Ust. Ahmad Sarwat |
Jangan dikira kalau orang sudah haji lantas sudah merasa puas dan selesai begitu saja.
Justru yang saya tahu, para jamaa haji itu, belum juga sampai di tanah air, sudah pada berencana mau balik lagi. Setidaknya kalau bukan haji ya umroh.
Sementara jamaah umroh paket murah meriah, belum juga sampai di tanah air, sudah berencana mau balik lagi, mau pakai paket yang mahalan dikit kali. Itu lho yang hotelnya hadap-hadapan dengan Masjidil Haram. Yang sekamar cuma berdua dengan istri.
Atau mikirnya malah ingin pergi haji sekaliqn ketimbang hanya umroh. Dan begitulah nampaknya.
Baik ibadah haji atau pun umroh, keduanya jenis vacation yang sifatnya nagih dan bikin orang kecanduan. Pingin kesana lagi, kesana lagi dan kesana lagi.
Belum juga sampai tanah air, sudah punya 1001 rencana untuk balik lagi.
Apakah ini tanda bahwa kita cinta pada Allah? Apakah ini tanda kita punya hubungan batin dengan Baitullah?
Hmm, bisa juga dibilang begitu. Tapi mana ada sih orang pulang haji atau umrah, lalu mengaku kapok nggak mau lagi kembali ke tanah suci?
Tapi . . .
Nah disini lah inti ceritanya. Fenomena ketagihannya para jamaah haji umroh untuk selalu balik lagi itulah yang dilihat dan ditangkap dengan jeli. Oleh siapa?
Ya, oleh yang pintar melihat peluang bisnis. Pasarnya sudah ada dan permintaannya sedemikian kuat. Pangsanya berlapis-lapis. Bukan yang belum pernah saja, justru yang sudah pernah malah lebih parah dan ketagihan.
Kata teman saya yang punya travel haji umroh, tentu saja iya. Kalau perlu tiap minggu atau tiap bulan sebaiknya umroh.
Kata pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, tentu saja iya. Kalau perlu umroh tiap bulan.
Kata teman saya yang ustadz dan sering bawa jamaah haji/umroh, tentu saja iya. Kalau perlu umroh itu sebaiknya jangan sendirian. Ajak juga lah suami, istri, anak-anak, saudara, keluarga, teman kantor, tetangga se-RT, ibu-ibu PKK, group arisan alumni kampus, SMA, SMP, SD, TK, PAUD dan sederet lainnya.
Maka bisnis yang tidak pernah sepi peminat dan pemain ini tiba-tiba berhenti total, ketika datang covid-19. Sudah 6 bulan sejak Maret hingga Agustus ini, masih belum ada tanda-tanda mau dibuka kembali.
Kalau pun haji 2020 ada dijalankan, jelas haji yang unik dalam sejarah, karena jumlah jamaahnya hanya 10 ribu orang lokal saja.
Tidak ada kesibukan bandara international King Abdul Aziz. Tidak ada urusan visa, apalagi belanja oleh-oleh. Haji ini bukan haji dengan potensi bisnis yang menguntungkan.
Buat semua pihak, haji macam itu bukan ajang transaksional yang memutar ekonomi.
Bagaimana dengan umroh?
Nah, itu dia. Semua hanya bisa wait and see. Masih belum jelas kapan kita bisa umroh. Tapi misalnya nanti dibuka, pastilah rebutan. Mungkin juga dibatasi dan diterapkan banyak syarat ini dan itu.
Sampai kapan?
Ya sampai obat dan vaksin efektif digunakan oleh 6 milyar manusia di permukaan planet bumi.
Komentar
Posting Komentar