Ada begitu banyak orang yang ku temui, salah satunya berkata kepadaku : "selalu ku lalui jalanan ini, jalan yang telah pernah kita lalui dulu, bersama-sama, berboncengan, berbagi cerita, suka dan duka. Dan berpuluh tahun kita berpisah, tak ada kabar berita tentang dirimu, tapi selalu ku lalui jalan ini, seakan kau tetap di sini, menemaniku melalui hari-hari yang sepi. Kenapa aku selalu melalui jalan ini, karena Ku berharap suatu saat akan berjumpa denganmu di sini, kau menyapaku dengan kata-kata dan senyuman yang manis, tapi berpuluh tahun itu tak juga kau ku temui. Tapi aku tetap yakin suatu saat kau hadir di sini, di jalanan ini, seyakin diriku menyimpan dan menikmati kerinduan ini, lalu setelah aku berjumpa denganmu, ku tunjukkan bukti kesetiaanku kepadamu dengan menunjukkan lembaran surat cintamu kepadaku, tapi aku tidak menuntut, karena semua telah menjadi masa lalu, kini kau melihatku hancur, dan tangisanmu tak kan pernah merubah apapun" 10 April 2017 |
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar