يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِهٖ ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ ( الماۤئدة : ٩٥) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa y
Shalawat Nariyah adalah shalawat yang disusun oleh Muhammad Abdul Wahab at-Tazi al-Maghribi atau Syeikh Nariyah yang berasal dari Taza Maroko. Oleh sebab itu, shalawat ini kemudian disebut dengan Shalawat Nariyah. Lafal shalawat nariyah seperti yang telah umum diketahui adalah sebagai berikut:
أَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الّذِي تُنحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang DENGAN BELIAU terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan untuk segenap keluarga dan sahabatnya sebanyak hitungan setiap yang Engkau ketahui.”
Perhatikan kata-kata yang saya tulis dengan huruf kapital (DENGAN BELIAU). Di dalam Bahasa Arab, huruf BA (ب) bisa berfungsi sebagai sebab (sababiyyah). Contoh, manusia dimasukkan surga SEBAB amal shalihnya. Maksudnya, manusia dimasukkan ke dalam surga disebabkan oleh amal shalih yang ia lakukan, bukan berarti amal shalih itu yang memasukkannya ke dalam surga secara independen. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW bersabda:
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ
"Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan di dalam Al Quran disebutkan:
ٱدۡخُلُوا۟ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ﴿ ٣٢ ﴾
"Masuklah ke dalam surga SEBAB amal kamu." (QS. An-Nahl: 32)
Apakah ayat dan hadis di atas saling bertentangan?
Jawabnya: jelas tidak. Sebab, hadis itu menegaskan bahwa yang memasukkan surga hanyalah Allah, bukan amal, sedangkan ayat itu menegaskan bahwa amal hanyalah SEBAB seseorang dimasukkan surga, bukan yang memasukkannya ke dalam sura. Yang memasukkannya ke dalam surga hanyalah Allah saja, bukan amalnya. Jadi, tidak ada pertentangan sama sekali.
Saya beri contoh lain untuk memudahkan:
Yang menyembuhkan sakit hanyalah Allah, sedangkan obat dan dokter hanyalah SEBAB kesembuhan. Insyaallah contoh ini lebih mudah kita pahami.
Sekarang kembali ke masalah Shalawat Nariyah.
Di dalam redaksi shalawat tersebut jelas disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW hanyalah sebagai SEBAB, bukan pelaku. Beliau bukanlah yang melepaskan segala ikatan, bukan pula yang menghilangkan segala kesedihan dan bukan pula yang mengabulkan segala keinginan. Kok bisa teks yang sejelas itu dipahami secara keliru? Ini karena ketidakpahaman orang yang membaca teks tersebut sehingga terjatuh kepada kesalahan fatal.
Kalau ada yang bertanya, "Lalu apa maksud perkataan bahwa Rasulullah hanyalah sebab?"
Jawab:
Maksudnya jelas seperti contoh-contoh di atas. Bukankah Rasulullah SAW sebab para sahabat masuk Islam? Bukankah beliau sebab hidayah bagi umat Islam? Bukankah beliau sebab terlepasnya ikatan Jahiliyah menuju kebebasan Islam? Bukankah beliau sebab tercerahkannya akal manusia dalam memahami hakikat kehidupan? Bukankah beliau sebab hilangnya kesedihan orang yang semula tak mengenal Sunnah kemudian mengenal Sunnah? Bukankah beliau menjadi sebab dikabulkannya doa orang yang semula tak tahu adab berdoa kemudian menjadi tahu? Beliau tak lain hanyalah SEBAB semua itu. Sedangkan pelaku sesungguhnya hanyalah Allah SWT semata.
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Amin.
Cc: Ilham Ibrahim (antum kah yang menulis artikel di web Muhammadiyah? Atau hanya sekedar memposting?) (Sumber : Danang Kuncoro Wicaksono)
Komentar
Posting Komentar