Forummuslim.org - Kabarnya Saudi, Bahrain, Sudan dan Djibouti resmi
memutus hubungan diplomatik dengan Iran.
Apa Iran pusing?
Iran itu sudah hampir 4 dekade diembargo segala sisi baik militer,
diplomatik, ekonomi, perdagangan oleh negara-negara barat pasca
revolusi Islam 1979, lalu apa hari ini ia mati? Apa ia melemah? Apa ia
jatuh miskin?
Jawabnya Tidak!
Jika bukan karena embargo itu, Iran tidak akan punya misil-misil
balistik semacam Sejjil, Shahab dan Ghadr. Jika bukan karena embargo
tersebut, Iran tidak akan punya satelit yang ia kirim sendiri ke luar
angkasa. Jika bukan karena embargo, Iran tidak akan punya
ilmuwan-ilmuwan cerdas yang mandiri dalam tekhnologi nuklir. Jika
bukan karena embargo tersebut, mungkin Iran hari ini hanya akan jadi
bangsa manja dan pembebek kepentingan asing. Iran itu bukti nyata
negara tangguh hasil kuatnya konsep "The Power of Kepepet".
Lalu empat negara ini coba mengucilkan Iran? Mungkin pemimpin Iran dan
rakyatnya hanya akan terpingkal-pingkal. Memangnya apa yang sudah 4
negara itu sumbangsihkan bagi kemajuan Iran?
Ke-empat negara tersebut hanyalah para 'anak mama' yang mayoritas
bergantung habis-habisan terhadap USA terutama dalam persenjataan
militer.
Lalu apa hari ini para 'anak mama' tersebut berlagak ingin mengucilkan
sebuah bangsa yang puluhan tahun terbukti kokoh dan mandiri melewati
cobaan bertubi-tubi?
Lelucon telah terjadi. Dan hanya orang-orang waras yang menyadari
bahwa itu lelucon. Ironisnya para pelakunya tidak menyadari bahwa apa
yang dilakukannya hanyalah lelucon.
Iran pernah lapar, lalu ia membuat makanannya sendiri. Iran pernah
hanya bersenjatakan senapan jadul, lalu ia membuat senjata bahkan
misil-misil balistiknya sendiri. Iran pernah disepelekan, lalu kini ia
malah berubah menjadi salah satu kekuatan paling diperhitungkan di
Timur Tengah.
Apakah ke-empat negara tersebut tidak belajar dari sejarah bahwa
pengucilan dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran hanya justru
akan membuat Iran menjadi lebih kuat dan mandiri?.
Malah bisa jadi memang ini yang diinginkan Iran. Dengan ini Iran tidak
perlu sungkan lagi mengambil sikap tegas di Yaman, tidak perlu ragu
untuk memberi sumbangsih lebih nyata bagi perlawanan rakyat di Qatif
Saudi.
Sudah momen yang tepat bagi Iran untuk berteriak lantang di hadapan
Saudi dkk,"Lu jual gua beli !".
Iran punya pemimpin kharismatik yang telah melewati pengalaman embargo
berpuluh tahun. Iran punya pemimpin kharismatik yang jangankan hanya
untuk berlapar ria, untuk mati pun puluhan juta rakyatnya rela pasang
badan demi bangsa dan pemimpin besarnya.
Lalu siapa ke-empat negara tersebut? Prestasi apa yang sudah mereka
hasilkan bagi bangsanya sendiri? Satu hal yang membuat saya tertawa
adalah ketika membaca berita dari CNN kemarin, dimana rakyat Iran
justru menjadikan aksi ke-empat negara tersebut sebagai bahan lelucon.
Contohnya Djibouti, dalam harian Telegram di Iran, seorang warga Iran
berkata, "Satu hal bagus dibalik putusnya hubungan diplomatik ini
adalah setidaknya kami jadi belajar geografi. Setidaknya kami tahu ada
sebuah negara di dunia yang bernama Djibouti dan dimana lokasinya."
Sebuah bukti bahwa bangsa Iran bukan hanya kuat dan mandiri, tapi
mereka juga punya selera humor yang tinggi. Jangankan untuk merasa
takut, mereka bahkan menjadikan peristiwa ini sebagai bahan guyonan.
Seekor singa takkan pernah kehilangan tidur nyenyak hanya karena
tingkah para domba. (Ahmed Zaenul Muttaqin)
memutus hubungan diplomatik dengan Iran.
Apa Iran pusing?
Iran itu sudah hampir 4 dekade diembargo segala sisi baik militer,
diplomatik, ekonomi, perdagangan oleh negara-negara barat pasca
revolusi Islam 1979, lalu apa hari ini ia mati? Apa ia melemah? Apa ia
jatuh miskin?
Jawabnya Tidak!
Jika bukan karena embargo itu, Iran tidak akan punya misil-misil
balistik semacam Sejjil, Shahab dan Ghadr. Jika bukan karena embargo
tersebut, Iran tidak akan punya satelit yang ia kirim sendiri ke luar
angkasa. Jika bukan karena embargo, Iran tidak akan punya
ilmuwan-ilmuwan cerdas yang mandiri dalam tekhnologi nuklir. Jika
bukan karena embargo tersebut, mungkin Iran hari ini hanya akan jadi
bangsa manja dan pembebek kepentingan asing. Iran itu bukti nyata
negara tangguh hasil kuatnya konsep "The Power of Kepepet".
Lalu empat negara ini coba mengucilkan Iran? Mungkin pemimpin Iran dan
rakyatnya hanya akan terpingkal-pingkal. Memangnya apa yang sudah 4
negara itu sumbangsihkan bagi kemajuan Iran?
Ke-empat negara tersebut hanyalah para 'anak mama' yang mayoritas
bergantung habis-habisan terhadap USA terutama dalam persenjataan
militer.
Lalu apa hari ini para 'anak mama' tersebut berlagak ingin mengucilkan
sebuah bangsa yang puluhan tahun terbukti kokoh dan mandiri melewati
cobaan bertubi-tubi?
Lelucon telah terjadi. Dan hanya orang-orang waras yang menyadari
bahwa itu lelucon. Ironisnya para pelakunya tidak menyadari bahwa apa
yang dilakukannya hanyalah lelucon.
Iran pernah lapar, lalu ia membuat makanannya sendiri. Iran pernah
hanya bersenjatakan senapan jadul, lalu ia membuat senjata bahkan
misil-misil balistiknya sendiri. Iran pernah disepelekan, lalu kini ia
malah berubah menjadi salah satu kekuatan paling diperhitungkan di
Timur Tengah.
Apakah ke-empat negara tersebut tidak belajar dari sejarah bahwa
pengucilan dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran hanya justru
akan membuat Iran menjadi lebih kuat dan mandiri?.
Malah bisa jadi memang ini yang diinginkan Iran. Dengan ini Iran tidak
perlu sungkan lagi mengambil sikap tegas di Yaman, tidak perlu ragu
untuk memberi sumbangsih lebih nyata bagi perlawanan rakyat di Qatif
Saudi.
Sudah momen yang tepat bagi Iran untuk berteriak lantang di hadapan
Saudi dkk,"Lu jual gua beli !".
Iran punya pemimpin kharismatik yang telah melewati pengalaman embargo
berpuluh tahun. Iran punya pemimpin kharismatik yang jangankan hanya
untuk berlapar ria, untuk mati pun puluhan juta rakyatnya rela pasang
badan demi bangsa dan pemimpin besarnya.
Lalu siapa ke-empat negara tersebut? Prestasi apa yang sudah mereka
hasilkan bagi bangsanya sendiri? Satu hal yang membuat saya tertawa
adalah ketika membaca berita dari CNN kemarin, dimana rakyat Iran
justru menjadikan aksi ke-empat negara tersebut sebagai bahan lelucon.
Contohnya Djibouti, dalam harian Telegram di Iran, seorang warga Iran
berkata, "Satu hal bagus dibalik putusnya hubungan diplomatik ini
adalah setidaknya kami jadi belajar geografi. Setidaknya kami tahu ada
sebuah negara di dunia yang bernama Djibouti dan dimana lokasinya."
Sebuah bukti bahwa bangsa Iran bukan hanya kuat dan mandiri, tapi
mereka juga punya selera humor yang tinggi. Jangankan untuk merasa
takut, mereka bahkan menjadikan peristiwa ini sebagai bahan guyonan.
Seekor singa takkan pernah kehilangan tidur nyenyak hanya karena
tingkah para domba. (Ahmed Zaenul Muttaqin)
Komentar
Posting Komentar