يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ ۗوَمَنْ قَتَلَهٗ مِنْكُمْ مُّتَعَمِّدًا فَجَزَۤاءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهٖ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْيًاۢ بٰلِغَ الْكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِهٖ ۗعَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَفَ ۗوَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللّٰهُ مِنْهُ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ ( الماۤئدة : ٩٥) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa y
![]() |
Ilustrasi Pernikahan |
مسألة: هل الزواج من أعمال الآخرة أم من أعمال الدنيا وحظوظ النفوس؟.
الجواب: إن قصد به شيئا من الطاعات، بأن قصد الاقتداء برسول الله - صلى الله عليه وسلم -، أو تحصيل ولد صالح، أو إعفاف نفسه، وصيانة فرجه، وعينه، وقلبه، ونحو ذلك، فهو من أعمال الآخرة ويثاب عليه، وإن لم يقصد به شيئا من ذلك فهو مباح من أعمال الدنيا وحظوظ النفس، ولا ثواب فيه، ولا إثم، والله أعلم.
PERTANYAAN :
Apakah Menikah termasuk perkara akherat atau termasuk perkara dunia dan kesenangan semata ?
JAWABAN :
Jika dalam menikah bertujuan dengan tujuan-tujuan ibadah, seperti bertujuan untuk mengikuti Rosulullah ﷺ, atau mempunyai anak yang sholeh, atau agar diri, kemaluan, mata dan hatinya terjaga dan terhindar dari perkara-perkara maksiat, maka menikah dengan tujuan tersebut merupakan perkara akherat yang berpahala.
Akan tetapi jika dalam menikah tidak ada tujuan sama sekali dari tujuan-tujuan ibadah (seperti yang telah di sebutkan diatas), maka dalam keadaan ini menikah adalah termasuk perkara dunia dan kesenangan semata, tidak ada pahala dan dosa di dalamnya.
Refrensi : Fatawa Al-Imam Nawawi, hlm : 179
Komentar
Posting Komentar