Langsung ke konten utama

Kiai Gholib, Lampu Terang di "Pring Sewu"

Kyai Gholib Pring sewu
Forum Muslim - Keberadaan KH Gholib di daerah bambu seribu atau Pringsewu, Provinsi Lampung membawa "lampu yang terang". Begitu H. A Musa Achmad pada tahun 1973 menggambarkannya. Lampu adalah madrasah, penerang anak-anak dengan pendidikan agama Islam.

Berikut kisah KH Gholib dalam perjuangan di bidang agama, pendidikan dan sosial yang dituturkan Dr. Dra. Hj. Farida Ariyani, M.Pd, cucu KH Gholib, di Pringsewu.

"Madrasah didirikan simbah kakung sederhana dan cukup untuk belajar 20 orang, terdiri atas tiga lokal berlantai tanah, berdinding geribik dan beratap genteng," ujar Farida.

Guru pertama di madrasah KH Gholib bernama H.M Nuh, berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Pada tahun 1942, di masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan KH Gholib tetap berjalan terus dan mengalami kemajuan sangat pesat.

Madrasah semakin maju ditandai dengan banyaknya santri dan juga hadirnya para guru madrasah baik dari Jawa maupun dari Lampung. Dengan keadan itu, ia mendirikan pesantren. Kondisi itu menarik minat belajar, mencapai ± 1.000 murid berasal dari Lampung, Palembang, Bengkulu dan Jambi.

Kompetensi yang dikembangkan di madrasah itu antara lain: bahasa Arab, nahwu, shorof, membaca Qur’an dengan fasih dan lagu yang merdu, memelihara waktu ibadah (tiba waktu sholat siswa dan guru harus sholat berjamaah di masjid).

"Lalu di malam Jumat dilakukan pembacaan Berzanji dan marhaban. Hal itu yang menjadi beberapa sebab madrasah dan Pondok Pesantren KH Gholib menjadi maju pada saat itu," papar Farida lagi.

Di madrasah itu, semua siswa belajar dengan gratis. Semua kebutuhan guru dijamin KH Gholib itu sendiri. Kekayaan KH Gholib juga disediakan untuk kemajuan madrasah dan pesantren.

“Kemudian jika guru dan keluarganya sakit, berobat di poliklinik tanpa biaya. Banyak pula tamu yang datang dan memohon doa barokah dari Allah melalui beliau, bahkan ada yang menginap sampai beberapa malam," tuturnya.

Berdirinya lembaga pendidikan Islam di Pringsewu juga berdampak positif, seperti tidak ada pencurian di sekitar desa Pringsewu.

KH Gholib juga disegani oleh masyarakat dan tidak memperbedakan antara golongan, serta sayang pada fakir-miskin dan yatim piatu serta bergaul dengan masyarakat sekitar.

KH Gholib lahir di Mojosantren, Sidoarjo, Jawa Timur, 1899. Ayahnya K Rohani bin K Nursihan telah meninggalkannya sejak dirinya masih kecil karena peperangan. Muksiti, ibunya, yang mengasuh Gholib hingga dewasa.

Di masa kecilnya, ujar Farida lagi, KH Gholib memperoleh pendidikan agama langsung dari orang tuanya dan dari bangku sekolah Madrasah Ibtidaiyah di desa kelahirannya.

Sejak usia 7 tahun, sang ibu menyerahkan Gholib kepada Kiai Ali untuk belajar ilmu agama, lalu berguru dengan tokoh amat berpengaruh, pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari, di Pondok Pesantren Tebu Ireng, dan K.H. Kholil di Bangkalan Madura.

Sejak remaja, Gholib senang mengembara menuntut ilmu agama Islam. Ia tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan masalah ubudiah. Ilmu hikmah pun dipelajarinya, dari pesantren ke pesantren; dari satu guru ke guru lainnya.

Kebiasaan ini tetap dilakukan hingga dewasa sembari mengembangkan syiar Islam. Saat dewasa, Gholib menikahi Syiah'iyah. Namun, sampai akhir hayat beliau tidak punya keturunan, kecuali tiga anak angkat: Jamzali, Siti Romlah, dan Rubaiyah.

KH. Gholib sama muaknya melihat imperialisme Jepang atau Belanda. Pada masa sebelum, bahkan pascakemerdekaan pun, dia tidak henti mengangkat senapan, bergumul dalam peperangan sengit, seraya berjihad hidup-mati bersama kerabat dan seluruh santrinya mengusir penjajah di wilayah Pringsewu dan sekitarnya.

Namanya mengharum hingga kini; diabadikan dalam nama jalan, sekolah, dan pondok pesantren. Makamnya didatangi peziarah dari seputar Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Jakarta, Bandung, Bogor, Jawa, dan Madura.

Semua bermula dari pongahnya penjajah. Kemarahan Gholib kepada Jepang dimulai dengan perjuangannya menentang program sei kerie tahun 1942. Bagi lelaki kelahiran 1899 di Kampung Mojosantren, Krian, Jawa Timur, ini (ayahnya bernama K. Rohani bin Nursihan dan ibu Muksiti) tindakan Jepang sudah menindas, menyiksa, dan memeras.

K.H. Gholib segera menyiagakan pasukan mengusir Jepang dari tanah Bamboo Seribu (sekarang Pringsewu). Walaupun dengan pedang, golok, keris, dan bambu runcing seadanya, mereka tidak lelah menggempur basis-basis Jepang di sana.

Gholib berkali-kali ditangkap militer. Jepang khawatir pria ganteng-gagah, tangkas, berkulit hitam manis, dan bermisai meruncing ke atas bibirnya ini memengaruhi para kiai; apalagi Gholib menggalang opini menolak ajakan Jepang menyembah Dewa Matahari (Tenno Heika, Kaisar Hirohito). Untung Jepang tidak lama berkuasa karena bertekuk lutut kepada sekutu. Namun, bukan berarti penjajah hapus seluruhnya.

Negara memang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Tapi Belanda tidak mengakui kedaulatan kita, bahkan ingin menguasai kembali Indonesia. Belanda kemudian menggempur pertahanan Indonesia di mana-mana. Gholib kembali menyiagakan senjata demi mempertahankan kemerdekaan RI. Dia membentuk pasukan jihad: Pasukan Sabillah Hisbullah yang diambil dari anak-anak didiknya lalu dididik TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat).

Mereka berlatih cara berperang dan diajar Mayor Inf. Herni, Mayor Inf. Mulkan, K.H. Gholib, dan Mayor Inf. Nurdin. Pasukan Fisabillah dan Laskar Hisbullah (TKR/BKR) bertahan di Pringsewu dari 1 November 1945 sampai 7 Agustus 1946.

Sewaktu Agresi Belanda II 1949, Lampung didarati Belanda melalui Pelabuhan Panjang pada 1 Januari. Pemerintah bersama TRI (Tentara Republik Indonesia) mengungsi ke pedalaman Gedongtataan, Gadingrejo, Pringsewu, Kedondong, dan tempat-tempat lain.

Di Gadingrejo dibentuk pemerintahan darurat dengan residennya Mr. Gele Harun dan wakilnya M. Yasin. Di Pringsewu, basis TRI ditempatkan di pesantren K.H. Gholib dengan tokoh-tokohnya Kapten Alamsyah (pernah menjadi dubes RI di Belanda) dan Mayor Effendy. Untuk mengganyang Belanda--melalui musyawarah para tokoh--K.H. Gholib ditetapkan sebagai pemimpin pasukan gerilya.

Pada 8 Agustus 1947--20 Oktober 1948, pecah pertempuran di front Baturaja dan Martapura. Pasukan Sabillah dan Laskar Hisbullah dipimpin Gholib dan Kapten Alamsyah Ratuperwiranegara (mantan Menteri Agama dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat era Orde Baru) bertarung seperti banteng luka.

Di Martapura, perang hebat tidak terelakkan. Banyak korban tewas, di pihak Belanda maupun Gholib. Mereka yang selamat di antaranya Mayor Herni, Sukardi, Mayor Nurdin, Sukemi, Mayor Mulkan, Supardi, Abdul Fatah, Silur, Irsan, Suparno, Suwarno, Mardasam, Harun, Hasan, dan Husen.

Tanggal 27 November 1949, terjadi perundingan clash order antara delegasi tentara Belanda dan delegasi RI/TNI di Kotabumi, Lampung Utara. Yang hadir: Mayor K.L. Graaf von Renzouw, Mayor Inf. H.N.S. Effendi, Kapten A.L. Shohoka, Kapten Inf. Hamdani, dan Letnan Husen.

Usai "perundingan damai" itu, mereka kembali lagi ke Pringsewu. Belum sempat Gholib duduk di rumahnya, ia mendapat berita Belanda datang kembali ke Tanjungkarang, bahkan sudah masuk Gadingrejo. Gholib cepat mengatur siasat pasukan. Mereka menghancurkan Jembatan Bulok. Belanda tidak kehabisan akal. Mereka memutar lewat Gedongtataan, Kedondong, terus ke Pagelaran, dan dari pesawat diterjunkan pasukan udara dan hujan peluru untuk menghancurkan tempat-tempat persembunyian pejuang kita.

Melihat keadaan sudah tidak aman, Gholib dan pasukan menyeberang ke utara Sungai Way Sekampung, lalu mengungsi ke hutan rimba. Selama Gholib bersembunyi, selama itu pula Belanda merusak dan menghancurkan harta pesantren Gholib seperti rumah, 16 mobil, pabrik tapioka, poliklinik, pasar, pabrik tenun, pabrik padi, rotan, dan kolam renang.

Sebagian pesantren dibakar, sebagian lagi peralatannya dipindahkan ke tengah pasar Pringsewu kemudian dijadikan rumah makan antek-antek Belanda, dua bus roda enam juga dibawa, termasuk peralatan lain-lain yang tidak terdata. Bahkan, yang tidak mau memberi tahu persembunyian Ghalib dibunuh seperti Ustaz K.H.~T. Nuh (karena dianggap sebagai Ghalib), dan tewas seketika.

Gholib terus mengungsi dan hidup berpindah-pindah. Di sebuah desa, dia sakit, lumpuh, lalu bersiap pulang. Kabar kembali ini cepat terdengar Belanda yang tetap bernafsu menghabisinya. Saat perundingan Belanda-TNI 27 November 1949 di Kotabumi, Belanda memerintahkan polisi federalnya memanggil Gholib untuk perundingan. Tapi Macan Loreng, pasukan khusus kaki tangan penjajah saat itu, berkeras agar Gholib ditahan.

Selama di pengungsian Gholib sekeluarga cemas memikirkan nasib warganya di Pringsewu. Gholib pulang dan berniat salat idulfitri. Beberapa hari kemudian datang utusan Belanda. Gholib disergap Macan Loreng, kemudian dibawa ~ke Gereja Katholik Pringsewu, yang saat dipakai sebagai markas tentara Belanda.

Gholib ditahan 15 hari dan dibebaskan saat persetujuan gencatan senjata tinggal tiga hari diumumkan, malam Kamis Legi, 6 November 1949 (16 Syawal 1968 H). Pukul satu dini hari Gholib meninggalkan penjara, lalu berjalan pulang. Tapi baru 10 meter dia melangkah dari rumah tahanan, K.H. Gholib ditembak dari belakang. Dia gugur seketika. 

Sumber:
  • Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 5-8.
  • NU Online

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing