KH Hasyim Muzadi dan Syaroni As-Samfuriy |
"Posisi Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) di dunia yang sesungguhnya mayoritas dalam jumlah berubah menjadi ajang perebutan pengaruh baik ideologi, politik, maupun finansial,” kata Kiai Hasyim Muzadi dalam Konferensi Internasional yang digelar Jam'iyyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN) bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia di Pekalongan 27-29 Juli 2016.
Menurut Kiai Hasyim, Aswaja seakan menjadi ring pertikaian dari permusuhan Syiah dan Wahabi. Padahal Aswaja adalah konsep agama yang secara ilmiah dan amaliyah melalui jalur wasathiyah (moderat) dan tidak menyiapkan diri untuk menyerang siapapun yang mempunyai manhaj lain. “Sehingga ketika terjadi himpitan-himpitan dari kekuatan agresif ini kaum Sunni (Aswaja) jadi kedodoran,” tutur Kiai Hasyim.
Pertarungan dari dua kubu besar tersebut –menurut Kiai Hasyim Muzadi- dalam kenyataan prosesnya selalu dimanfaatkan oleh kepentingan global yang mengambil keuntungan dalam mengaduk-aduk kondisi umat Islam. Sehingga terjadilah pertikaian bahkan peperangan. "Pertikaian yang asalnya firqah diniyah (sekte) berkembang menjadi pertikaian politik dan ekonomi global yang semakin sulit diselesaikan."
Kenyataan ini –tegas dia- sangat memprihatinkan. Ia mensinyalir bawha konflik adu domba ini bisa jadi masuk ke Indonesia akibat dua faktor besar. "Pertama, Indonesia sebagai negara Muslim Sunni terbesar di dunia dapat diperhitungkan sebagai lahan sasaran. Kedua, faktor sumber daya alam Indonesia yang terkaya dan terbesar di dunia."
Menurut beliau, tanda-tanda konflik di dalam Islam sudah mulai terasa dilanjutkan dengan konflik lintas agama yang akhirnya menjadi konflik agama dan negara. "Reformasi Indonesia sejak amandemen UUD 1945 tahun 2002 memudahkan masuknya anasir-anasir konflik tersebut karena keterbukaan Indonesia yang sangat luas baik menyangkut ideologi, agama, politik, hukum, pendidikan dan budaya. Oleh karenanya kasus-kasus konflik tersebut menyangkut juga konflik kawasan seperti rawannya situasi keamanan Papua dan di lingkar perbatasan Indonesia,” tegas Kiai Hasyim Muzadi.
Untuk menanggulangi masalah-masalah berat tersebut, menurut Kiai Hasyim Muzadi, haruslah dengan penguatan Ahlussunnah wal Jama'ah an-Nahdliyah, tata organisasi NU, dan peranan NU pada tingkat nasional dan internasional. Sayangnya, di kalangan umat nahdliyin sendiri sudah mulai digerogoti oleh ideologi lain dan menurunnya peranan NU. Karena itu beliau berharap jangan sampai NU dilemahkan lewat penyusupan ideologi lain yang sedang bertikai di dunia tersebut serta parpolisasi NU yang akan memperkecil peranan NU itu sendiri.
Selain itu, kata Kiai Hasyim Muzadi, penanggulangan penyakit-penyakit bangsa seperti narkoba, terorisme, LGBT, korupsi, dan neokomunisme, harus benar-benar diperhatikan. Sebab kalau tidak berhasil ditanggulangi maka akan runtuhlah nasionalisme Indonesia dan bahkan berganti penguasaan asing terhadap Indonesia. Ironisnya, dalam kondisi tantangan yang semakin berat, NU justeru menjadi semakin lemah.
Semoga bagi para Jomblo, semakin bertambah usia tidak menjadikannya lemah dalam perjuangan, justeru pelecut dahsyat dalam bermuhasabah dan memotivasi diri. Salam kasih dan sayang dari IBJ untuk semua calon suami dan calon istri. [fb - Syaroni As-Samfuriy]
Komentar
Posting Komentar