Dalam sebuah hadis dijelaskan:
6322 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Anas bin Malik Ra berkata:
Nabi Saw jika akan masuk tempat buang air, beliau membaca:
Ya ALLAH...aku berlindung kepada-Mu dari khubuts dan khobaits”
(Hadis riwayat Al-Bukhori:6322)
As-Syaukani Ra berkata:
وَالْخُبْثُ: جَمْعُ خَبِيثٍ وَالْخَبَائِثُ: جَمْعُ خَبِيثَةٍ، قَالَ الْخَطَّابِيِّ وَابْنُ حِبَّانَ وَغَيْرُهُمَا: يُرِيدُ ذُكْرَانَ الشَّيَاطِينِ وَإِنَاثَهُمْ
“Al-khubuts adalah jama dari kata khobits, sedangkan khobaits jama dari khobitsah. Al-Khottobi, Ibnu Hibban dan ulama yang lainnya ra berkata:
yang dimaksud adalah khubuts itu setan jantan dan khobaits setan betina”
(Nailul Author:1/97)
Ali al-Mula Al-Qori ra berkata:
أَيْ: إِذَا أَرَادَ دُخُولَ الْخَلَاءِ، وَفِي شَرْحِ الْأَبْهَرِيِّ قَالَ الشَّيْخُ: مَنْ ذَكَرَ اللَّهَ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ يُفَصِّلُ وَيَقُولُ: أَمَّا فِي الْأَمْكِنَةِ الْمُعَدَّةِ لِذَلِكَ فَيَقُولُهُ قُبَيْلَ دُخُولِهَا، وَأَمَّا فِي غَيْرِهَا فَيَقُولُهُ فِي أَوَانِ الشُّرُوعِ كَتَشْمِيرِ ثِيَابِهِ، وَهَذَا مَذْهَبُ الْجُمْهُورِ وَقَالُوا: مَنْ نَسِيَ يَسْتَعِيذُ بِقَلْبِهِ لَا بِلِسَانِهِ وَمَنْ يُجِيزُ مُطْلَقًا كَمَا نُقِلَ عَنْ مَالِكٍ لَا يَحْتَاجُ إِلَى التَّفْصِيلِ
“Yaitu jika ia ingin masuk tempat buang air. Di dalam Syarh al-Abhari, syeikh berkata:
Siapa yang mengucapkan ta`awwudz dalam kondisi seperti ini,
harus dirinci:
Di tempat-tempat yang memang khusus disediakan untuk buang air (dalam bentuk bangunan atau ruangan tertentu), maka mengucapkannya sebelum masuk. Sedangkan di tempat selain seperti itu (artinya bukan gedung atau ruangan khusus), maka mengucapkannya ketika hendak mulai melepas pakaian bawahnya.
Inilah pendapat Jumhur (mayoritas) ulama. Mereka juga mengatakan: Siapa saja yang lupa membacanya,
maka dia mengucapkannya di dalam hatinya, tidak usah diucapkan dengan lisannya. Walaupun ada pula ulama yang membolehkannya secara bebas seperti yang dinukil sebagai pendapat Malik yang tidak perlu dibahas secara detail”
(Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih: 1/375) (FM)
Komentar
Posting Komentar