Forummuslim.org - Buang jauh-jauh ide tentang negara khalifah Suriah
sebagai motif untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan
Bashar al Assad yang syah. Dikutip dari cahyono-adi.blogspot, bahwa
pemerontakan di Suriah adalah upaya untuk melayani kepentingan zionis
internasional.
Kandidat kuat presiden Amerika mendatang dan mantan menteri luar
negeri Hillary Clinton mengakui bahwa pemberontakan di Suriah adalah
untuk melindungi Israel dari ancaman Iran.
Seperti dilaporkan Sputnik News, Jumat (25 Maret), WikiLeaks
membocorkan sejumlah email pribadi Hillary, dimana salah satunya
mengungkapkan keinginan Hillary bagi penggulingan Bashar al Assad.
Hillary Clinton adalah menteri luar negeri Amerika sejak konflik
Suriah pecah tahun 2011 hingga ia mengundurkan diri dari jabatannya
pada tahun 2013, setelah dianggap gagal menjalankan misinya di Suriah.
"Cara terbaik bagi Israel mengatasi ancaman kemampuan nuklir Iran
adalah dengan membantu rakyat Suriah menggulingkan regim Bashar al
Assad," tulis Hillary dalam salah satu e-mailnya yang dibocorkan
Wikileaks.
Menurutnya hubungan strategis antara Iran dan Suriah di bawah Bashar
Assad adalah ancaman bagi keamanan Israel.
"Berakhirnya kekuasaan Assad berarti berakhirnya aliansi berbahaya
ini. Menumbangkan Assad tidak hanya akan menjadi kemenangan bagi
keamanan Israel, namun juga menjaga monopoli kekuatan nuklir Israel
(di Timur Tengah)," tambah Hillary.
Dengan tumbangnya Assad, Amerika bisa menenangkan Israel dari
ketakutan terhadap program nuklir Iran.
"Dengan tumbangnya Assad, Iran tidak lagi bisa mengancam Israel dengan
menggunakan proksi-proksinya (Hizbollah, Hamas, Jihad Islam dll).
Dengan demikian juga Amerika dan Israel bisa saling menyepakati
tindakan bersama terhadap Iran," tulis Hillary lagi.
"Secara singkat, Amerika bisa mengurangi ketegangan dengan Israel
terkait Iran, dengan melakukan hal yang tepat (untuk Israel) di
Suriah."
Dalam email tersebut Hillary berspekulasi bahwa Rusia tidak akan
campur tangan di Suriah ketika Amerika dan sekutu-sekutu regionalnya
melakukan intervensi di Suriah. Namun ternyata spekulasi itu keliru.
sebagai motif untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan
Bashar al Assad yang syah. Dikutip dari cahyono-adi.blogspot, bahwa
pemerontakan di Suriah adalah upaya untuk melayani kepentingan zionis
internasional.
Kandidat kuat presiden Amerika mendatang dan mantan menteri luar
negeri Hillary Clinton mengakui bahwa pemberontakan di Suriah adalah
untuk melindungi Israel dari ancaman Iran.
Seperti dilaporkan Sputnik News, Jumat (25 Maret), WikiLeaks
membocorkan sejumlah email pribadi Hillary, dimana salah satunya
mengungkapkan keinginan Hillary bagi penggulingan Bashar al Assad.
Hillary Clinton adalah menteri luar negeri Amerika sejak konflik
Suriah pecah tahun 2011 hingga ia mengundurkan diri dari jabatannya
pada tahun 2013, setelah dianggap gagal menjalankan misinya di Suriah.
"Cara terbaik bagi Israel mengatasi ancaman kemampuan nuklir Iran
adalah dengan membantu rakyat Suriah menggulingkan regim Bashar al
Assad," tulis Hillary dalam salah satu e-mailnya yang dibocorkan
Wikileaks.
Menurutnya hubungan strategis antara Iran dan Suriah di bawah Bashar
Assad adalah ancaman bagi keamanan Israel.
"Berakhirnya kekuasaan Assad berarti berakhirnya aliansi berbahaya
ini. Menumbangkan Assad tidak hanya akan menjadi kemenangan bagi
keamanan Israel, namun juga menjaga monopoli kekuatan nuklir Israel
(di Timur Tengah)," tambah Hillary.
Dengan tumbangnya Assad, Amerika bisa menenangkan Israel dari
ketakutan terhadap program nuklir Iran.
"Dengan tumbangnya Assad, Iran tidak lagi bisa mengancam Israel dengan
menggunakan proksi-proksinya (Hizbollah, Hamas, Jihad Islam dll).
Dengan demikian juga Amerika dan Israel bisa saling menyepakati
tindakan bersama terhadap Iran," tulis Hillary lagi.
"Secara singkat, Amerika bisa mengurangi ketegangan dengan Israel
terkait Iran, dengan melakukan hal yang tepat (untuk Israel) di
Suriah."
Dalam email tersebut Hillary berspekulasi bahwa Rusia tidak akan
campur tangan di Suriah ketika Amerika dan sekutu-sekutu regionalnya
melakukan intervensi di Suriah. Namun ternyata spekulasi itu keliru.
Komentar
Posting Komentar