Kehancuran Akibat Konflik Suriah - File era-m.us |
Betapa tidak, nama negeri yang mereka cintai, kini berubah maknanya menjadi sesuatu yang mengerikan. Menjadi sesuatu yang dihindari banyak orang.
Seolah, Syria paralel dengan kekacauan, kekejaman dan perang tanpa henti. Wajar sih. Tapi saya juga yakin, mereka akan memahami mengapa istilah itu ada. Dan belakangan manggut-manggut ala poker-face.
Banyak orang yang takut setengah mati jika Indonesia di-Suriah-kan. Sebut saja kelas menengah 'ngehe', seperti aku, kamu (dan dia), yang takut ritual sehari-hari dan mimpi-mimpi duniawi musnah dalam sekejap mata.
Namun orang yang menganggap remeh istilah itu juga tak sedikit. Ada diantara mereka yang pede abis dan kelewat optimis. Ada juga yang menganggapnya sebagai teori konspirasi kelas kampung.
'Ngayal kamu!', cetus mereka.
---
Sudah beberapa hari ini, teman-teman di Syria mulai sibuk membahas negara kita. Mereka melongo dan meremas-remas jari, saat melihat kompilasi beragam berita dan video terkait simpatisan al-Qaeda dan Daesh yang begitu bebas beraktivitas di tanah air.
Mereka bertanya gemes,
'Kok bisa sih, pemerintah Indonesia santai saja?'
'Apa berita tentang Syria tak sampai ke negaramu?'
'Mengapa kalian mencari-cari kehancuran?'
'Kalian tunggu apa lagi?'
Saya paham, mereka gelisah berat melihat bagaimana atribut-atribut yang sering memberi mereka mimpi buruk dengan bebas dikibarkan di tanah air.
Tangan-tangan mereka berkeringat dingin menyaksikan bagaimana mereka berkonvoi di jalanan, bebas mempengaruhi massa via masjid-masjid dan perkumpulan.
Dahi mereka berkerut melihat mayoritas muslim di negeri kita, santai dan menganggapnya sebagai hal kecil.
Saya hanya bisa menjawab, 'We did what we can, with what we got.'
Estafet sudah diberikan ke penguasa republik. Peringatan sudah disampaikan kepada yang berwenang. Pencerahan, bahkan aksi perlawanan sporadis, juga sudah dilakukan dengan sepenuh hati.
'Mungkin, pemerintah masih wait and see. Karena secara teknis, mereka belum menyatakan perang dan melakukan kekerasan,' tambah saya.
Mereka terdiam. Salah satu dari mereka menuliskan emoticon *sigh. Lalu berkata,
'When they decide to do it, all you will be able to say is:'
'Well, that escalated quickly', sambil mengirimi saya meme Ron Burgundy yang sedang memegang botol bir.
Kita akan terpana, dan saat kita sudah bisa mengakhir rasa terkejut dan menguasai diri, mereka sudah menduduki kampung-kampung kita.
Saya ingin tersenyum, namun hati saya mendadak hancur.
'Mungkin, khilafah yang ingin mereka dirikan di sini, berbeda dengan Syria. Secara etnis, kultur dan wilayah - tentu Indonesia berbeda dengan Timur Tengah,' ujar saya mencoba tetap relevan.
Salah satu dari mereka menulis singkat.
'Idlib.'
Lalu ia menambahkan,
'Jika kau ingin melihat sebenar-benarnya mereka, dengan ide khilafah-nya, lihatlah Idlib. 'Jihadis' beragam etnis ada di sana, masing-masing tak kalah soal ibadah dan dalil dibanding yang lain.'
'Mereka kini saling bunuh satu sama lain.'
'Kekhalifahan yang mereka ceritakan, hanyalah soal dominasi. Jika kau beruntung masuk ke dalam faksi yang kuat, kau akan berbangga sedikit lebih lama. Namun, karena kau dominan, jangan lupa; bagi faksi selainmu, kau hanyalah seorang kafir.'
Saya terdiam cukup lama. Salah satu dari mereka tampak memahami kegundahan saya, lalu menuliskan:
'We didn't try hard enough at that time. As you are, we laughed at them and made fun of them, believing that most people have common sense.'
Mereka dulu tak cukup berusaha. Mereka juga menertawakan dan mengejek, sembari percaya bahwa mayoritas warga Syria punya akal sehat yang memadai.
Lalu, seorang yang lain menimpali.
'We failed. And there's no turning back.'
لاَحوْلَ وَلاَ قُوَّة اِلاَّبِاللّهِ
Komentar
Posting Komentar