Langsung ke konten utama

Sejarah Ahlul Halli wal Aqdi (1)


Logo NU
Oleh: Choirul Anam

Diskusi mendalam di pondok pesantren Al-Mansyuriyah, Lombok Tengah, NTB telah berlangsung beberapa waktu lalu guna menerima dan mencari masukan untuk melengkapi rumusan PBNU mengenai sistim baru pemilihan Rais Aam (Syuriyah) PBNU yang dikenal dengan Ahlul Halli Wal Aqdi (sering disingkat Ahwa). Sistim pemilihan zaman Nabi dan sahabat ini mulai akan diuji-coba di Muktamar Jombang.

Dalam kata sambutan pembukaan diskusi, ketua umum PBNU KH Prof Dr Said Aqil Siroj mendukung penuh sistim pemilihan rais aam dengan model Ahlul Halli Wal Aqdi.  Sebab kalau pilihan langsung, dikesankan mengadu kekuatan antar kiai, dan karena itu dicarikan jalan musyawarah yang lebih tepat seperti Ahlul Halli Wal Aqdi. Lagi pula kalau sistim pemilihan langsung, masih kata Kang Said, akan lahir kubu-kubuan, lalu kampanye hitam (black campaign) antarpendukung, saling menjelekkan dan menjatuhkan. Terus lagi, ditakutkan muncul politik uang yang merusak moral.

Ada juga pandangan lain dari peserta diskusi bahwa kalau NU tetap mempertahankan sistim pemilihan langsung, maka kesan NU sama saja dengan partai politik akan terus terbangun selamanya. Bahwa orang akan terus menganggap suksesi di lingkungan NU sama saja dengan di parpol, tergantung mana yang kuat uangnya. Maka dari itu beberapa pengurus PCNU maupun PWNU yang masih mau berpikir, mengharuskan ada perubahan, dan untuk sementara ini yang dipandang cocok adalah model Ahlul Halli Wal Aqdi.

Saya ingin memberi masukan dari perspektif historis NU mengenai Ahwa ini. Bahwa yang perlu dipahami, Ahwa tidak ada sangkut pautnya dengan politik uang (money politics), dengan kubu-kubuan, kampanye hitam (black campaign), saling jatuh menjatuhkan antar kelompok pendukung kiai atau ulama yang dijagokan, dan seterusnya. Ahwa adalah sebuah sistim pemilihan pemimpin yang diajarkan atau dicontohkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW yang bergelar "al-Khulafa' ar- Rasyidun", yang tak lain adalah Abu Bakar as- Shiddiq, Umar Ibnu Khottab, Usman bin Affan, dan Aly bin Abi Thalib. Sedang NU sebagai salah satu pewaris Ahwa ini hanya ingin mencoba menerapkannya di Muktamar Jombang nanti.
Jadi, jangan mengait-kaitkan Ahwa dengan politik uang, kampanye hitam, kubu-kubuan dst. Apakah dengan Ahwa dijamin tidak akan terjadi politik uang? Tidak akan terjadi konflik dan kubu-kubuan? Belum tentu! Buktinya NU sejak berdiri hingga saat ini menggunakan sistem pemilihan langsung tidak ada masalah, baik-baik saja! Hanya saja belakangan ini (di era reformasi) NU tergerus oleh dampak negatif sistem politik makro yang dibangun pemerintah, yakni pilihan langsung anggota DPR, DPD dan Presiden/Wakil sampai Bupati dan Wakil. Warga NU yang hidup di zaman sebelum reformasi tidak pernah tahu dan merasakan politik uang.

Pertanyaan besarnya adalah buat apa sistem Ahwa ini diterapkan? Untuk apa Ahwa disodor-sodorkan agar dipraktikkan di muktamar ke 33? Kenapa tidak pada zaman Mbah Hasyim Asy'ari dan Mbah Abdul Wahab Hasbullah tempo dulu diberlakukan? Apa beliau-beliau kurang Ahwa? Dalam perjalanan sejarah NU belum pernah menggunakan model Ahwa dalam pemilihan Rais 'Aam Syuriyah PBNU, kecuali pada muktamar ke 27 di Situbondo (3-12 Desember 1984). Penggunaan sistim Ahwa ini pun didasarkan beberapa pertimbangan, antara lain, karena kondisi NU sebagai Jam'iyyah Diniyah Islamiyah (Organsasi Keagamaan Islam) waktu itu, memang sudah rapuh sehingga memerlukan pemikiran dan upaya baru untuk menyelamatkannya.

Terutama sepeninggal Rais Aam PBNU KH. Bisri Syansuri (wafat Jum'at 25 April 1980). Tubuh NU terbelah menjadi dua kubu: kubu politik yang bermuara kepada Ketua Umum PBNU KH. DR. Idham Cholid (Cipete) dan kubu khitthah yang dijaga ketat KH.R. As'ad Syamsul Arifin Situbondo yang didukung kelompok muda pembaharu di NU seperti Gus Dur. Bisa dipahami, karena KH. Idham Cholid kala itu benar-benar sebagai figur sentral, yaitu selain menjabat Ketua Umum PBNU, juga Presiden Partai (PPP). Hampir setiap hari kubu politik berteriak-teriak agar jabatan Rais Aam dibiarkan kosong, sehingga mereka bisa leluasa memainkan jurus-jurus politiknya guna memperoleh kekuasaan politik di parlemen atau eksekutif di pemerintahan. Sementara kubu khitthah terus berupaya agar segera diisi. Kalau tidak, maka nasib NU ke depan semakin sulit untuk ditolong.

Pertengkaran dua kubu tersebut, jika digambarkan, memang hampir mirip seperti cicak dan buaya. Masing-masing kubu beradu argumentasi di media massa. Kelompok Cipete ngotot meminta jabatan Rais Aam dibiarkan lowong, dan kalau toh mau diisi mesti diambil dari salah satu wakil untuk naik menjadi Rais Aam. Pendapat itu ditolak mentah oleh kubu khitthah atau kelompok Situbondo karena tidak sesuai dengan konstitusi NU. Menurut AD/ART NU, jabatan Rais Aam dipilih langsung oleh ulama NU seluruh Indonesia melalui muktamar (atau forum ulama yang setingkat dengan itu), yaitu Munas atau Konbes.

Kubu Situbondo yang secara diam-diam berupaya keras mengembalikan NU ke khittah aslinya, akhirnya berhasil mengonsolidasikan pikiran-pikirannya ke hampir seluruh ulama senior di Indonesia. Puncaknya kelompok ini sukses menggelar munas alim ulama NU di Kaliurang, Yogyakarta (September 1981). Dan berhasil memilih KH. Ali Ma'shum sebagai Rais Aam PBNU menggantikan KH. Bisri Syansuri.

Mestinya persoalan sudah selesai, ternyata belum juga. Hasil Munas yang menggemparkan jagat politik nasional dan  mendapat banyak pujian serta sanjungan dari berbagai kelompok tersebut, terutama menyangkut soal isu politik dukung-mendukung pemberian gelar Bapak Pembangunan dan pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden RI pada Sidang Umum MPR hasil Pemilu 1982, justru dimentahkan oleh kubu Cipete dengan menggunakan sayap Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) unttuk menandinginya.

Sehari setelah Munas Alim Ulama NU ditutup, kubu Cipete menggelar Konferensi Besar (Konbes) GP Ansor (3-6 September 1981) di Semarang. Drs. HA. Cholid Mawardi selaku Ketua Umum PP GP Ansor sekaligus mereprentasikan diri sebagai pimpinan kelompok Cipete menyatakan: "Pemberian gelar Bapak Pembangunan kepada Presiden Soeharto adalah gagasan wajar dan penting bagi integrasi bangsa. Dan Konbes menyarankan kepada DPR RI membuat memorandum kepada MPR untuk mempercayakan kepemimpinan nasional kepada Jenderal Soeharto."

Dari sini pertentangan semakin tajam. Lalu bagaimana upaya para kiai sepuh NU menyelamatkan organisasi? Inilah episode sejarah yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. (bersambung)

Choirul Anam, Dewan Korator Museum NU

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing