Langsung ke konten utama

Tan Malaka, J Kasimo, dan Gus Dur

Mohamad Sobary - File indeksberita.com

Oleh: Mohamad Sobary

Tamu ayahnya pada malam itu menimbulkan tekateki. Pada mulanya, Husen Banten, nama tamu itu, biasa-biasa saja seperti para tamu lain.

Tapi demi melihat ayahnya yang begitu serius, bahkan ada kesan gugup menyambutnya, dia mulai bertanya- tanya. Itulah yang dialaminya pada suatu hari, kira-kira pukul 8.00 malam, ketika dia baru berusia lima tahun. Dia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Bocah itu segera membukanya, dan di depan pintu berdiri seorang lakilaki kurus dengan pakaian biru. Orang yang belum dikenalnya itu bertanya, ”Apakah Bapak ada di rumah?

Tolong bilang pada beliau bahwa Pak Husen Banten datang bertamu.” Gus Dur kecil, bocah berusia lima tahun tadi, segera menemui ayahnya, dan melaporkan kedatangan Pak Husen Banten itu. Sang ayah segera bangun dan menyuruh anaknya itu untuk menyampaikan kedatangan tamu tadi pada ibunya. Gus Dur kaget melihat tanda keseriusan di wajah ayahnya.

Dan sang ayah hanya mengatakan bahwa tamu itu teman lama beliau. Cukup. Hanya itu yang bisa dikatakan pada anaknya yang masih bocah. Tapi, kata Gus Dur setelah dewasa, sebagaimana dapat kita baca pada halaman 57-58 buku Dialog Peradaban: untuk Toleransi dan Perdamaian (2010), beliau baru tahu bahwa tamu yang menyebut dirinya Husen Banten itu ternyata Tan Malaka yang hebat itu.

Tokoh populer, dengan nama besar, bahkan nama besar yang mengagumkan, tak selalu memiliki jaminan bahwa dia pasti dikenal secara luas. Tokoh yang mengambil peran untuk bergerak di bawah tanah selalu memiliki risiko seperti itu. Tapi siapa bilang itu risiko? Tak dikenal itu bagian dari strategi perjuangannya agar lebih leluasa bergerak tanpa diketahui identitasnya.

Sebagai orang bawah tanah, dia memang sengaja, dan menginginkan, dengan penuh kesadaran, untuk tak dikenal. Setidaknya selama yang bersangkutan masih merasa perlu ”bersembunyi.” Ada lagi kenangan masa kecil, yang dilaporkan di halaman 58-59 buku tadi. Gus Dur pernah diajak ayahnya ke rumah temannya, Pak Kasimo, ketua umum Partai Katolik. Di rumah Pak Kasimo, sang ayah mengeluarkan sebuah bungkusan dan diserahkan pada temannya itu.

Gus Dur bertanya apa isi bungkusan tadi sesudah me-reka dalam perjalanan pulang. Ayahnya menjelaskan bahwa itu sumbangan uang untuk seorang teman yang lain lagi. Pak Kasimo sedang mengumpulkan dana pembangunan rumah, untuk diberikan pada Pak Prawoto. Beliau tokoh Partai Masyumi, orang besar, yang belum punya rumah. Gus Dur mengatakan bahwa beliau sangat terkesan pada persahabatan mereka.

Ayahnya tokoh NU, Pak Kasimo tokoh Katolik, sedang Pak Prawoto tokoh Masyumi, yang baru merencanakan mendirikan negara Islam. Kedua temannya itu jelas tak menyetujui rencana tersebut. Tapi teman adalah teman. Ini persahabatan luar biasa. Jenis persahabatan macam ini sekarang sudah tidak ada lagi. Kebesaran jiwa di dalam diri para tokoh sekarang sudah terhapus oleh sikap saling curiga dan sema ngat saling menjegal, saling memfitnah, dan semangat jatuh menjatuhkan.

Sisa kebesaran itu, pendeknya, tidak ada lagi. Kini yang tinggal pada para tokoh hanya perasaan benar sendiri, ingin menang sendiri, dan bahwa orang lain, siapa pun dia, dianggap musuh. Dan musuh harus dibasmi. Di dunia politik basmimembasmi itu berlangsung dengan siapa saja yang dianggap merupakan penghalang cita-cita dan segenap langkah po-litik yang dibuat untuk menguntungkan diri sendiri.

Tak terlintas dalam pikiran para tokoh zaman sekarang untuk mendukung orang lain yang tak sejalan dengan kita. Mereka yang tak sejalan itu disebut musuh. Tokoh besar masa lalu memang sungguh besar. Gus Dur, yang menikmati suasana hidup di dalam keluarganya yang memiliki rasa persahabatan yang dalam dan tulus dengan siapa pun.

Gus Dur menyerap kebesaran ayahnya dan teman-teman ayahnya, tak peduli mereka Katolik, Masyumi, atau PKI seperti Tan Malaka. Orang-orang besar itu memancarkan aura kebesaran jiwa mereka. Maka, anehkah bila Gus Dur di kemudian hari menjalin persahabatan dengan siapa pun, tanpa memedulikan latar belakang mereka? Keanehan Gus Dur, yang sering disebut ”tak mudah dipahami” itu, agaknya, memang merupakan fenomena yang sudah ”didesain” oleh tatanan struktural yang berkembang di zaman itu.

Di kemudian hari kita tahu Gus Dur memanggul banyak tugas besar yang tak mudah dilaksanakan tanpa kebesaran jiwa yang memancar dan menerangi kegelapan tatanan hidup yang sering menjengkelkan. Agaknya, sejak dulu sudah jelas, Gus Dur digiring lebih dulu oleh nasib–mungkin nasib baik– untuk menjadi pewaris kebesaran jiwa para tokoh tadi.

Bila kemudian, seperti kita ketahui sekarang, setelah wafatnya beliau dikukuhkan menjadi wali ke-10, pengukuhan itu hanya formalitas sosial, karena bukankah dasardasarnya sudah ditata sejak dulu? Fenomena itu hanya ingin menyatakan bahwa di atas bumi, di bawah kolong langit ini, tidak ada ”barang” dadakan, tidak ada ”barang” kebetulan.

Tan Malaka menjadi tokoh pejuang yang gigih, tokoh gerakan di bawah tanah yang beroperasi secara sangat rapi, dan memiliki jaringan luas di mana-mana. Jaringan itu bersifat lintas batas etnis, aliran politik, warna dan haluan partai, dan berbeda- beda agama, tapi mereka disatukan oleh agenda bersama: cita-cita keindonesiaan. Ini mungkin terlalu luas.

Jadi bisa juga dirumuskan, setelah kemerdekaan, kita merasa memanggul kewajiban mengisi kemerdekaan itu dengan segenap agenda politik kebudayaan, yang mewujudkan cita-cita kita bernegara, dan memanggul se-penuhnya mandat konstitusi kita. Tan Malaka, orang besar zaman itu, yang mewakili ke-pentingan politik PKI, dan J Kasimo, membawakan agenda politik Partai Katolik, untuk kebesaran Indonesia. Zaman mereka sudah lewat.

Segenap kenangan buat mereka terasa begitu indah, manusiawi, dan penuh semangat untuk bersatu. Jauh di masa depan yang mereka bayangkan hanya satu: sebuah Indonesia yang kuat dan berwibawa. Gus Dur jelas tokoh penting yang merupakan bagian dari zaman ini. Pemikirannya masih sangat berpengaruh.

Sikap politik keagamaannya begitu akomodatif, tidak kaku dan selalu siap memberi orang lain tempat yang nyaman secara psikologis maupun politik. Tan Malaka, J Kasimo, dan Gus Dur tak memiliki kaitan organisatoris, bukan tokoh-tokoh yang terikat oleh sebuah partai. Tapi mereka terikat, tanpa perjanjian tanpa kontrak, oleh nilai-nilai perjuangan yang sama. Me-reka berjuang dengan cara masingmasing untuk membikin Indonesia ini ”rumah” bagi semua pihak, semua warga negara, tanpa batas etnis, bahasa, partai dan aliran politik.

”Rumah” itu kadang terasa hampir jadi. Tapi kadang kelihatan begitu porak-poranda. Tan Malaka, J Kasimo, dan Gus Dur sudah tak lagi bersama kita. Kini dicari orang-orang, tokoh- tokoh, yang memiliki kesalehan politik seperti mereka. Kini dicari siapa di antara kita yang merupakan penerus mereka. ?

Sumber : Koran SINDO, Senin,  9 Februari 2015
Mohamad Sobary, Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan.

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing