1. Akhlak adalah software jiwa, ketika seseorang memiliki jiwa yang baik seperti sabar, ikhlas, tawadhu', qona'ah, menghargai orang lain dan karakter2 jiwa yang baik lainnya maka orang itu memiliki akhlak yang baik, begitu sebaliknya ketika jiwa seseorang itu buruk dengan karakter2 moral yang buruk maka orang tersebut memiliki akhlak yang buruk, jadi akhlak adalah moral.. 2. Adab adalah refleksi dari akhlak, artinya adab adalah pengejawantahan dari moral, misalnya ketika seseorang memiliki akhlak yang baik lalu dia mempraktekannya sehingga terjadi kegiatan yang baik, maka kegiatan yang baik ini namanya adab. Misalnya seorang murid yang bertemu gurunya, lalu murid tersebut mencium tangan guru itu, maka tindakan mencium tangan guru ini namanya adab, sedangkan keinginan untuk mencium tangan guru yang timbul dari hati karena ihtirom guru ini namanya akhlak, Sedangkan etika itu bahasa indonesia dari adab.. Adab ini sifatnya berkembang, terbentuk dari faktor agama dan adat masyaraka
Pagi-pagi sekali kubuka pintu rumah
aku lihat puncak Gunung Slamet yang megah berdiri di atas hamparan sawah yang masih hijau.
Angin selatan berhembus perlahan
menyapa bilah-bilah rambutku yang masih acak-acakan, benarkah gunung setegar itu kelak akan menumpahkan lahar ?
menyapu bersih seluruh kehidupan di bawahnya ?
Mungkin sebuah keniscayaan
meski waktunya entah kapan,
tapi agaknya penghulu alam mulai geram menyaksikan sendi-sendi kehidupan porak poranda,
siapa pula yang menghancurkan
karena kita sendirilah yang menjadi pelakunya, bukan orang lain menjadi kambing hitam karena kita sendirilah yang memilih jalan kehidupan di antara benar dan
salah.
Jiwaku,
bukankah kita telah diberi anugrah terbesar yang alam semesta tidak sanggup menerimanya ?
Jiwaku,
bukankah anugerah itu berupa hidayah keimanan ?
Bukankah kebebasan juga sebuah karunia ?
Dengannya kita memilih hidayah untuk menyelamatkan diri, atau
kesesatan untuk menghancurkan alam semesta...
aku lihat puncak Gunung Slamet yang megah berdiri di atas hamparan sawah yang masih hijau.
Angin selatan berhembus perlahan
menyapa bilah-bilah rambutku yang masih acak-acakan, benarkah gunung setegar itu kelak akan menumpahkan lahar ?
menyapu bersih seluruh kehidupan di bawahnya ?
Mungkin sebuah keniscayaan
meski waktunya entah kapan,
tapi agaknya penghulu alam mulai geram menyaksikan sendi-sendi kehidupan porak poranda,
siapa pula yang menghancurkan
karena kita sendirilah yang menjadi pelakunya, bukan orang lain menjadi kambing hitam karena kita sendirilah yang memilih jalan kehidupan di antara benar dan
salah.
Jiwaku,
bukankah kita telah diberi anugrah terbesar yang alam semesta tidak sanggup menerimanya ?
Jiwaku,
bukankah anugerah itu berupa hidayah keimanan ?
Bukankah kebebasan juga sebuah karunia ?
Dengannya kita memilih hidayah untuk menyelamatkan diri, atau
kesesatan untuk menghancurkan alam semesta...
Komentar
Posting Komentar