KH Maimun Zubair |
Oleh : Ustad Abdi Kurnia Djohan
Pertama kali saya mendengar filosofi angka 4 dari Syaikhona Mbah Kyai Maimun Zubair Hafizahullāh, ketika silaturahim ke ndalem Beliau lebaran tahun lalu. Beliau mengatakan Ka'bah itu sisinya ada empat dan tiangnya ada empat. Keempat tiang (rukun) itu adalah al-Hajar ul-Aswad, rukun Iraqi, rukun Syami dan rukun Yamani. Negara kita, kata beliau, pilar/tiangnya juga ada empat; Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Menurut beliau, jika keempat tiang negara itu disatukan huruf-huruf awalnya, akan menjadi PBNU.
Dalam ceramah yang beberapa lalu diunggah seorang santri, Syaikhona Mbah Maimun kembali mengangkat filosofi empat di atas. Bedanya, di dalam ceramah itu, beliau menyoroti empat pilar bangsa Arab sebelum Islam. Keempat pilar itu adalah; jahiliyyah (kebodohan), maskanah (kemiskinan), ummiyyah (ketuna-aksaraan), dan 'adamu al-tsaqafah (tidak adanya peradaban).
Penjelasan Syaikhona Mbah Kyai di atas mendorong saya untuk memahami empat pilar Ka'bah--rumah suci bagi umat Islam. Tiga pilar Ka'bah diberi nama dengan tiga nama negara, Iraq, Syam dan Yaman. Tidak ada nama Hijaz di keempat tiang itu. Satu-satunya tiang yang tidak diberi nama negara adalah al-Hajar ul-Aswad. Ada apa dengan tiga negara itu? Dan kenapa satu tiang diberi nama dengan nama batu?
Saya mencoba menerawang dan mengingat beberapa bacaan yang pernah saya lihat. Barangkali ini penjelasannya.
Iraq, Syam dan Yaman, merupakan negara yang dikenal sebagai peradaban kuno. Iraq merupakan yang tertua dari semua peradaban kuno yang ada di dunia. Di Iraq, pertama kali simbol tulisan berupa huruf pertama kali dikenal. Bangsa Iraq pula yang pertama kali mengenal hukum tertulis yang disebut hukum Hammurabi. Di samping itu, bangsa Iraq (Babilonia) juga dikenal dengan kecanggihan arsitekturnya, berupa taman gantung.
Di tengah berkembangnya peradaban itu, bangsa Iraq pernah dikagetkan dengan kehadiran seorang Raja yang mengaku dirinya sebagai tuhan, yaitu Namruz. Dari sinilah muncul seorang Nabi (Ibrahim) yang pertama kali menentang kezaliman sang penguasa.
Perjuangan Nabi Ibrahim menjadi inspirasi perjuangan para nabi sesudahnya. Bahkan, millah (kecenderungannya dalam beragama) dijadikan sebagai standar millah para nabi, termasuk Rasulullah Muhammad.
Peradaban kuno kedua adalah Syam. Kata "Syam" diambil dari kata Sya'um yang artinya sebelah kiri. Jika kita menghadap ke arah Timur, maka sebelah kiri kita adalah arah utara. Syam memang terletak di sebelah utara Hijaz. Syam dikatakan sebagai daerah peradaban kuno, karena banyak nabi yang diutus di wilayah ini. Kebanyakan mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim. Di wilayah Syam ini pula Nabi Ibrahim dimakamkan (Hebron--Palestina). Peradaban kuno yang berkembang di Syam berasal dari pertemuan budaya kawasan laut mediterania (Italia, Yunani, Siprus dan Mesir) dengan budaya kawasan Babilonia. Yang tidak bisa dilupakan dari Syam adalah bahwa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman menempatkan pusat kekuasaannya di Syam.
Peradaban kuno yang ketiga adalah Yaman. Sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Tarikh Himyar, bangsa Yaman merupakan nenek moyang bangsa Arab. Yaman memegang sejarah penting dalam perkembangan kebudayaan Arab. Yaman merupakan satu-satunya bangsa Arab jazirah yang mampu mengimbangi kemajuan peradaban bangsa-bangsa di kawasan utara. Pentingnya kedudukan Yaman itu dipahami oleh Nabi Sulaiman, penguasa wilayah utara, sehingga beliau harus menikahi perempuan yang menguasai Yaman, yaitu Ratu Balqis.
Tiga tiang bernama negara itu menjadi pilar penting di Ka'bah untuk menegaskan bahwa output (hasil) dari ibadah (penyembahan) kepada Allah adalah peradaban. Untuk mewujudkan hasil itu diperlukan upaya menggali potensi yang ada, yang disimbolkan dengan al-Hajar ul-Aswad. Penemuan Al-Hajar ul-Aswad sendiri tidaklah dilakukan melalui sebuah pencaharian. Batu itu ditemukan secara tidak sengaja, sebagai jawaban dari kepasrahan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika meninggikan pondasi Ka'bah. Bisa dikatakan bahwa batu Al-Hajar ul-Aswad merupakan hadiah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang tulus di dalam berdoa dan bekerja.
Bagi umat Islam, filosofi angka empat ini yang jiwa gerak dalam beramal. Syahadat adalah pondasi Ka'bah. Sholat, Shaum, Zakat dan Haji merupakan empat tiang penyangganya. Atau bisa juga 4 filosofi ajaran Islam itu adalah iman, islam, ihsan dan mahabbah. Bisa pula 4 filosofi ajaran Islam itu adalah ibadah, amaliah, ukhuwwah dan mahabbah.
Jadi, jangan takut dengan angka empat. Karena dari angka 4, muncul angka 40 yang merupakan simbol dari hijab nafsu yang menutup pandangan mata batin (bashirah). (FM)
Komentar
Posting Komentar