🌎Asia Energy Group (disingkat AEG) adalah kelompok teknologi pembangunan tenaga surya terkemuka di dunia. Kami saat ini sedang mencari mitra yang berbakat dan bersemangat untuk bergabung dengan tim kami.🌎 Kami mencari: 1. Anda yang memiliki semangat kewirausahaan. 2. Anda yang memiliki semangat kerja sama tim. 💻Anda yang memiliki kemampuan pengembangan pasar💻 Jika Anda tertarik dengan kami, silakan klik tautan berikut untuk mendaftar: 📱Tautan pendaftaran: https://aeg-energy.com/pages/authorize/sign-up?code=247117 Alamat unduhan Google: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.zomart.app Saluran Telegram resmi AEG: https://t.me/AEG068 💎💎Kami menawarkan pendapatan yang stabil, bukan keuntungan yang tinggi. Membimbing orang-orang yang benar-benar ingin menghasilkan uang menuju kesuksesan.💎💎 (FM)
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer)
Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah.
Tulisan ini akan dibagi dalam beberapa judul yang membahas aktor-aktor utama konflik. Berikut ini bagian pertama.
The Medecins sans Frontieres (MSF)
Dalam beberapa hari ini ada video yang jadi viral, tentang seorang dokter anak terakhir (the last pediatrician) yang tewas akibat serangan udara yang dilakukan tentara Suriah (berita versi pro-jihadis/teroris). Dokter tersebut bekerja di MSF (Dokter Tanpa Batas, LSM yang bergerak memberi bantuan medis di berbagai wilayah konflik di dunia). MSF di Aleppo membuka rumah sakit justru di wilayah yang dikuasai pemberontak/jihadis Suriah. Pihak rezim Suriah telah menolak tuduhan bahwa mereka yang mengebom rumah sakit MSF. Tapi tulisan ini tidak sedang membahas siapa yang sebenarnya mengebom rumah sakit (dalam berbagai kasus pengeboman rumah sakit sebelumnya di Aleppo -di wilayah yang dikontrol tentara Suriah–, pelakunya justru pihak teroris/jihadis), melainkan tentang siapa MSF sebenarnya.
MSF didirikan oleh Bernard Kouchner, seorang dokter-politisi, bersama beberapa dokter Perancis lainnya pada 20 Desember 1971. Mereka mengklaim sebagai LSM pertama di dunia yang khusus memberikan bantuan medis darurat. Menurut BBC, MSF menjadi lembaga pertama di dunia yang memanfaatkan kekuatan besar media besar untuk membangun opini publik. Kouchner kemudian dikenal sebagai propagandis ‘humanitarian intervention’, sebuah ide untuk membantu warga sipil dimanapun berada. Seolah ini ide bagus, namun pada praktiknya, yang terjadi berkali-kali adalah pelanggaran kedaulatan sebuah negara demi kekuatan kapitalis global, dengan dibungkus label ‘intervensi kemanusiaan’[1].
Kouchner sempat menjadi Menlu Perancis tahun 2007-2010, dan pada masa itulah Perancis kembali berintegrasi ke dalam NATO. Kouchner satu ‘geng’ dengan Bernard Henry Levy, André Glucksmann, dll yang disebut sebagai ‘intelektual Yahudi Perancis’, yang secara konsisten mendorong perang di berbagai negara. Peran Kouchner dkk adalah “propagandis” (lobbyist, negosiator, atau makelar) perang. Mereka dibungkus label pejuang kemanusiaan, filsuf, intelektual, atau pengamat politik, membangun opini publik Barat untuk menyetujui serangan ke sebuah negara [2].
Tahun 1999, setelah NATO mengebom Serbia, Kouchner ditunjuk sebagai perwakilan tinggi PBB di Kosovo (dan kemudian terindikasi terlibat dalam kasus penyelundupan organ manusia). Namun pada tahun itu pula, ironisnya, MSF diberi hadiah Nobel Perdamaian. Pada tahun 2003, Kouchner menjadi salah satu pendukung utama invasi AS ke Irak. Tahun 2010, media Israel, Jerusalem Post menyebut Kouchner satu dari 15 Yahudi paling berpengaruh di dunia. Secara terang-terangan, Kouchner mengatakan bahwa ‘dunia harus melindungi Israel’. [3].
Pada Juli 2011, Bernard-Henri Levy menggelar konferensi internasional anti-Assad pertama, di Paris, diikuti oleh Kouchner, Frederik Ansel (anggota partai Likud, Israel), Alex Goldfarb (penasehat Menhan Israel), dan Andre Glucksmann (penulis Islamophobia). Tahun 2013, Koucher, Alain Juppe, dan Bernard-Henri Levy, dalam “konferensi internasional untuk Suriah” menyerukan agar masyarakat internasional mengintervensi (=menyerang) Suriah, dengan atau tanpa PBB [4].
[1] diteliti dalam disertasi HI Unpad https://dinasulaeman.wordpress.com/2013/09/29/disertasi-tentang-hipokritas-humanitarian-intervention/
[2] Baca buku Prahara Suriah (Dina Y. Sulaeman, 2013)
The White Helmets
Aleppo adalah kota terbesar di Suriah. Sejak 2012, jihadis/teroris dari berbagai kubu menduduki Aleppo. Mereka sempat menguasai 70% kota, namun tentara Suriah (SAA) kemudian melancarkan operasi pembebasan Aleppo. Saat ini, tinggal wilayah selatan Aleppo yang diduduki oleh jihadis/teroris.
Sejak 23 April 2016, jihadis/teroris di Aleppo secara masif menghujani wilayah Aleppo yang dikontrol SAA dengan mortar, rocket, dan Hell Cannon (sebelumnya, selama 2012-2016 mereka juga sering menyerang secara sporadis, kali ini benar-benar masif). Korban terbesar adalah warga sipil, termasuk anak-anak. Awalnya media Barat bungkam (hanya media-media Suriah, PressTV, XinHua, RT, dan media-media alternatif lainnya yang ‘berteriak’). Namun setelah SAA melakukan serangan balasan untuk membebaskan Aleppo dari jihadis/teroris, dengan serempak muncul pemberitaan masif dari media Barat/pro-jihadis: SAA dan Rusia membunuhi warga sipil Aleppo.
Salah satu korban serangan bom adalah RS Al Quds (di wilayah yang dikuasai jihadis/teroris dibom), 27 April 2016. Berita versi Barat/jihadis, pelakunya adalah SAA atau Rusia. Namun Rusia memiliki data bahwa pesawat yang terbang di udara Aleppo pada hari itu justru satu pesawat dari pihak koalisi anti ISIS (yang dimaksud: kubu AS&Turki). AS dengan segala kecanggihan militernya tentu seharusnya juga punya data radar, tinggal diperlihatkan saja ke publik, kalau memang benar pengebomnya Suriah/Rusia. Modus sama telah terjadi pada 10 Februari 2016. Saat itu dua rumah sakit di Aleppo dibom dan jubir Pentagon langsung menyebut Rusia sebagai pelakunya, tanpa menyebut waktu dan koordinat lokasi serangan. Jubir Menhan Rusia membalas dengan mengungkap data rinci bahwa pada hari itu jam 10:55 GMT dua pesawat AS A-10 memasuki udara Suriah melalui Turki dan terbang langsung ke Aleppo dan mengebom 9 target di sana. Pada Oktober 2015, pesawat AS juga mengebom beberapa pusat pembangkit listrik di Aleppo.
Sementara itu, sejak beberapa waktu terakhir, muncul perkembangan baru dalam model pemberitaan Aleppo: White Helmet (WH) muncul sebagai aktor utama. Warna hitam (identik dengan jihadis/teroris) yang mendominasi media Barat saat memberitakan Suriah kini berganti dengan putih. WH muncul dalam semua video dan foto yang disebarluaskan oleh media Barat dan Teluk. WH dicitrakan sebagai relawan yang sedemikian berjasa menolong korban bom di Aleppo, sehingga kabarnya akan dinominasikan sebagai penerima Nobel (ingat, MSF juga menerima Nobel tahun 1999).
Keberadaan WH membuat situasi lebih rumit, mereka berkeliaran bebas di Aleppo dengan baju relawan dan dikategorikan sebagai ‘warga sipil’ yang haram diserang. Masalahnya, WH sebenarnya adalah jihadis/teroris yang berganti baju dari hitam menjadi helm putih. Beberapa video membuktikan hal ini, misalnya, terlihat mereka membawa senjata (relawan bawa senjata?), atau mereka berteriak-teriak Allahu Akbar di tengah para jihadis/teroris berbaju hitam. Atau, setelah seorang jihadis/teroris melakukan eksekusi mati pada seseorang, langsung anggota WH datang dan membungkus jasad korban (jadi, WH ada di tempat itu saat eksekusi mati). Atau WH berpose bersama mayat-mayat SAA.
Sekarang mari kita lacak, siapa WH sebenarnya?
WH didirikan pada Maret 2013 di Turki dan dipimpin oleh James Le Mesurier, mantan agen intel Inggris dengan rekam jejak di berbagai kawasan konflik (Bosnia, Kosovo, Irak, Lebanon, Palestina). Dana awal pendirian WH adalah 300 ribu dollar dan selanjutnya menerima donasi jutaan dollar (suplai logistik disediakan oleh Turki). Telegraph menyebut Inggris telah menggelontorkan 3,5 juta pound. USAID memberi 16 juta dollar. Mesurier pada 2014 membentuk Mayday (konon untuk ‘melatih SAR bagi warga sipil Suriah’), di antara tokohnya adalah Faruq al-Habib dan Read Saleh, tokoh “revolusi” Suriah yang terlink dengan CIA. Mesurier juga pernah menjadi staf di perusahaan keamanan swasta (=preman) yang beroperasi di Irak, Olive dan Good Harbour, yang terlink juga dengan Blackwater yang sangat kejam itu.
Masih banyak lagi link antara WH dengan berbagai organisasi kotor lainnya. Foto berikut ini adalah bagan koneksi WH.
Dan untuk mengetahui lebih detil tentang WH bisa baca artikel sangat panjang ini :
Komentar
Posting Komentar