🌎Asia Energy Group (disingkat AEG) adalah kelompok teknologi pembangunan tenaga surya terkemuka di dunia. Kami saat ini sedang mencari mitra yang berbakat dan bersemangat untuk bergabung dengan tim kami.🌎 Kami mencari: 1. Anda yang memiliki semangat kewirausahaan. 2. Anda yang memiliki semangat kerja sama tim. 💻Anda yang memiliki kemampuan pengembangan pasar💻 Jika Anda tertarik dengan kami, silakan klik tautan berikut untuk mendaftar: 📱Tautan pendaftaran: https://aeg-energy.com/pages/authorize/sign-up?code=247117 Alamat unduhan Google: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.zomart.app Saluran Telegram resmi AEG: https://t.me/AEG068 💎💎Kami menawarkan pendapatan yang stabil, bukan keuntungan yang tinggi. Membimbing orang-orang yang benar-benar ingin menghasilkan uang menuju kesuksesan.💎💎 (FM)
Forummuslim.org - Semua orang Arab dan mereka yang mempelajari bahasa
Arab tentu tahu apa makna kata Syiah (.الشيعة ) dan konsekuensi dari
makna tersebut.
Ihsaan Ilâhi Dzâhir di dalam bukunya "al-Sunnah wa al-Syiah"
menjelaskan bahwa secara etimologis kata Syiah mengandung makna
pendukung setia. Pada masa awal kemunculannya, kata Syiah digunakan
untuk menunjuk dukungan politik di kalangan para sahabat Nabi
radhiyallahu anhum. Dukungan itu terkait dengan konflik politik yang
terjadi pada masa kekhalifahan Usman bin Affan.
Seperti ditulis oleh Dr. Ahmad Gaballah Syalabi-seorang sejarawan asal
Mesir- masa kekhalifahan Usman bin Affan merupakan masa suram dalam
politik umat Islam. Carut marut yang terjadi pada masa itu, disebabkan
oleh ketidakmampuan Khalifah Usman di dalam menghadapi intervensi
sukunya Bani Umayyah, yang menuntut diberikan jabatan-jabatan
strategis pemerintahan.
Sikap Khalifah Usman, yang lebih mendengarkan pertimbangan sukunya
itu, pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan sebagian elit politik.
Umat Islam pada masa itu terbelah ke dalam beberapa faksi politik atau
syi'ah sebagai wujud sikap politik menyikapi situasi yang berkembang.
Baik Dr Assyalabi maupun Ihsan Ilahi Dzohir, sama-sama sepakat bahwa
kata syi'ah sama-sama digunakan pada waktu itu, untuk kepentingan
politik.
Menyikapi kegentingan politik pada masa Usman di atas, sikap politik
para sahabat Nabi terbelah menjadi:
1. syiah Usman
yaitu kelompok yang mendukung pemerintahan Utsman
2. Syiah Ali
yaitu kelompok yang mendukung naiknya Ali kw ke tampuk pemerintahan
untuk menggantikan Usman
3. Kelompok pemberontak
yang menginginkan pembersihan pemerintah dari rezim Usman.
Hingga terbunuhnya Khalifah Usman ibnu Affan, penggunaan kata "syiah"
sebagai wujud dukungan politik masih terus berlangsung. Naiknya Ali
bin Abu Thalib sebagai khalifah, berdasarkan keputusan ahlul halli wal
aqdi yang beranggotakan antara lain Abdullah bin Abbas dan Abu Musa
al-Asy'ari, ternyata tidak menghilangkan keretakan di antara para
sahabat. Muawiyah bin Abu Sufyan, yang sejak awal merupakan pendukung
Khalifah Usman bin Affan, menilai bahwa naiknya Ali sebagai khalifah
itu sarat dengan permainan politik dan kecurangan. Tidak sampai di
situ, Muawiyah bin Abu Sufyan pun menuduh bahwa Ali bin Abu Thalib
berada di balik skenario pembunuhan berencana terhadap Usman bin
Affan. Sikap penolakan Muawiyah terhadap keputusan Ahlul Halli wal
Aqdi yang mengangkat Ali menjadi khalifah itu, kemudian mendorong
terbentuknya Syiah Muawiyah atau semacam Partai Muawiyah.
Para sejarawan seperti Ibnu Katsir, Ahmad Gaballah Assyalabi, dan juga
Ihsan Ilahy Dzohir menulis kekisruhan situasi pada masa itu secara
gamblang dan detail.
Menarik untuk diamati, adalah munculnya istilah "rofidhoh" (kelompok
penolak) dan nama Abdullah bin Saba, yang kemudian dikait-kaitkan
dengan nama Syiah.
Untuk nama Abdullah bin Saba sendiri, kalangan Imamiyyah, yang
menisbatkan diri kepada Syiah Ali bin Abu Tholib, tidak mengakui
keberadaan nama tersebut, lebih-lebih jika dikaitkan dengan nama Syiah
yang dinisbatkan kepada Ali bin Abu Tholib.
Kalangan Imamiyah berpendapat bahwa nama Abdullah bin Saba, tampaknya
sengaja dimunculkan oleh sebagian kalangan Yahudi untuk merusak nama
Syiah sebagai kelompok yang benar-benar mempertahankan ajaran Nabi
Muhammad. Dengan kata lain, Abdullah bin Saba adalah tokoh fiktif yang
tidak pernah ada di dalam sejarah Syiah Ali bin Abu Tholib.
Untuk nama Abdullah bin Saba, ensiklopedi Yahudi memberi keterangan
yang lumayan lengkap tentang asal usulnya dan apa saja yang dilakukan
semasa hidupnya. Silakan lihat http:// www.jewishencyclopedia.com/
jadi makna Syi'ah sesungguhnya adalah pengikut. Ada Syi'ah Ali.
Pengikut Ali. Ada Syi'ah Mu'awiyah. Pengikut Mu'awiyah. Kalau sekarang
yang ngetren Syi'ah doang.
Salah seorang Syi'i, Abu Jawad Al-Husaini berpendapat bahwa sebagian
ulama Syi'ah dan Sunni ada yang meyakini Abdullah bin Saba' itu ada,
buktinya di aliran Ghulat ada aliran Saba'iyah yang menTuhankan Ali.
Ini dikafirkan oleh mayoritas ulama Syi'ah. Sebagian ulama Syi'ah dan
Sunni lain menganggap fiktif. Dengan adanya Saba'iyah, saya yakin
Abdullah bin Saba itu ada.
Arab tentu tahu apa makna kata Syiah (.الشيعة ) dan konsekuensi dari
makna tersebut.
Ihsaan Ilâhi Dzâhir di dalam bukunya "al-Sunnah wa al-Syiah"
menjelaskan bahwa secara etimologis kata Syiah mengandung makna
pendukung setia. Pada masa awal kemunculannya, kata Syiah digunakan
untuk menunjuk dukungan politik di kalangan para sahabat Nabi
radhiyallahu anhum. Dukungan itu terkait dengan konflik politik yang
terjadi pada masa kekhalifahan Usman bin Affan.
Seperti ditulis oleh Dr. Ahmad Gaballah Syalabi-seorang sejarawan asal
Mesir- masa kekhalifahan Usman bin Affan merupakan masa suram dalam
politik umat Islam. Carut marut yang terjadi pada masa itu, disebabkan
oleh ketidakmampuan Khalifah Usman di dalam menghadapi intervensi
sukunya Bani Umayyah, yang menuntut diberikan jabatan-jabatan
strategis pemerintahan.
Sikap Khalifah Usman, yang lebih mendengarkan pertimbangan sukunya
itu, pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan sebagian elit politik.
Umat Islam pada masa itu terbelah ke dalam beberapa faksi politik atau
syi'ah sebagai wujud sikap politik menyikapi situasi yang berkembang.
Baik Dr Assyalabi maupun Ihsan Ilahi Dzohir, sama-sama sepakat bahwa
kata syi'ah sama-sama digunakan pada waktu itu, untuk kepentingan
politik.
Menyikapi kegentingan politik pada masa Usman di atas, sikap politik
para sahabat Nabi terbelah menjadi:
1. syiah Usman
yaitu kelompok yang mendukung pemerintahan Utsman
2. Syiah Ali
yaitu kelompok yang mendukung naiknya Ali kw ke tampuk pemerintahan
untuk menggantikan Usman
3. Kelompok pemberontak
yang menginginkan pembersihan pemerintah dari rezim Usman.
Hingga terbunuhnya Khalifah Usman ibnu Affan, penggunaan kata "syiah"
sebagai wujud dukungan politik masih terus berlangsung. Naiknya Ali
bin Abu Thalib sebagai khalifah, berdasarkan keputusan ahlul halli wal
aqdi yang beranggotakan antara lain Abdullah bin Abbas dan Abu Musa
al-Asy'ari, ternyata tidak menghilangkan keretakan di antara para
sahabat. Muawiyah bin Abu Sufyan, yang sejak awal merupakan pendukung
Khalifah Usman bin Affan, menilai bahwa naiknya Ali sebagai khalifah
itu sarat dengan permainan politik dan kecurangan. Tidak sampai di
situ, Muawiyah bin Abu Sufyan pun menuduh bahwa Ali bin Abu Thalib
berada di balik skenario pembunuhan berencana terhadap Usman bin
Affan. Sikap penolakan Muawiyah terhadap keputusan Ahlul Halli wal
Aqdi yang mengangkat Ali menjadi khalifah itu, kemudian mendorong
terbentuknya Syiah Muawiyah atau semacam Partai Muawiyah.
Para sejarawan seperti Ibnu Katsir, Ahmad Gaballah Assyalabi, dan juga
Ihsan Ilahy Dzohir menulis kekisruhan situasi pada masa itu secara
gamblang dan detail.
Menarik untuk diamati, adalah munculnya istilah "rofidhoh" (kelompok
penolak) dan nama Abdullah bin Saba, yang kemudian dikait-kaitkan
dengan nama Syiah.
Untuk nama Abdullah bin Saba sendiri, kalangan Imamiyyah, yang
menisbatkan diri kepada Syiah Ali bin Abu Tholib, tidak mengakui
keberadaan nama tersebut, lebih-lebih jika dikaitkan dengan nama Syiah
yang dinisbatkan kepada Ali bin Abu Tholib.
Kalangan Imamiyah berpendapat bahwa nama Abdullah bin Saba, tampaknya
sengaja dimunculkan oleh sebagian kalangan Yahudi untuk merusak nama
Syiah sebagai kelompok yang benar-benar mempertahankan ajaran Nabi
Muhammad. Dengan kata lain, Abdullah bin Saba adalah tokoh fiktif yang
tidak pernah ada di dalam sejarah Syiah Ali bin Abu Tholib.
Untuk nama Abdullah bin Saba, ensiklopedi Yahudi memberi keterangan
yang lumayan lengkap tentang asal usulnya dan apa saja yang dilakukan
semasa hidupnya. Silakan lihat http:// www.jewishencyclopedia.com/
jadi makna Syi'ah sesungguhnya adalah pengikut. Ada Syi'ah Ali.
Pengikut Ali. Ada Syi'ah Mu'awiyah. Pengikut Mu'awiyah. Kalau sekarang
yang ngetren Syi'ah doang.
Salah seorang Syi'i, Abu Jawad Al-Husaini berpendapat bahwa sebagian
ulama Syi'ah dan Sunni ada yang meyakini Abdullah bin Saba' itu ada,
buktinya di aliran Ghulat ada aliran Saba'iyah yang menTuhankan Ali.
Ini dikafirkan oleh mayoritas ulama Syi'ah. Sebagian ulama Syi'ah dan
Sunni lain menganggap fiktif. Dengan adanya Saba'iyah, saya yakin
Abdullah bin Saba itu ada.
Komentar
Posting Komentar