang tercampur air, lalu aku berikan susu tersebut kepada Rasulullah, dan aku katakan: “Minumlah wahai Rasulullah”
Abu Bakar mengatakan: “Maka Rasulullah pun minum sehingga hilanglah dahagaku”

ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮُ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﺈِﺷَﺎﻋَﺔِ ﻣَﻘْﺘَﻞِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﷺ ﻓَﻴَﺨْﺮُﺝُ ﻳَﺠُﺮُّ ﺳَﻴْﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻃُﺮُﻕِ ﻣَﻜَّﺔَ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺴَﺔِ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻟِﻴَﻜُﻮْﻥَ ﺳَﻴْﻔُﻪُ ﺃَﻭَّﻝَ ﺳَﻴْﻒٍ ﺳُﻞَّ ﻓِﻲ ﺍلْإِﺳْﻼَﻡِ .

Cinta
Adalah Zubair yang mendengar kabar terbunuhnya Rasulullah, lalu dia pun keluar dengan menyeret pedangnya di jalan-jalan kota Makkah, padahal usianya baru 15 tahun, hingga pedangnya menjadi pedang pertama yang terhunus dalam sejarah Islam

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺭَﺑِﻴْﻌَﺔُ ﺑْﻦُ كَعْبٍ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻣَﺎﺣَﺎﺟَﺘُﻚَ ؟ ،
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣُﺮَﺍﻓَﻘَﺘَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ .

Cinta
Adalah Rabi’ah bin Ka’b saat Rasulullah Saw bertanya kepadanya “apa yang kamu butuhkan?” Rabi’ah pun menjawab: “aku meminta agar aku bisa mendampingimu di surga”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓُ ﺑَﻨِﻲ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭٍ ، ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻭَﺃَﺑُﻮْﻫَﺎ ﻭَﺃَﺧُﻮْﻫَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺃُﺣُﺪٍ ﻓَﻴَسْتَشْهِدُوْنَ جَمِيْعاً فِي سَبِيْلِ اللهِ ﻭَﻳُﻨْﻌَﻮْﻥَ ﻟَﻬَﺎ، ﻓَﺘَﺮَﻯ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻓَﺘَﻘُﻮْﻝُ : ﻛُﻞُّ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٍ ﺑَﻌْﺪَﻙَ ﺟَﻠَﻞٌ .

Cinta
Adalah seorang wanita dari keturunan Bani Dinar. Saat suami, ayah, saudara laki-lakinya pergi ke medan Uhud lalu mereka semua mati syahid di jalan Allah, berita kematian mereka pun sampai kepadanya. Lalu wanita itu memandang Rasulullah kemudian mengatakan: “musibah apapun selainmu adalah kecil”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥُ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝُ ﷺ : ﻣَﺎ ﻏَﻴَّﺮَ ﻟَﻮْﻧُﻚَ ؟
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﻣَﺎﺑِﻲ ﻣَﺮَﺽٌ ﻭَﻻَﻭَﺟَﻊٌ ﺇِﻻَّ ﺃﻧِّﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﺃﺭَﻙَ ﺍِﺳْﺘَﻮْﺣَﺸْﺖُ ﻭَﺣْشَةً ﺷَﺪِﻳْﺪَﺓً ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻟْﻘَﺎﻙَ.

Cinta..
Adalah Tsauban ketika Rasulullah Saw bertanya kepadanya: “apa yang membuat warna (wajahmu) berubah?” lalu Tsauban menjawab: “aku tidak sakit dan terluka, hanya saja jika aku tidak melihatmu aku menjadi sangat merindu kesepian sampai aku bertemu denganmu”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻋِﻨْﺪَﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺍﻟﺼِّﺪِّﻳْﻖُ ﻟِﻠﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ﻗَﺒْﻞَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﺍﻟْﻐَﺎﺭِ: ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻَﺗَﺪْﺧُﻠْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺩْﺧُﻞَ ﻗَﺒْﻠَﻚَ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻴْﻪِ شَيْءٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻲْ ﺩُﻭْﻧَﻚَ .

Cinta..
Adalah ketika Abu Bakar AS-Shiddiq berkata kepada Rasulullah Saw sebelum me

masuki gua (Tsur):
“Demi Allah, janganlah engkau masuk sampai aku masuk terlebih dahulu, jika ada sesuatu di dalam gua ini maka akulah yang terkena bukan engkau”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺃَﺑُﻮْﺑَﻜْﺮٍ ﻳَﺒْﻜِﻲ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝَ ﷺ ﻟَﻤَّﺎ ﺑَﺪَﺕْ ﻃَﻼَﺋِﻊُ ﺭَﺣِﻴْﻠِﻪِ ، ﻓَﻴُﻮَﺍﺳِﻴﻪِ ﷺ : ﻻَﺗَﺒْﻚِ ، ﻟَﻮْﻛُﻨْﺖُ ﻣُﺘَّﺨِﺬًﺍ مِنَ الْبَشَرِﺧَﻠِيْلاً ﻻَﺗَّﺨَﺬْﺕُ ﺃَﺑَﺎﺑَﻜْﺮٍ ﺧَﻠِﻴْﻼً.

Cinta..
Adalah Abu Bakar yang menangisi RAsulullah Saw ketika tampak tanda-tanda telah dekat kewafatannya, lalu Rasulullah menenangkannya: “Janganlah kamu menangis! Jika saja aku boleh menjadikan seseorang kekasih dari golongan manusia, aku pasti menjadikan Abu Bakar kekasihku”

ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﷺ :
" ﻣِﻦْ ﺃَﺷَﺪِّ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟِﻲ ﺣُﺒًّﺎ ﻧَﺎﺱٌ ﻳَﻜُﻮْﻧُﻮْﻥَ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ﻳَﻮَﺩُّ ﺃَﺣَﺪُﻫُْﻢْ ﻟَﻮْ ﺭَﺁﻧِﻲْ ﺑِﺄَﻫْﻠِﻪِ ﻭَ ﻣَﺎﻟِﻪِ ".

Rasulullah Saw bersabda: “di antara kecintaan yang begitu besar dari umatku adalah mereka yang hidup setelahku, diantara mereka ada yang begitu ingin melihatku meskipun dengan mengorbankan keluarga dan hartanya”

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا وَشَفِيْعِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَارِ الْأَبْرَارِ وَصَحْبِهِ الْأَحِبَّةِ الْأَخْيَارِ وَعَنَّا مَعَهُمْ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah berilah Shalawat dan salam dan keberkahan untuk baginda kami, Nabi kami, kekasih kami, pelipur lara kami, pemberi kami syafaat di hari kiamat; Muhammad beserta keluarganya yang suci dan baik, dan para sahabatnya para kekasih pilihan, begitupun kami termasuk dari mereka dan seluruh orang mukmin dengan Rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang.

---Dikutip dari Group Mutiara Hikmah bersama Syekh Rohimuddin Nawawi Al-Bantani.

اَللَّهُمَّ صَلِّ َعلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آِل سيدنا مُحَمَّدٍ (FM)

Selasa, 26 Juli 2022

Empat orang Imam besar hidup sezaman di negeri yang saling berjauhan dan mereka tidak pernah bertemu


Empat orang Imam besar hidup sezaman di negeri yang saling berjauhan dan mereka tidak pernah bertemu;

1. Imam Abu Hasan Al Asy'ari di Baghdad wafat 324 H. 
2. Imam Abu Manshur Al Maturidi di Samarkand, Uzbekistan wafat 333 H. 
3. Imam Abu Ja'far al-Thahawi di selatan Mesir wafat 321 H. 
4. Iman Ibnu Abi Zaid al-Qayrawani dijuluki dengan Malik al-Shagir di Tunisia wafat 389 H

Akidah mereka sama meskipun berguru dan belajar di tempat yang berjauhan. Ini menunjukkan bahwa akidah Ahlussunnah wal Jama'ah berasal dari satu sumber yang sama, meskipun melalui jalur yang berbeda-beda. Dimanapun dipelajari, keyakinannya sama, meskipun metode menjelaskannya berbeda.

Ternyata Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Ja'far al-Thahawi memiliki jalur sanad keilmuan yang bermuara kepada Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i. Kedua Imam mengambil akidah mereka dari Imam Syafi'i. 

Imam Abu Hasan Al Asy'ari belajar kepada Imam Zakarya bin Yahya al-Saji. Imam Zakarya bin Yahya al-Saji belajar kepada Imam Al-Buwaithi dan Imam Al-Buwaithi belajar kepada Imam Syafi'i. Imam Abu Hasan Al Asy'ari juga mengambil akidahnya dari Imam Ahmad bin Hanbal.

Dan Imam Abu Ja'far al-Thahawi belajar kepada Imam Muzani (paman dari pihak bapak Imam Thahawi) dan Imam Muzani belajar kepada Imam Syafi'i. Imam al-Thahawi juga mengambil akidahnya dari Imam Abu Hanifah.

Imam Abu Manshur al Maturidi mengambil akidahnya dari Imam Abu Hanifah. Dan Imam Ibnu Abi Zaid al-Qayrawani mengambil akidahnya dari Imam Malik. 

Semuanya berasal dari Imam 4 Mazhab.

Wahabi jalur sanad akidah mereka kepada salaf dan Rasulullah melalui siapa? (Sumber : Alnofiandri Dinar

Gagal Paham Shalawat Nariyah (Kritikan untuk Muhammadiyah)



Shalawat Nariyah adalah shalawat yang disusun oleh Muhammad Abdul Wahab at-Tazi al-Maghribi atau Syeikh Nariyah yang berasal dari Taza Maroko. Oleh sebab itu, shalawat ini kemudian disebut dengan Shalawat Nariyah. Lafal shalawat nariyah seperti yang telah umum diketahui adalah sebagai berikut:

أَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الّذِي تُنحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
 
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang DENGAN BELIAU terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan untuk segenap keluarga dan sahabatnya sebanyak hitungan setiap yang Engkau ketahui.”

Perhatikan kata-kata yang saya tulis dengan huruf kapital (DENGAN BELIAU). Di dalam Bahasa Arab, huruf BA (ب) bisa berfungsi sebagai sebab (sababiyyah). Contoh, manusia dimasukkan surga SEBAB amal shalihnya. Maksudnya, manusia dimasukkan ke dalam surga disebabkan oleh amal shalih yang ia lakukan, bukan berarti amal shalih itu yang memasukkannya ke dalam surga secara independen. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW bersabda:

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ

"Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan di dalam Al Quran disebutkan:

ٱدۡخُلُوا۟ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ﴿ ٣٢ ﴾

"Masuklah ke dalam surga SEBAB amal kamu." (QS. An-Nahl: 32)

Apakah ayat dan hadis di atas saling bertentangan?

Jawabnya: jelas tidak. Sebab, hadis itu menegaskan bahwa yang memasukkan surga hanyalah Allah, bukan amal, sedangkan ayat itu menegaskan bahwa amal hanyalah SEBAB seseorang dimasukkan surga, bukan yang memasukkannya ke dalam sura. Yang memasukkannya ke dalam surga hanyalah Allah saja, bukan amalnya. Jadi, tidak ada pertentangan sama sekali. 

Saya beri contoh lain untuk memudahkan:

Yang menyembuhkan sakit hanyalah Allah, sedangkan obat dan dokter hanyalah SEBAB kesembuhan. Insyaallah contoh ini lebih mudah kita pahami.

Sekarang kembali ke masalah Shalawat Nariyah.

Di dalam redaksi shalawat tersebut jelas disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW hanyalah sebagai SEBAB, bukan pelaku. Beliau bukanlah yang melepaskan segala ikatan, bukan pula yang menghilangkan segala kesedihan dan bukan pula yang mengabulkan segala keinginan. Kok bisa teks yang sejelas itu dipahami secara keliru? Ini karena ketidakpahaman orang yang membaca teks tersebut sehingga terjatuh kepada kesalahan fatal.

Kalau ada yang bertanya, "Lalu apa maksud perkataan bahwa Rasulullah hanyalah sebab?"

Jawab:

Maksudnya jelas seperti contoh-contoh di atas. Bukankah Rasulullah SAW sebab para sahabat masuk Islam? Bukankah beliau sebab hidayah bagi umat Islam? Bukankah beliau sebab terlepasnya ikatan Jahiliyah menuju kebebasan Islam? Bukankah beliau sebab tercerahkannya akal manusia dalam memahami hakikat kehidupan? Bukankah beliau sebab hilangnya kesedihan orang yang semula tak mengenal Sunnah kemudian mengenal Sunnah? Bukankah beliau menjadi sebab dikabulkannya doa orang yang semula tak tahu adab berdoa kemudian menjadi tahu? Beliau tak lain hanyalah SEBAB semua itu. Sedangkan pelaku sesungguhnya hanyalah Allah SWT semata.

Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Amin.

Cc: Ilham Ibrahim (antum kah yang menulis artikel di web Muhammadiyah? Atau hanya sekedar memposting?) (Sumber : Danang Kuncoro Wicaksono)

Katanya Rasulullah SAW Penyebab Terlepasnya Ikatan, Apa Dalilnya?



Dalam redaksi Shalawat Nariyah terdapat kalimat begini:

الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ

"Dengan beliau (Rasulullah) terlepaslah semua ikatan"

Kalau ada yang bertanya, "Apa dalil bahwa Rasulullah SAW adalah penyebab terlepasnya semua ikatan?"

Jawabnya: perhatikan hadis shahih berikut

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ

"Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan. Setan mengikatkannya sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu setan berkata: malammu masih panjang, tidurlah dengan nyenyak. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu' maka lepaslah tali yang lainnya dan bila ia mendirikan shalat lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas beraktivitas".

Hadis tersebut menunjukkan bahwa cara melepaskan ikatan setan adalah dengan 3 amalam: zikir, wudhu dan sholat.

Kalau ditanya lagi, "Tapi dalam hadis itu yang menyebabkan ikatan terlepas adalah 3 amalan, bukan Rasulullah SAW sendiri."

Jawabnya:

Andaikan Rasulullah SAW tidak mengajarkan kita 3 amalan tersebut, dari mana kita bisa tahu? Jadi, beliau adalah penyebab kita mengetahui 3 amalan tersebut. Dari situ kita jadi beramal. Setelah beramal terlepaslah semua ikatan. Kalau diurutkan jadinya begini:

1. Rasulullah SAW penyebab kita tahu.
2. Tahu penyebab berbuat (amal).
3. Amal penyebab terlepasnya ikatan setan.

Itu kalau kita mau menafsirkan kata "ikatan" dalam redaksi shalawat itu dengan ikatan setan. Padahal, kata "ikatan" lebih luas maknanya dari sekadar ikatan setan. Bisa jadi ikatan syubhat, ikatan syahwat, ikatan kebodohan dan lain-lain. Ringkasnya, Rasulullah SAW adalah penyebab kita mendapatkan kebaikan dari Allah SWT karena beliau yang mengajarkan kita Quran dan Sunnah. (Danang Kuncoro Wicaksono)

Kamis, 21 Juli 2022

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 95


Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 95
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 95

وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ

Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya. (QS. Al-Baqarah ayat 95)

Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mereka sekali-kali tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali, bahkan mereka ingin hidup di dunia selamalamanya walau dalam bentuk kehidupan yang sederhana. Keinginan ini karena disebabkan oleh dosa-dosa yang telah dilakukan tangan mereka sendiri berupa kezaliman dan kemaksiatan. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.

Allah menjelaskan bahwa mereka sekali-kali tidak akan menginginkan kematian, karena mereka telah mengetahui kesalahan dan dosa yang telah mereka lakukan sendiri, dan mengetahui pula bahwa semestinya mereka akan mendapat hukuman berat karena dosa-dosa itu, seperti mengubah dan memalsukan Kitab Taurat, dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw, padahal dalam Kitab Taurat disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
Allah mengetahui bahwa mereka itu zalim. Maksudnya Allah Maha Mengetahui bahwa mereka tidak melaksanakan hukum yang semestinya dilakukan, dan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, seperti dugaan mereka bahwa negeri akhirat itu disediakan khusus untuk mereka, tidak untuk yang lain. (FM)


Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 94


Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 94
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 94


قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ


Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar. (QS. Al-Baqarah ayat 94)

Selain kedurhakaan-kedurhakaan itu, mereka juga selalu menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan, meyakini tidak akan masuk neraka kecuali sebentar, dan mengklaim surga sebagai tempat yang Allah khususkan bagi mereka. Untuk membuktikan kebenaran ucapan mereka, Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Jika kenikmatan negeri akhirat di sisi Allah kamu anggap khusus untukmu saja, bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian. Itu karena semakin percaya seseorang terhadap indah dan nikmatnya sesuatu, semakin besar pula keinginannya untuk cepat-cepat menemui sesuatu tersebut. Karena keinginan mati dapat menjadi bukti hubungan baik kamu dengan Allah, maka kamu pasti ingin segera mati dan menemuinya. Mintalah kematian jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu bahwa kenikmatan akhirat hanya untuk kamu." Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mere ka sekali-kali tidak akan mengingin kan kematian itu sama sekali,

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang Yahudi apabila memang benar perkataan dan dugaan mereka bahwa surga itu hanya untuk mereka saja, maka mintalah mati dengan segera. Kenyataan mereka tidak mau menginginkan kematian, tetapi malah sebaliknya, mereka mengejar dan berjuang terus untuk memperoleh kenikmatan dunia. Karena itu ucapan mereka itu tidak benar. (FM)

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 93


Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 93
Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 93

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا ۗ قَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهٖٓ اِيْمَانُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat). (QS. Al-Baqarah ayat 93)

Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu, wahai Bani Israil, dan Kami angkat gunung Sinai di atasmu seraya berfirman, 'Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu melalui Nabi Musa, yakni prinsip-prinsip ajaran agama dan rinciannya, dan dengarkanlah serta perkenankanlah apa yang diperintahkan kepada kamu!' "Mereka menjawab," Kami mendengarkan dengan telinga kami, tetapi kami tidak menaati dan tidak pula mau mengamalkannya." Bukannya segera melaksanakan perintah, mereka justru bersegera melakukan kedurhakaan. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah patung anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, "Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu, yang kamu anggap telah menghiasi jiwa kamu, jika kamu orang-orang beriman kepada Taurat.

Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan sekali lagi kepada orang-orang Yahudi, meskipun terdapat perbedaan susunan kalimat, namun isinya memperkuat maknanya, karena dalam ayat ini termuat ancaman Allah terhadap mereka. Pada ayat yang lain Allah berfirman:

"¦Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya¦. (al-Baqarah/2:63)
Firman-Nya yang lain:

"¦Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" ¦ (al-Baqarah/2:93)

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi agar mereka mau menerima perjanjian itu dan memahami isinya, tetapi mereka tidak suka melaksanakan perjanjian itu, bahkan mengingkarinya.
Perintah Allah "katakanlah" mengandung makna ejekan terhadap orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Ejekan itu ditujukan kepada mereka, karena mereka telah mengikuti jejak nenek moyang mereka dalam mempersekutukan Tuhan.
Andaikata mereka masih mengaku betul-betul beriman kepada Kitab Taurat, maka alangkah jeleknya iman yang mereka nyatakan, sebab mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan Taurat itu, yaitu melakukan penyembahan terhadap anak sapi, dan membunuh para nabi serta merusak perjanjian. Berdasarkan bukti nyata dari perbuatan yang mereka lakukan itu, sukar mempercayai adanya iman di lubuk hati mereka karena sikap perbuatan mereka sama sekali tidak benar.
Ayat yang lalu dan ayat ini sebagai sanggahan terhadap pikiran orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad saw, dan dugaan yang berlawanan dengan amal perbuatan mereka itu cukup menjadi bukti kekafirannya. (FM)

Selasa, 19 Juli 2022

4 Orang Yang Tidak Akan Tersentuh Oleh Api Neraka



ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ . رواه ابو يعلى والطبراني والترمذي وهو صحيح بشواهده كما قاله بعض الحفاظ

Artinya: 
Nabi Saw berkata, "Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram (tersentuh api) neraka?. Para sahabat berkata, "Iya, wahai Rasulallah!". 

Beliau menjawab, "(Haram tersentuh api neraka) orang yang Hayyin, Layyin, Qorib, Sahl"

PENJELASAN :

1. HAYYIN
Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan dzahir maupun batin. Tidak labil gampang marah, grusah-grusuh dalam segala hal, penuh pertimbangan. Tidak gampangan memaki, melaknat dan ngamuk tersulut berita yang sampai padanya.

2. LAYYIN
Orang yang lembut dan kalem, baik dalam bertutur-kata atau berbuat. Tidak kasar, main cantik sesuai aturan, tidak semaunya sendiri, segalanya tertata rapi. Tidak galak yang suka memarahi orang yang berbeda dan tidak mentolerirnya sedikitpun. Identik tidak suka melakukan pemaksaan pendapat.

3. QORIB
Bahasa maduranya 'bherenca' atau jawanya 'gati', akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan orang yang diajak bicara. Tidak acuh tak acuh, cuek-bebek, gampang berpaling. Biasanya murah senyum jika bertemu dan wajahnya berseri-seri dan enak dipandang.

4. SAHL
Orang yang gampangan, tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan dan membuat orang lain lari dan menghindar.

Keempat kata memiliki makna yang mirip, sama dan saling melengkapi dalam bingkai Akhlakul karimah.

Semoga ALLAH SWT mengaruniai kita semua sifat-sifat mulia tersebut.....

آمين يا رب العالمين برحمتك يا أرحم الراحمين

Hikmah Di Balik Ujian




وَالصَّابِرِينَ فِيالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [QS Al-Baqarah : 177]

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. [QS An-Nahl : 96] 

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Yang artinya: “Dan mintalah kepada Allah pertolongan dengan kesabaran dan mengerjakan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang berkhusyuk.” [QS Al-Baqarah : 45]

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. [QS Âli ‘Imrân/3 : 186]

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” [Al-Baqarah:155]

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [Az-Zumar:10]

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” [Muhammad:31]

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. [QS al-Anbiyâ’/21 : 35]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

,إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho terhadap ujian tersebut maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah terhadap ujian tersebut maka baginya murka-Nya. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Dari Mush’ab bin Sa’id seorang tabi’in dari ayahnya berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَىالأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ 

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan keadaan agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kukuh), maka dia akan mendapat ujiannya begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya.*Sentiasa seseorang hamba akan mendapat ujian sehingga dia berjalan dibumi di dalam keadaan bersih dari dosa.”* [HR. Tirmidzi]

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ - ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ - ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ‏ ﻣﺎ ﻳﺼﻴﺐ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻣﻦ ﻧﺼﺐ، ﻭﻻ ﻭﺻﺐ، ﻭﻻ ﻫﻢ، ﻭﻻ ﺣﺰﻥ، ﻭﻻ ﺃﺫﻯ، ﻭﻻ ﻏﻢ ﺣﺘﻰ ﺍﻟﺸﻮﻛﺔ ﻳﺸﺎﻛﻬﺎ ﺇﻻ ﻛﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻄﺎﻳﺎﻩ ‏ . ﺭﻭﺍ

ﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴلم

Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairoh rodhiyallohu 'anhuma, dari Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam bersabda, " Tidaklah menimpa seorang mukmin dari suatu kepayahan, tidak pula penyakit yang terus-terusan, kesumpekkan, kesedihan, rasa sakit hingga terkena duri sekalipun, kecuali Allah akan meleburkan dosa-dosanya sebab terkena hal-hal tersebut". [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]

ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ : ‏ ﻣﺎ ﻣﻦ ﺷﻲﺀ ﻳﺼﻴﺐ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﺟﺴﺪﻩ ﻳﺆﺫﻳﻪ ﺇﻻ ﻛﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺳﻴﺌﺎﺗﻪ ‏
ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻟﻤﺴﻠﻢ : ‏ ﻻ ﻳﺼﻴﺐ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺷﻮﻛﺔ ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻬﺎ ﺩﺭﺟﺔ ﻭﺣﻂ ﻋﻨﻪ ﺑﻬﺎ ﺧﻄﻴﺌﺔ 

Imam Ahmad meriwayatkan, " Tidaklah sesuatu yang menimpa seorang mukmin pada jasadnya yang membuatnya sakit kecuali Allah akan melebur dosa-dosanya sebab sakit tersebut."

Dalam satu riwayat dari Imam Muslim, " Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa duri ataupun yang lebih tinggi daripada duri kecuali Allah akan mengangkat derajat orang tersebut dan juga menghapus dosanya sebab duri tersebut".

فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ

Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa. [HR. At-Tirmidzi]

عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ : عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ : اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ

“Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”. [Abu Daud]
(Sumber : Das AlZainiyah)