لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ ( اٰل عمران : ١٨١) Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". ( QS. Ali 'Imran ayat 181 ). Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang Yahudi yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya." Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersede
![]() |
Donald Trump - File lamentable.org |
Deep State dalam konteks Amerika meliputi para tokoh masyarakat, cendekiawan, media-media massa mapan, politisi, aktifis LSM/Think Tank, pengusaha dan birokrat sipil-militer-inteligen yang selama 30 tahun ini bekerja untuk satu agenda neo-liberalisme dan neo-konservatifme dengan ciri umum: chauvinis dan intervensionis dalam politik luar negeri, pro-Israel dan gencar mengkampanyekan liberalisme perdagangan internasional.
Merekalah yang bertanggungjawab atas berbagai krisis ekonomi global dan peperangan yang dilancarkan Amerika sejak era George Bush Sr (Partai Republik, tahun 1989-1993), Bill Clinton (Demokrat, 1993-2001), George Bush Jr (Republik, 2001-2009), hingga Barack Obama (Demokrat, 2009-2017). Banyak disebut-sebut sebagai anggota Deep State adalah milyarder George Soros, mantan Presiden Barack Obama dan mantan Menlu Hillary Clinton dan suaminya mantan Presiden Bill Clinton.
Konon akibat peperangan rahasia antara Trump melawan Deep State ini Donald Trump bahkan mengalami kesulitan untuk membentuk kabinetnya, hingga hampir dua bulan setelah dilantik. Baru menunjuk Penasihat Keamanan Jendral Michael Flynn saja ia sudah mendapatkan penolakan yang massif hingga harus merelakan Flynn untuk mundur.
Fenomena Trump VS Deep State ini menjadi perhatian utama media-media internasional, dari media-media independen seperti Veterans Today, hingga media-media mapan. Berikut adalah sejumlah tulisan tentang fenomena ini di media-media mapan internasional:
"Is Trump fighting the ‘deep state’ or creating his own?", Washington Post, 1 Februari.
"Rumblings of a ‘Deep State’ Undermining Trump? It Was Once a Foreign Concept", New York Times, 6 Maret
"Krauthammer’s Take: It’s Not the ‘Deep State,’ It’s ‘Revenge of the Losers’", National Reviw, 4 maret.
"What is the 'Deep State' and how does it influence Donald Trump?", The Independent, 7 Maret
Tema tentang Deep State melawan Trump ini bahkan telah menjadi perhatian sebelum Trump memenangkan ursikepresidenan, yaitu ketika ia terlibat perang kampanye melawan rivalnya, Hillary Clinton. Saat itu Trump telah mengkampanyekan hal-hal yang dianggap mengancam kepentingan kelompok mapan, seperti penyelidikan kembali Serangan WTC 2001 dll. "The Deep State V. Trump", demikian tulis The Daily Reckoning pada 25 Agustus 2016.
Hampir semuanya sepakat bahwa Trump benar-benar tengah berperang melawan kelompok kepentingan di balik layar yang disebut the Deep State. Namun berbeda dengan kebanyakan analis sekaligus sesuai dengan perkiraan blog ini bahwa Trump hanyalah 'wayang' yang dimainkan kelompok kepentingan besar, adalah tulisan wartawan senior Pepe Escobar di Sputnik News, 28 Februari lalu berjudul 'Backstage at the Trump vs. Deep State Cage Match'. Dalam tulisan itu Pepe menyebutkan bahwa peperangan Trump melawan Deep State hanyalah sebuah 'sandiwara yang menarik' dan 'pengelabuhan' bagi masyarakat.
Mengutip bocoran informasi dari sumber yang sangat dipercayanya yang diketahuinya memiliki akses luas di pemerintahan Amerika maupun di antara Deep State, Pepe menyebutkan bahwa mundurnya Jendral Michael Flynn dikarenakan ia telah 'melewati garis', yaitu melakukan agitasi untuk menyerang Iran yang akan membawa konsekuensi sangat buruk bagi Amerika.
"Ini akan membuat Iran menyerang suplai minyak negara-negara Barat di Timur Tengah, mendorong penguatan ekonomi Rusia karena harga minyak yang melonjak hingga $200 per-barrel, dan memaksa Uni Eropa bergabung ke blok Rusi-Cina atau menghadapi krisis energi. Amerika akan terisolir sepenuhnya,” tulis Pepe mengutip perkataan sumbernya yang disebutnya sebagai 'Mr X'.
Menurut sumber tersebut, jika Amerika menyerang Iran maka Turki, yang notabene adalah anggota NATO, akan berpihak pada Iran, yang sejak kudeta militer gagal tahun lalu dipandang Turki sebagai sekutu terpercayanya bersama Rusia. Bersama Rusia, Serbia dan Iran, Turki membuat NATO terkepung dari arah selatan, tenggara, timur dan utara.
"Itu semua di luar kemampuan Flynn untuk mengatasinya," tambah sumber tersebut.[Indonesian Free Press]
Komentar
Posting Komentar