Langsung ke konten utama

Membangun Harmoni Sunni-Syiah

Ilustrasi
Oleh: Ahmad Choirul Rofiq
 
Kawasan Timur Tengah ternyata tidak kunjung selesai diterpa konflik horizontal. Gerakan kelompok ISIS belum mereda, perhatian dunia internasional sekarang tertuju kepada perang Yaman antara pemerintah Yaman menghadapi pemberontak Houthi atau Harakah Anshar Allah. Sebagian pihak menyatakan bahwa konflik di Yaman, bukanlah pertikaian antara kelompok Sunni dan Syi’ah (antaranews.com, 11 April 2015). Namun, sebenarnya nuansa konflik keagamaan sesama Muslim tidak dapat dipungkiri. Tulisan berikut ini memotret relasi Sunni dan Syi’ah secara historis yang ternyata cenderung diwarnai konflik. Analisis historis terhadap topik ini diharapkan menggugah semangat untuk senantiasa mengutamakan dialog dalam resolusi konflik agar relasi harmonis dapat direalisasikan.

Friksi-friksi Islam

Menurut sejarah Islam, perpecahan di kalangan umat Islam terjadi setelah Perang Shiffin antara Khalifah ‘Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H / 661 M) dan Gubernur Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (w. 60 H / 680 M), pada tahun 37 H (657 M). Tiga fraksi kemudian muncul, yaitu pendukung ‘Ali yang disebut Syi‘ah, pendukung Mu‘awiyah, dan Khawarij yang tidak memihak  ‘Ali maupun Mu’awiyah. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Mu‘awiyah disebut Ahlussunnah wal Jama’ah atau Sunni.

Pembicaraan mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah biasanya dikaitkan dengan hadits Nabi Muhammad yang menyatakan adanya perpecahan umat Islam menjadi banyak golongan dan hanya satu golongan yang selamat. Ada dua versi hadits mengenai golongan yang dimaksud, yakni golongan yang disebut Rasulullah dengan Ma ana ‘alaih wa ashhabi (Golongan yang mengikuti aku dan para shahabatku) dan al-Jama‘ah (Golongan yang bersatu). Versi pertama diriwayatkan at-Tirmidzi bersumber dari ‘Abdullah ibn ‘Amr, sedangkan versi kedua diriwayatkan Abu Dawud bersumber dari Mu‘awiyah. Pada masa Mu‘awiyah, penistaan terhadap ‘Ali dan keluarganya ditradisikan. Masyarakat yang mengikuti pelestarian tradisi negatif ini disebut Ahlus Sunnah. Mu‘awiyah bahkan menambahkan label al-Jama‘ah sehingga menjadi Ahlussunnah wal Jama’ah. Dengan demikian, mazhab Sunni merupakan golongan yang mendukung mayoritas muslim. Doktrin teologis Sunni kemudian semakin diformulasikan oleh Abu Manshur Muhammad al-Maturidi (w. 333 H / 944 M), Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 330 H / 941 M), dan Abu Ja’far al-Thahawi (w. 321 H / 933 M). Dalam praktik fiqh, mazhab Sunni dikembangkan oleh Abu Hanifah (Hanafi), Malik ibn Anas (Maliki), Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (Syafi’i), dan Ahmad ibn Hanbal (Hanbali).

Adapun Syi’ah meyakini bahwa penerus kepemimpinan politik setelah Nabi Muhammad wafat adalah  ‘Ali ibn Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Meskipun Syi’ah berkembang menjadi beberapa sekte, tetapi masing-masing mempunyai kesamaan doktrin bahwa sebenarnya Rasulullah secara jelas menunjuk ‘Ali sebagai penggantinya. Di antara mereka ialah Salman al-Farisi, al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthallib, ‘Ammar ibn Yasir, Abu Dzarr al-Gifari, Ubai ibn Ka‘b, dan al-Barra' ibn ‘Azib. Penunjukan ‘Ali terjadi di suatu tempat antara Mekah dan Madinah yang bernama Gadir Khumm sepulang dari haji Wada‘ pada 18 Dzulhijjah 10 H (10 Maret 632 M) ketika Rasulullah menyampaikan hadits: “Barangsiapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka ‘Ali juga menjadi pemimpinnya.” Tetapi doktrin ini disangkal kalangan Sunni sebab hadits itu menunjukkan konteks pertolongan dan kasih sayang, bukan pemberian kekuasaan atau kepemimpinan. Seandainya Rasulullah telah menunjuk ‘Ali sebagai penggantinya, tentu para khalifah sebelum ‘Ali tidak mau menerima pembaiatan mereka.

Sebagian masyarakat muslim lainnya meyakini bahwa setiap orang berhak menjadi pemimpin umat Islam, tanpa melihat asalnya. Orang yang berasal dari bangsa Arab maupun ‘ajam (bukan dari bangsa Arab) dapat dijadikan pemimpin. Pendapat kelompok terakhir inilah yang dipegangi oleh semua sekte Khawarij. Makna hadits: al-A'immah min Quraisy (“Para pemimpin berasal dari Quraisy.”) sangat membatasi kesempatan orang-orang yang tidak berasal dari Quraisy untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, wajar jika para pengikut Khawarij biasanya bukan dari Quraisy. Secara kuantitas, jumlah pengikut Khawarij menempati urutan ketiga setelah Sunni dan Syi’ah.

Mengikis Ironi Perseteruan Sunni-Syi’ah

Hal yang menyedihkan, relasi di antara sekte-sekte Islam tersebut cenderung antagonistik. Perselisihan di kalangan umat Islam, terutama mengenai persoalan politik sektarian terus mewarnai perjalanan sejarah Islam. Konflik tersebut bahkan menelan banyak korban dari kaum Muslimin sendiri. Kenyataan inilah yang telah ditegaskan oleh asy-Syahrastani di dalam karya monumentalnya al-Milal wa an-Nihal bahwa konflik paling berdarah yang terjadi di tengah umat Islam adalah konflik yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam setiap perjalanan masa, tidak ada pedang yang terhunus di dalam masyarakat Islam demi alasan keagamaan sebagaimana terhunusnya pedang yang dipicu oleh permasalahan kekuasaan.

Fakta-fakta historis berikut ini menegaskan kenyataan pahit tersebut. Pada masa kekuasaan Dinasti Umawiyyah, para pengikut Syi’ah dan Khawarij mengalami tekanan keras. Gerakan oposisi mereka diberangus oleh pemerintah Umawiyyah secara kejam, meskipun penindasan tersebut sempat berhenti sejenak selama kepemimpinan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul Aziz (98-101 H / 717-720 M) yang terkenal dengan kesalehan dan keadilannya. Peralihan kekuasaan dari Umawiyyah ke ‘Abbasiyah juga tidak mengubah kebijakan represif terhadap Syi’ah dan Khawarij.

Karena setiap penguasa dari tiap sekte Islam biasanya tidak toleran kepada sekte lain, maka kebijakan represif akhirnya diterapkan secara silih berganti dan berlatar belakang fanatisme sektarian. Ketika Dinasti Fatimiyah yang beraliran Syi’ah berhasil memantapkan kekuasaannya di hadapan ‘Abbasiyah yang Sunni, mereka menyebarkan ajaran Syi’ah secara gencar. Sebaliknya, setelah Dinasti Fatimiyah digulingkan Dinasti Ayyubiyah yang Sunni, penyebaran Syi’ah dihentikan. Lembaga al-Azhar yang didirikan Fatimiyah sebagai pusat pengajaran Syi’ah ditutup dan selanjutnya diorientasikan untuk mengajarkan mazhab Sunni. Buku-buku tuntunan Syi’ah dimusnahkan karena dinilai menyimpang menurut pandangan Sunni.

Konflik Sunni dan Syi’ah yang justru melemahkan umat Islam berlangsung antara Dinasti Turki Usmani dan Dinasti Safawiyah. Turki Usmani yang mengalahkan Safawiyah berhasil memaksa Safawiyah agar menghentikan penistaan kepada Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq, ‘Umar ibn al-Khattab, dan ‘Usman ibn ‘Affan. Sungguh ironis, penistaan kepada figur-figur al-Khulafa’ ar-Rasyidun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Khalifah ‘Ali dihina saat Umawiyyah berkuasa, sedangkan tiga khalifah sebelum ‘Ali juga dinistakan ketika Safawiyyah memegang pemerintahan.

Pada masa sekarang pun, permusuhan sektarian antara Sunni dan Syi’ah masih terlihat di tengah masyarakat Islam. Perang di Yaman sedang berkecamuk antara pemerintah Sunni dan pemberontak Syi’ah. Sementara dunia Islam masih ingat betapa menyedihkan dampak yang ditimbulkan sewaktu konflik antara Irak dan Iran setelah keberhasilan Revolusi Iran. Sedangkan di Indonesia, pengusiran komunitas minoritas Syi’ah dilakukan oleh mayoritas penganut Sunni di Sampang, Madura. Jelas sekali bahwa korban dari konflik internal sesama kaum Muslimin tersebut adalah orang Islam sendiri.

Oleh sebab itu, gerakan nyata untuk membangun komunikasi intensif di antara umat Islam yang sangat majemuk wajib dilakukan sehingga energi umat Islam tidak disia-siakan dalam pertikaian internal. Kemiskinan yang melanda di sebagian negara berpenduduk Muslim dan penjajahan Palestina oleh Israel adalah sebagian permasalahan penting yang harus segera dituntaskan. Pesan mulia untuk mengedepankan persatuan umat dan memahami perbedaan yang ada telah diteladankan Nabi Muhammad ketika beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dari Mekkah dan kaum Anshar dari Madinah. Para ulama dan pemimpin negara-negara Islam di seluruh dunia hendaknya mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah umat Islam sehingga kerugian besar tidak diderita oleh kaum Muslimin. Kepentingan politis parsial seharusnya dikesampingkan supaya kemaslahatan seluruh umat Islam tercapai. []

*) Dosen Sejarah Islam di STAIN Ponorogo; Doktor Sejarah Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing