Muhammad Saroji - File pribadi |
Kita bangga punya orang tua,
darinya lahir raga kita,
darinya tumbuh berkembang jiwa kita,
dari air susu dan cucuran keringatnya,
mengeja kata demi kata,
melantunkan kalimat berirama.
Ini dunia gegap gempita,
oleh tangis dan tawa kita,
ini sedih dan gembira,
melebur dalam kasih sayangnya.
Ini suara,
berkata tentang orang tua yang menjadi orang tua,
yang melahirkan anak dari termuda hingga tertua,
anak tertua lahir ketika orang tua masih muda,
dan anak termuda lahir ketika orang tua telah tua,
muda manakah anak tertua dan termuda,
tua manakah anak termuda dan tertua,
kiranya dimana kita mencari jawaban,
di kala orang tua menghitung hari yang masih tersisa.
Duh,
jangan biarkan mulut yang sudah tidak fasih itu melantunkan tembang ; "ini hidup terlanjur bernama nestapa....
jangan!
meski guratan badan itu kodrat,
tapi dia rindu doa itu menjadi embun di kepagian,
dan sorga itu menjadi akhir dari pembaringan.
Duh Tuhan,
di bumiMU kaki lemah ini berpijak.
Duh Tuhan,
seluas langit mata sayu ini penuh harap,
kuatkan tangan fakir ini menggapai di kegelapan,
mencari ridloMU yang tak berbatas,
sebelum bumiMU membukakan pintunya,
memperkenankan daku bersimpuh di hadapanMU,
mempertanggungjawabkan ketuaanku,
kefakiranku,
kealpaanku.
Duh Tuhan,
sebelum fajar ini menyingsing,
jangan pejamkan mataku,
untuk menggauli mimpi mimpi yang tak pasti,
sebelum Kau perkenankan aku berdoa dan bersyukur kepada kedua orang tuaku.
=========================
(Kapurinjing 04-02-2009)
Created by Muhammad Saroji
Komentar
Posting Komentar