Pada tanggal 24 November 2015 kemarin Turki menembak
jatuh jet SU-24 Rusia yang biasa digunakan untuk mengebom
target-target ISIS. Turki berdalih ini karena pelanggaran batas
wilayah udara. Benarkah?
Kali ini kita tidak ingin membahas apakah Rusia benar-benar melanggar
wilayah udara Turki atau tidak karena itu masih kontroversial. Rusia
sendiri sudah merilis bukti-bukti satelit bahwa SU-24 tidak pernah
melewati wilayah udara Turki, bahkan justru F-16 Turki yang sebenarnya
melanggar wilayah udara Suriah dan melakukan penembakan 2 KM di dalam
wilayah Suriah di Latakia Utara.
Perdebatan ini takkan ada habisnya dan menurut kita ini tidak penting
untuk dibahas karena bukan ini motif sesungguhnya. Siapapun yang paham
motif sebenarnya di belakang penembakan tersebut akan memahami "bahasa
tubuh" Turki itu menggambarkan sesuatu yang coba ditutupi.
Sementara publik masih ingat dengan jelas bagaimana pada tahun 2012
kemarin Jet F-4 Phantom Turki ditembak jatuh Militer Suriah lantaran
melakukan pelanggaran terhadap batas wilayah udara Suriah, lalu
Erdogan murka dan berteriak "Pelanggaran wilayah jarak dekat tak bisa
menjadi pembenaran untuk melakukan penyerangan".
Munafik? Standar ganda? Itu hak anda untuk menilai.
LUPAKAN SURIAH, BAGAIMANA DENGAN YUNANI?
Baru awal bulan ini Angkatan Udara Yunani merilis data bahwa enam Jet
tempur Turki melanggar wilayah udara Yunani di seputar Pulau Fournoi
dan Ikaria pada Selasa 1 Desember kemarin. Ini adalah ke-78 kalinya
Jet-jet tempur Turki memasuki daerah tersebut tanpa izin dan telah
diusir oleh jet tempur Yunani keluar dari wilayahnya.
Hal ini menambah daftar panjang pelanggaran Turki terhadap
negara-negara tetangganya. Dari statistik yang dirilis Universitas
Thessaly berdasarkan perhitungan Militer Yunani, pada 2014 saja
terjadi 2.244 kali pelanggaran batas udara yang dilakukan Turki
terhadap wilayah udara Yunani.
Dari sikap Hipokrit ini bisa terlihat jelas bahwa batas wilayah udara
sebenarnya bukanlah concern utama dari Turki, ini hanyalah kedok dan
sekedar dalih pembenaran untuk menjatuhkan SU-24 yang merupakan
"Malaikat Izrail" bagi ISIS.
Aksi ini lebih kepada aksi "hukuman" Turki kepada Rusia karena Jet
Rusia itu membawa "dosa besar tak terampuni" karena telah
menghancurkan sumber pendapatan Turki dari minyak ilegal ISIS di
Suriah.
Hal ini ditambah tepat sehari sebelumnya pada 23 November Vladimir
Putin bertandang mengunjungi Pemimpin Tertinggi Iran Sayyid Ali
Khamenei di Teheran yang merupakan dinding besar bagi misi Erdogan di
Suriah, dan semua orang juga bisa menduga topik apa yang mereka
bicarakan (dan rencanakan).
Bisa dibilang tragedi 24 November di perbatasan Suriah-Turki tersebut
adalah puncak akumulasi kemarahan (baca: keputus-asaan) Turki di
Suriah. Bagaimanapun bahasa tubuh Turki tak bisa dibohongi. (Ahmed
Zain Oul Mottaqin)
Komentar
Posting Komentar