Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Tafsir Kemenag : Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 181

لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ  ( اٰل عمران : ١٨١) Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". ( QS. Ali 'Imran ayat 181 ). Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang Yahudi yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya." Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersede

Tafsir Al Qur'an Surat Al A'raf Ayat 29-30



Al-A'raf, ayat 28-30

{وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (28) قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ (29) فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ (30) }

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kalian mengada-ada terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? Katakanlah, "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah), "Luruskanlah muka (diri) kalian di setiap salat dan sembahlah Allah dengan meng­ikhlaskan ketaatan kalian kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

Mujahid mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik melakukan tawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mengatakan, "Kami melakukan tawaf ini dalam keadaan seperti ketika kami dilahirkan oleh ibu-ibu kami." Para wanita meletakkan secarik kain atau sesuatu pada kemaluannya, lalu berkata:

الْيَوْمَ يبدُو بعضُه أَوْ كُلُّهُ ... وَمَا بَدا مِنْهُ فَلَا أحلّهُ ...

tampak sebagian atau keseluruhannya, dan apa yang kelihatan darinya tidak saya halalkan.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya:

{وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا} الْآيَةَ.

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata.”Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” (Al-A'raf: 28), hingga akhir ayat.

Menurut kami, orang-orang Arab di masa lalu selain kabilah Quraisy, bila mereka melakukan tawaf, maka mereka melakukannya tanpa berpakaian (telanjang bulat). Mereka mengartikannya bahwa mereka tidak mau melakukan tawaf dengan memakai pakaian yang biasa mereka pakai untuk bermaksiat kepada Allah. Sedangkan orang-orang Quraisy yang dikenal dengan sebutan Al-Hamas selalu melakukan tawafnya dengan memakai pakaian mereka. Orang Arab lain bila diberi pinjaman pakaian oleh orang Hamas, maka ia memakainya untuk bertawaf; dan orang yang mempunyai pakaian baru, maka dipakainya untuk bertawaf, lalu ia membuangnya tanpa ada seorang pun yang mau mengambil­nya. Barang siapa yang tidak mempunyai pakaian baru, tidak pula ada seorang Hamas yang mau meminjamkan pakaian kepadanya, maka ia tawaf dengan telanjang bulat. Adakalanya terdapat seorang wanita melakukan tawaf dengan telanjang bulat, kemudian ia menjadikan sesuatu pada kemaluannya guna menutupi apa yang dapat ditutupinya, lalu ia berkata: Hari ini kelihatan sebagian atau seluruhnya; dan apa yang tampak darinya, maka saya tidak akan menghalalkannya.

Tetapi kebanyakan yang dilakukan oleh kaum wanita bila bertawaf di malam hari adalah telanjang. Hal ini merupakan suatu tradisi yang mereka buat-buat sendiri yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Mereka mempunyai keyakinan bahwa perbuatan nenek moyang mereka itu bersandarkan kepada perintah Allah dan syariat-Nya. Maka Allah menyanggah mereka melalui firman-Nya:

{وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا}

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya " (Al-A'raf: 28)

Dan Allah berfirman membantah mereka:

{قُلْ}

Katakanlah. (Al-A'raf: 28)

Hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendakwakan demikian.

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ}

Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji. (Al-A'raf: 28)

Yakni apa yang kalian buat-buat itu adalah perkara yang keji lagi mungkar, sedangkan Allah tidak pernah memerintahkan hal seperti itu.

{أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}

Mengapa kalian mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? (Al-A'raf: 28)

Artinya, apakah kalian berani menyandarkan kepada Allah pendapat-pendapat yang kalian tidak mengetahui kebenarannya? Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ}

Katakanlah, "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.” (Al-A'raf: 29)

Yaitu keadilan dan perkara yang lurus.

{وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}

Dan (katakanlah), "Luruskanlah muka (diri) kalian di setiap salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kalian kepada-Nya.”(Al-A'raf: 29)

Allah memerintahkan kalian agar beristiqamah dalam menyembah-Nya, yaitu dengan mengikuti para rasul yang diperkuat dengan mukjizat-mukjizat dalam menyampaikan apa yang mereka terima dari Allah dan syariat-syariat yang mereka datangkan. Allah memerintahkan kepada kalian untuk ikhlas dalam beribadah hanya untuk-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, melainkan bila di dalam amal itu terhimpun dua rukun berikut, yaitu hendaknya amal dikerjakan secara benar lagi sesuai dengan tuntutan syariat, dan hendaknya amal dikerjakan dengan ikhlas karena Allah bersih dari syirik.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ}

Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29)

sampai dengan firman-Nya:

 حَقَّ عَلَيْهِمُ  الضَّلالَة

pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A'raf: 30)

Makna ayat ini masih diperselisihkan.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayat­kan dari Mujahid mengenai makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Kelak Allah akan menghidupkan kalian sesudah kalian mati.

Menurut Al-Hasan Al-Basri, sebagaimana Dia menciptakan kalian pada permula­an di dunia ini, demikian pula kalian akan kembali kepada-Nya kelak di hari kiamat dalam keadaan hidup.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yakni Allah memulai penciptaan-Nya, maka Dia menciptakan mereka. Sebelum itu mereka tidak ada, kemudian mereka mati, lalu Allah mengembalikan mereka dalam keadaan hidup.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, sebagaimana Allah memulai penciptaan kalian pada permulaannya, maka demikian pula Dia akan mengembalikan kalian pada akhirnya.

Pendapat inilah yang dipilih oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang diperkuat dengan apa yang telah diriwayatkan melalui hadis Sufyan As-Sauri dan Syu'bah ibnul Hajjaj; keduanya dari Al-Mugirah ibnun Nu'man, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berdiri di hadapan kami untuk menyampaikan suatu nasihat, lalu beliau bersabda:

"يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ إِلَى اللَّهِ حُفَاة عُرَاة غُرْلا {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ}

'Hai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun kepada Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang lagi tak bersunat (tak berkhitan). Sebagaimana Kami telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) Kami akan mengulangi (mengemba­likannya)Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya'.”

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Syu'bah. Juga di dalam hadis Bukhari melalui hadis As-Sauri dengan lafaz yang sama.

Warqa ibnu lyas (yaitu Abu Yazid) telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Bahwa kelak orang muslim dibangkitkan sebagai orang muslim, dan orang kafir dibangkitkan sebagai orang kafir.

Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yaitu mereka dikembalikan berdasarkan pengetahuan Allah tentang diri mereka.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Sebagaimana telah ditetapkan atas kalian, maka demikian pulalah keadaan kalian. Menurut riwayat yang lain, sebagaimana keadaan yang kalian alami, maka kelak kalian akan seperti itu.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yakni barang siapa yang sejak semula diciptakan oleh Allah dalam keadaan celaka, maka ia akan menjadi orang seperti yang ditakdirkan-Nya semula sejak permulaan kejadiannya, sekalipun ia mengamalkan amalan ahli kebahagiaan (ahli surga). Barang siapa yang sejak semula ditakdirkan bahagia oleh Allah, maka ia akan dikembalikan kepada apa yang telah ditakdirkan untuknya sejak semula, sekalipun ia mengamal­kan amalan orang-orang yang celaka (penghuni neraka). Sebagaimana para ahli sihir mengamalkan amalan orang-orang yang celaka, maka pada akhirnya ia pasti akan menjadi orang seperti yang ditakdirkan untuknya sejak semula.

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A’raf: 29-30); Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yaitu sebagaimana Kami menciptakan kalian; sebagian dari kalian ada yang mendapat petunjuk, dan sebagian yang lain ada yang disesatkan. Maka demikian pulalah kelak kalian dikembalikan, dan demikian pulalah keadaannya sewaktu kalian dilahirkan dari perut ibu-ibu kalian.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubung­an dengan firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A'raf: 29-30) Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memulai penciptaan Ibnu Adam ada yang mukmin dan ada yang kafir (yakni dicatatkan dalam takdir bahwa di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir). Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ}

Dialah yang menciptakan kalian, maka di antara kalian ada yang kafir dan di antara kalian ada yang beriman. (At-Taghabun: 2)

Kemudian Allah mengembalikan mereka pada hari kiamat dalam keadaan seperti permulaan kejadian mereka, yakni ada yang mukmin dan ada yang kafir.

Menurut kami, pendapat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud di dalam kitab Sahih Bukhari yang mengatakan:

" فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا بَاعٌ -أَوْ: ذِرَاعٌ -فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلَهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا بَاعٌ -أَوْ: ذِرَاعٌ -فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ"

Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengamalkan amalan ahli surga hingga tiada jarak antara dia dan surga kecuali hanya satu depa atau satu hasta; tetapi takdir telah mendahuluinya, maka ia mengamalkan amalan ahli neraka, hingga ia masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengamal­kan amalan ahli neraka, hingga tiada jarak antara dia dan neraka kecuali hanya satu depa atau satu hasta; tetapi takdir telah mendahuluinya, maka ia mengamalkan amalan ahli surga, hingga masuk surga.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ البَغَوي: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْد، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَبْدَ لِيَعْمَلُ -فِيمَا يَرَى النَّاسُ -بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ. وَإِنَّهُ لِيَعْمَلُ -فِيمَا يَرَى النَّاسُ -بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ"

Abul Qasim Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengamalkan suatu amalan yang menurut penglihatan orang lain dianggap sebagai amalan ahli surga, padahal sesungguhnya dia adalah ahli neraka. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengamalkan suatu amalan yang kelihatan oleh orang lain sebagai amalan ahli neraka, padahal sesungguhnya dia termasuk ahli surga. Sesungguhnya semua amal perbuatan itu hanyalah berdasarkan pungkasan-pungkasannya.

Demikianlah sepotong dari hadis Imam Bukhari yang diriwayatkannya melalui hadis Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif Al-Madani dalam kisah Qazman di waktu Perang Uhud.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "تُبْعَثُ كُلُّ نَفْسٍ عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ".

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam yang telah bersabda: Kelak setiap orang akan dibangkitkan menurut amalan yang dilakukannya.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Al-A'masy, dengan sanad yang sama. Sedangkan lafaznya berbunyi seperti berikut:

"يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ"

Setiap hamba akan dibangkitkan menurut amal perbuatan yang dikerjakannya sampai dia mati.

Dan dari Ibnu Abbas disebutkan hal yang semisal.

Menurut kami, hal ini diperkuat oleh hadis Ibnu Mas'ud. Sebagai kesimpulannya—menurut kami—jika pendapat ini memang merupakan makna yang dimaksud oleh ayat, maka harus digabungkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:

{فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا}

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30)

Juga dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدانه ويُنَصِّرانه ويُمَجِّسانه"

Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (agama Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi, seorang Nasrani, dan seorang Majusi.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda,

"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دينهم"

"Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam hadis qudsi: 'Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak), tetapi datanglah setan menggoda mereka. Maka setan membuat mereka menyimpang dari agamanya'."

Dari penggabungan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah Swt. menciptakan mereka agar di antara mereka ada yang mukmin dan ada pulayang kafir sebagai lawannya. Sekalipun pada awal kejadian mereka Allah telah membekali mereka secara fitrah untuk mengetahui­Nya dan mentauhidkan-Nya, serta membekali mereka pengetahuan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Seperti yang telah Allah ambil dari mereka hal tersebut melalui suatu perjanjian (di zaman azali), dan menjadikan hal itu sebagai fitrah dan insting mereka. Sekalipun demikian, pada akhirnya Allah menakdirkan bahwa di antara mereka ada yang celaka (kafir) dan ada yang bahagia (mukmin). Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ}

Dialah yang menciptakan kalian, maka di antara kalian ada yang kafir dan di antara kalian ada yang beriman. (At-Taghabun: 2)

Di dalam sebuah hadis disebutkan:

"كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو، فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فمُعْتِقُهَا، أَوْ مُوبِقها"

Setiap orang berpagi hari, lalu menjual dirinya, maka adakalanya dia memerdekakannya atau mencelakakannya.

Takdir Allah pasti terlaksana di kalangan makhluk-Nya, karena Dia adalah:

{الَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى}

yang menentukan takdir (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Al-A'la: 3)

dan Dia adalah:

{الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}

yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadian­nya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan:

"فَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ"

Adapun orang yang telah ditakdirkan termasuk orang-orang yang berbahagia, maka dimudahkan baginya jalan mengerjakan amal orang-orang yang bahagia. Dan adapun orang yang telah ditakdir­kan termasuk orang-orang yang celaka, maka dimudahkan baginya mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang celaka.

Karena itulah dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan melalui firman-Nya:

{فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ}

Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A'raf: 30)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan penyebab hal tersebut melalui firman selanjutnya, yaitu:

إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah. (Al-A'raf: 30), hingga akhir ayat.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal ini merupakan dalil yang paling jelas untuk membuktikan kekeliruan orang yang menduga bahwa Allah tidak mengazab seseorang karena maksiat yang dikerjakannya atau kesesatan yang diyakininya, melainkan bila ia melakukannya sesudah adanya pengetahuan darinya yang membenarkan sikapnya itu, lalu ia mengerjakannya dengan penuh rasa keingkaran terhadap Tuhannya.

Seandainya memang demikian, niscaya tidak ada bedanya antara golongan orang-orang yang sesat yang menduga bahwa dirinya mendapat petunjuk, dengan golongan orang-orang yang mendapat petunjuk sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan dan membedakan peristilahan keduanya dan hukum-hukum mengenai keduanya dalam ayat ini.. (Androidkit/FM)

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Kenapa Mimbar Rasulullah SAW Berada Di Kiri Arsyi ?

Rasulullah Saw bersabda, "Ketahuilah bahwa mimbarnya Nabi Ibrahim AS berada disebelah kanan Arsy dan mimbarku disebelah kiri Arsy-Nya Allah Swt". Maka para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau lebih utama dari Nabi Ibrahim. Kenapa engkau ditempatkan disebelah kiri Arsy, sedangkan Nabi Ibrahim disebelah kanannya Arsy?". Rasulullah menjawab, "Jalan ke Surga berada disebelah kanan Arsy, sedangkan jalan menuju Neraka disebelah kiri Arsy. Aku berada disebelah kiri, supaya aku dapat melihat umatku yang akan dimasukkan ke Neraka dan kemudian aku berikan syafa'at kepadanya". Ketika aku berada dimimbarku, aku mendengar jeritan umatku, berteriak-teriak seraya berkata,"Pahalaku sedikit dan dosaku banyak!". Rasulullah Saw berkata kepada Malaikat,"Jangan masukkan dia ke Neraka". Malaikat menjawab, "Aku adalah Malaikat yang melaksanakan apa saja yang diperintahkan Allah Swt kepadaku". Maka Rasulullah turun dari mimba

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Profil KH. Dimyati Hasbulloh Selopuro – Blitar

  KH. Dimyati Hasbulloh Selopuro “Belajarlah seperti melukis di atas batu, jangan belajar seperti melukis diatas air”. KH. Dimyati atau dikenal dengan panggilan Mbah Dim adalah salah satu seorang ulama sekaligus wali yang berasal dari Kabupaten Blitar, tepatnya lahir di Dusun Baran, di Desa Ploso, Kecamatan Selopuro, Kabupten Blitar. Beliau lahir pada Jum’at Pahing 1921 M, dan beliau wafat pada tahun 1409 H. Mbah Dim berasal dari keturunan yang ‘alim, dan zuhud. Sehingga sejak masa kecilnya sudah begitu mencerminkan sosok yang berbeda dari teman-temannya yang lain. Sejak kecil beliau dikenal sangat pendiam dan gemar menyendiri, dan cerita terkenal dengan keistiqomahan Dimyati muda adalah sejak masih sekolah (baca: SR) tidak pernah melepaskan kopyah serta rajin mengaji kepada ayahnya sendiri yakni Kiai Hasbulloh. Menurut cerita, Kiai Hasbulloh pernah membelah sebuah semangka dan berkata, “diantara anak-anakku ada salah satu yang kelak dapat membelah pintu langit”; yang di

Tentang Sholawat Buntung

Kaligrafi Sholawat Forummuslim.org - Bacaan sholawat yang biasa kita ucapkan itu bukan sekadar bacaan biasa. Memang bunyinya seakan mendoakan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Secara harfiah memang demikian. Namun, di balik itu semua, ada sebuah rahasia besar yang luar biasa sekali. Jika kita menganggap bahwa sholawat itu semata-mata adalah mendoakan rahmat kepada Kanjeng Nabi, itu salah besar. Kanjeng Nabi itu tidak butuh doa kita. Amalan beliau sudah turah-turah (lebih). Kanjeng Nabi kok butuh doa kita, lha emang kita ini siapa? Bila dikaji dengan secara mendalam, ternyata sholawat adalah kata kunci, semacam "password" untuk menyatukan seluruh frekuensi kehidupan di jagad raya ini. Jadi, bukan sekadar mendoakan rahmat kepada Kanjeng Nabi semata. Oleh karena itu, jika membaca sholawat jangan sampai hanya sebatas "Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad". Secara harfiah itu boleh-boleh saja, tidak salah. Namun itu termasuk "Sholawat Buntung&

Karomah dan Keistimewaan Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Makam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad Forum Muslim - Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah sosok ulama besar yang terus dikenang sepanjang masa. Nama beliau menjadi rujukan umat Islam dalam menyejukkan hati, khususnya dengan membaca Rotib Al-Haddad. Keistimewaan dan karomahnya Habib Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad sangat banyak, melekat dalam diri dan hati para santri dan pecintanya. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad, bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Jaafar Al-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dan juga putra Fathimah binti Rasulillah Muhammad. Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada hari Senin 5 Safar 1044 H di Subair (sebuah perkampungan di pinggir bandar

Profil Pondok Pesantren Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati – Jawa Tengah

Pada sekitar tahun 1900 bentuk pesantren di Kajen mulai berbentuk klasikal atau dapat dikata mulai tertata rapi meski belum berwujud madrasah/sekolah. Adalah KH. Nawawi putra KH. Abdullah yang memprakarsai berdirinya Pondok Kulon Banon yang dikemudian hari bernama Taman Pendidikan Islam Indonesia (TPII). Selang dua tahun di susul oleh KH. Siroj, putra KH. Ishaq juga mendirikan Pondok Wetan Banon yang dikemudia hari bernama Salafiyah. Penamaan Kulon dan Wetan Banon ini disandarkan pada letak posisinya dari makam Kanjengan, makan dekat pesarean Syekh Mutamakkin yang diyakini makam para ningrat Pati. Keberadaan makam itu yang dikelilingi tembok besar (Banon) menjadikan kompas bagi masyrakat Kajen untuk menyebut pesantren yang berdiri hampir bersamaan itu.