Langsung ke konten utama

Tafsir Surat Al Imran Ayat 149 -153



Ali Imran, ayat 149-153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ (151) وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (152) إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (153)

Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain memanggil kalian. Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan, supaya kalian jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian dan terhadap apa yang menimpa kalian. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap sikap menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, karena sesungguhnya taat kepada mereka dapat mengakibatkan kehancuran dan kehinaan di dunia dan akhirat. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ}

jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 149)

Selanjutnya Allah memerintahkan mereka agar taat kepada-Nya, berpihak kepada-Nya, membantu menegakkan agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya. Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ}

Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong. (Ali Imran: 150)

*******************

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa Dia akan menimpakan ke dalam hati musuh-musuh mereka rasa takut dan hina terhadap mereka, disebabkan kekufuran dan kemusyrikan musuh-musuh mereka. Selain itu Allah telah menyiapkan buat musuh-musuh mereka itu azab dan pembalasan di kampung akhirat nanti. Hal ini diungkapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya:

{سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}

Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 151)

Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain sebuah hadis dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

«أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»

Aku telah diberi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku, yaitu: Aku diberi pertolongan melalui rasa takut (yang ditimpakan ke dalam hati musuh) sejauh perjalanan satu bulan, dijadikan untukku tanah ini sebagai masjid (tempat salat) dan suci (lagi menyucikan), dihalalkan bagiku ganimah-ganimah (rampasan perang), aku diberi izin untuk meruberikan syafaat, dan dahulu seorang nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya sendiri, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيّ عَنْ سُلَيْمَانَ -يَعْنِي التَّيْمِيَّ-عَنْ سَيّار، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "فَضَّلَني [رَبِّي] عَلَى الأنْبِيَاء -أَوْ قَالَ: عَلَى الأمَمِ-بأَرْبَعٍ" قَالَ "أُرْسِلْتُ إلَى النَّاسِ كَافَّةً وَجُعِلَتْ لِيَ الأرْضُ كُلُّهَا وَلأمَّتِي مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأيْنَمَا أدْرَكَتْ  رَجُلا مِنْ أُمَّتِي الصَّلاةُ فَعِنْدَهُ مَسْجِدُهُ و طَهُوُرهُ، ونُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَة شَهْرٍ يَقْذِفُهُ فِي قُلُوبِ أَعْدَائِي وأحَل لِيَ الغنائِم".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Sayyar, dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Allah menjadikan aku lebih utama di atas para nabi —atau atas seluruh umat (manusia)— dengan empat perkara. Aku diutus untuk seluruh umat manusia; bumi seluruhnya dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan suci (lagi menyucikan), maka di mana pun seseorang dari umatku menjumpai waktu salat, di tempat itulah masjid dan sarana bersucinya; aku diberi pertolongan melalui rasa takut yang mencekam hati musuh-musuhku dalam jarak perjalanan satu bulan; dan ganimah (rampasan perang) dihalalkan bagiku.

Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman At-Taimi, dari Yasar Al-Qurasyi Al-Umawi —maula mereka adalah Ad-Dimasyqi, penduduk kota Basrah—, dari Abu Umamah (yaitu Sada ibnu Ajlan Radhiyallahu Anhu) dengan lafaz yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

قَالَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ عَلَى الْعَدُوِّ".

Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Abu Yunus telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Aku diberi pertolongan dengan melalui rasa takut yang mencekam musuh.

Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Ibnu Wahb.

وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي بُرْدَة، عَنْ أَبِيهِ  أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ خَمْسًا: بُعِثْتُ إلَى الأحْمَرِ وَالأسْوَدِ، وَجعلَتْ لِيَ الأرْض طَهُورًا ومَسْجِدًا، وأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِم وَلَمْ تَحِل لِمَنْ كَانَ قَبْلِي، ونُصِرْتُ بِالرُّعْبِ شَهْرًا، وأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَلَيْسَ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ سَأَل شَفَاعَتَهُ، وإنِّي اخْتَبَأتُ شَفَاعَتِي، ثُمَّ جَعَلْتُهَا لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Aku dianugerahi lima perkara, yaitu aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan hitam (seluruh umat manusia); tanah dijadikan untukku suci (lagi menyucikan) dan sebagai masjid; ganimah dihalalkan bagiku, sedangkan sebelumku ganimah tidak pernah dihalalkan buat seorang pun; aku diberi pertolongan dengan rasa takut (yang mencekam hati musuh) dalam jarak perjalanan satu bulan; aku diberi izin memberikan syafaat, tiada seorang nabi pun melainkan pernah meminta syafaat, dan sesungguhnya aku simpan syafaatku buat orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut. (Ali Imran: 151). Allah menimpakan rasa takut ke dalam hati Abu Sufyan (dalam Perang Ahzab, pent.), maka ia kembali ke Mekah (bersama pasukan bersekutunya). Lalu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

«إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ قَدْ أَصَابَ مِنْكُمْ طَرَفًا، وَقَدْ رَجَعَ وَقَذَفَ اللَّهُ فِي قَلْبِهِ الرُّعْبَ»

Sesungguhnya Abu Sufyan telah tertimpa suatu tekanan dari kalian; kini ia kembali, sedangkan Allah telah memasukkan rasa takut ke dalam hatinya.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah telah menjanjikan kepada kaum mukmin akan beroleh kemenangan. Menurut salah satu di antara dua pendapat yang disebut di muka, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:

إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ بَلى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (Ali Imran: 124-125)

menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam Perang Uhud. Karena jumlah pasukan musuh mereka terdiri atas tiga ribu personel. Ketika pasukan kaum muslim menghadapi mereka, maka kemenangan dan keberuntungan berada di pihak pasukan Islam pada permulaan siang harinya. Tetapi setelah terjadi pelanggaran perintah yang dilakukan oleh pasukan pemanah kaum muslim dan sebagian pasukan kaum muslim merasa frustasi, maka janji ini ditangguhkan, karena syarat dari janji ini ialah hendaknya mereka sabar dalam menghadapi musuh dan taat kepada pimpinan (Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam). Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:

{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ}

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian. (Ali Imran: 152),

Yakni pada permulaan siang hari.

{إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ}

Ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152),

Yaitu kalian dapat membunuh mereka dengan kekuasaan Allah yang diberikan kepada kalian terhadap mereka.

{حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ}

sampai pada saat kalian lemah. (Ali Imran: 152)

Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan al-fasyl ialah frustasi atau menjadi pengecut.

{وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ}

dan kalian berselisih dalam urusan itu dan kalian mendurhakai perintah (Rasul). (Ali Imran: 152), Seperti yang terjadi pada pasukan pemanah kaum muslim.

{مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ}

sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. (Ali Imran: 152)

Yakni kemenangan yang kalian raih atas mereka.

{مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا}

Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia.  (Ali Imran: 152)

Mereka adalah orang-orang yang menginginkan dapat ganimah setelah melihat pasukan musuh terpukul mundur.

{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ}

dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152)

Kemudian Allah memberikan kesempatan menang kepada mereka atas kalian untuk menguji dan mencoba kalian.

{وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ}

dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152)

Yakni mengampuni kalian atas perbuatan kalian yang demikian itu, karena —hanya Allah Yang lebih mengetahui— jumlah personel pasukan musuh dan peralatan mereka lebih banyak, sedangkan pasukan kaum muslim dan peralatannya sedikit.

Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152) Yaitu dengan tidak memusnahkan kalian. Hal yang sama dikatakan pula oleh Muhammad ibnu Ishaq; kedua riwayat ini diceritakan oleh Ibnu Jarir.

{وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ}

Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 152)

*******************

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أخبرنا عبد الرحمن ابن أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُبَيد اللَّهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ: مَا نَصَرَ اللَّهُ فِي مَوْطِن كَمَا نَصَرَهُ يَوْمَ أُحُدٍ. قَالَ: فَأَنْكَرْنَا ذَلِكَ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: بَيْنِي وَبَيْنَ مَنْ أَنْكَرَ ذَلِكَ كتابُ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي يَوْمِ أُحُدٍ: {وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ} يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ: والحَسُّ: الْقَتْلُ {حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ} الْآيَةَ وَإِنَّمَا عَنَى بِهَذَا الرُّمَاةَ، وَذَلِكَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَامَهُمْ فِي مَوْضِعٍ، ثُمَّ قَالَ: "احْمُوا ظُهُورَنَا، فَإنْ رَأيْتُمُونَا نُقْتَلُ فَلا تَنْصُرُونَا وَإنْ رَأَيْتُمُونَا قَدْ غَنِمْنَا فَلا تُشْرِكُونَا. فَلَمَّا غَنِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأباحُوا عَسْكَرَ الْمُشْرِكِينَ أَكَبَّتِ الرُّماة جَمِيعًا [وَدَخَلُوا] فِي الْعَسْكَرِ يَنْهَبُونَ، وَلَقَدِ الْتَقَتْ صُفُوفُ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَهُم هَكَذَا -وَشَبَّكَ بَيْنَ يَدَيْهِ-وَانْتَشَبُوا، فَلَمَّا أَخَلَّ الرُّمَاةُ تِلْكَ الْخَلَّةِ الَّتِي كَانُوا فِيهَا، دَخَلَتِ الْخَيْلُ مِنْ ذَلِكَ الْمَوْضِعِ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضَرَبَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا وَالْتَبُسُوا، وقُتل من المسلمين ناس كَثِيرٌ، وَقَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ أَوَّلَ النَّهَارِ، حَتَّى قُتِل مِنْ أَصْحَابِ لِوَاءِ الْمُشْرِكِينَ سَبْعَةٌ أَوْ تسعةٌ، وَجَالَ الْمُسْلِمُونَ جَوْلَةً نَحْوَ الْجَبَلِ وَلَمْ يَبْلُغُوا -حَيْثُ يَقُولُ النَّاسُ-الْغَارَ، إِنَّمَا كَانَ تَحْتَ المِهْراس، وَصَاحَ الشَّيْطَانُ: قُتل مُحَمَّدٌ، فَلَمْ يُشَك فِيهِ أَنَّهُ حَقٌّ، فَمَا زِلْنَا كَذَلِكَ مَا نَشُك أَنَّهُ حَقٌّ، حَتَّى طَلَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ السَّعْدَيْنِ، نَعْرِفُهُ بِتَلَفُّتِهِ إِذَا مَشَى -قَالَ: فَفَرِحْنَا حَتَّى كَأَنَّهُ لَمْ يُصِبْنَا مَا أَصَابَنَا-قَالَ: فَرَقِيَ نَحْوَنَا وَهُوَ يَقُولُ: "اشْتَدَّ غَضَبَ اللهِ عَلَى قَوْمٍ دَمَّوْا وَجْهَ رَسُولِ اللهِ". وَيَقُولُ مَرَّةً أُخْرَى: "اللَّهم إِنَّهُ لَيْسَ لَهم أنْ يَعْلُونَا". حَتَّى انْتَهَى إِلَيْنَا، فَمَكَثَ سَاعَةً، فَإِذَا أَبُو سُفْيَانَ يَصِيحُ فِي أَسْفَلِ الْجَبَلِ: اعْلُ هُبَلُ، مَرَّتَيْنِ -يَعْنِي آلِهَتَهُ-أَيْنَ ابْنُ أَبِي كَبْشة؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قحَافة؟ أَيْنَ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا أُجِيبَهُ؟ قَالَ: "بَلَى" قَالَ: فَلَمَّا قَالَ: اعْلُ هُبَلُ. قَالَ عُمَرُ: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ. فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: قَدْ أَنْعَمَتْ عَيْنُهَا فعَادِ عَنْهَا أَوْ: فَعَالِ! فَقَالَ: أَيْنَ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟ أَيْنَ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: هَذَا رَسُولُ اللَّهِ، وَهَذَا أَبُو بَكْرٍ، وَهَا أَنَا ذَا عُمَرُ. قَالَ: فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، الْأَيَّامُ دُوَل، وَإِنَّ الْحَرْبَ سِجَال. قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: لَا سَوَاءً، قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ وَقَتْلَاكُمْ فِي النَّارِ. قَالَ إِنَّكُمْ تَزْعُمُونَ ذَلِكَ، لَقَدْ خِبْنا إِذًا وخَسِرْنا ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي قَتْلَاكُمْ مُثْلَةً وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ عَلَى رَأْيِ سُرَاتِنَا. قَالَ: ثُمَّ أدركَتْه حَمِيَّة الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ: أَمَا إِنَّهُ إِنْ كَانَ ذَلِكَ لَمْ نَكْرهْه.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya, dari Ubaidillah, dari Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa Allah belum pernah menolong Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam seperti pertolongan-Nya dalam Perang Uhud. Ketika kami mengingkari hal tersebut, maka Ibnu Abbas berkata bahwa ia berani bersumpah atas nama Kitabullah antara dirinya dan orang yang mengingkari hal tersebut. Karena sesungguhnya dalam Perang Uhud Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152); Ibnu Abbas dan Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna al-fasyl yang ada dalam firman-Nya: sampai pada saat kalian lemah dan berselisih pendapat dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152), hingga akhir ayat. Yang dimaksud dengan 'kalian' dalam ayat ini adalah pasukan pemanah, karena Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menempatkan mereka dalam suatu posisi yang sangat strategis, lalu beliau bersabda: Lindungilah punggung kami; jika kalian melihat kami terpukul, janganlah kalian membantu kami; dan jika kalian melihat kami menjarah ganimah, janganlah kalian ikut-ikutan dengan kami (yakni tetaplah kalian pada posisi kalian dalam keadaan apa pun). Tetapi ketika Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan pasukannya berhasil menjarah ganimah dan menyingkirkan pasukan kaum musyrik, maka semua pasukan pemanah turun ke medan pertempuran, ikut menjarah ganimah. Ketika pasukan kaum musyrik melihat posisi pasukan pemanah telah dikosongkan, maka pasukan berkuda kaum musyrik masuk dari celah tersebut dan menyerang sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sehingga terjadilah perang sengit; sebagian mereka memukul sebagian yang lain karena dalam keadaan kalut, sehingga banyak dari kalangan pasukan kaum muslim yang terbunuh. Padahal pada awal pertempuran, kemenangan berada di pihak pasukan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sehingga mampu membunuh sekitar tujuh atau sembilan orang pasukan kaum musyrik yang memegang panji. Kemudian pasukan kaum musyrik beroleh kemenangan dan maju ke arah bukit, tetapi mereka tidak mampu sampai ke bukit karena orang-orang mengatakan bahwa pasukan kaum muslim berada di dalam posisi kuat. Lalu setan berseru bahwa Muhammad telah terbunuh, dan mereka tidak meragukan kebenaran seruan tersebut. Kami (pasukan kaum muslim) masih tetap dalam keadaan tidak meragukan bahwa berita itu benar sebelum Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam muncul dengan diapit oleh dua Sa'd; beliau kami kenal melalui kedua pundaknya apabila berjalan. Maka kami gembira sehingga kami merasakan bahwa seakan-akan kami tidak tertimpa bencana yang sekarang menimpa diri kami. Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam naik ke arah kami seraya bersabda: Murka Allah sangat keras terhadap kaum yang berani melukai wajah Rasulullah. Terkadang beliau bersabda: Mereka tidak akan dapat mengalahkan kita. Ketika beliau Shalallahu'alaihi Wasallam sampai pada kami, maka beliau tinggal sesaat. Tiba-tiba Abu Sufyan berseru dari arah bawah bukit, "Tinggilah Hubal," sebanyak dua kali menyebut nama berhala sesembahannya, "Di manakah Ibnu Abu Kabsyah (maksudnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam), di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?" Maka Umar Radhiyallahu Anhu berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku menjawabnya?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Ya." Ketika Abu Sufyan menyerukan kalimat, "Tinggilah Hubal," maka Umar Radhiyallahu Anhu menjawab, "Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kamu telah enak sekarang?" Umar menjawab, "Karena meninggalkannya (Hubal)." Abu Sufyan kembali berkata, "Di manakah Ibnu Abu Kabsyah, di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?" Umar berkata, "Inilah Rasulullah, ini Abu Bakar, dan inilah aku, Umar." Abu Sufyan berkata, "Kemenangan hari ini adalah pembalasan kekalahan dalam Perang Badar, hari-hari itu bergilir dan sesungguhnya perang itu silih berganti." Umar menjawab, "Tidak sama. Orang-orang kami yang gugur berada di dalam surga, sedangkan orang-orang kalian yang gugur berada di dalam neraka." Abu Sufyan berkata, "Itu hanyalah menurut dugaan kalian. Kalau demikian, berarti kami kecewa dan merugi." Lalu Abu Sufyan berkata lagi, "Sesungguhnya kalian nanti akan menemukan di antara orang-orang kalian yang gugur ada yang dicincang, tetapi hal tersebut bukan keluar dari pendapat pemimpin-pemimpin kami." Kemudian hati Abu Sufyan terbakar oleh fanatisme Jahiliah, lalu ia berkata lagi, "Ingatlah, jika hal tersebut terjadi, kami tidak membencinya (yakni menyetujuinya)."

Hadis ini garib, dan konteksnya mengherankan, ia termasuk salah satu di antara hadis mursal ibnu Abbas, karena sesungguhnya dia tidak ikut dalam Perang Uhud, baik dia sendiri ataupun ayahnya.

Imam Hakim mengetengahkannya di dalam kitab Mustadrak, dari Abun Nadr Al-Faqih, dari Usman ibnu Sa'id, dari Sulaiman ibnu Daud ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas dengan lafaz yang sama.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi dengan lafaz yang sama. Sebagian dari hadis ini ada saksi penguatnya di dalam kitab-kitab sahih dan kitab lainnya.

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: إِنَّ النِّسَاءَ كُنَّ يَوْمَ أُحُدٍ، خلْف الْمُسْلِمِينَ، يُجْهزْن عَلَى جَرْحى الْمُشْرِكِينَ، فَلَوْ حَلَفت يَوْمَئِذٍ رَجَوْتُ أَنْ أبَر: أَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنَّا يُرِيدُ الدُّنْيَا، حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ} فَلَمَّا خَالَفَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعَصَوا مَا أُمِرُوا بِهِ، أُفْرِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي تِسْعَةٍ: سَبْعَةٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، وَرَجُلَيْنِ مِنْ قُرَيْشٍ، وَهُوَ عَاشِرُهُمْ، فَلَمَّا رهقُوه [قَالَ: "رَحِمَ اللهُ رَجُلًا رَدَّهُمْ عَنَّا". قَالَ: فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَاتَلَ سَاعَةً حَتَّى قُتِلَ، فَلَمَّا رَهقُوه] أَيْضًا قَالَ: "رَحِمَ اللهُ رَجُلا رَدَّهُمْ عَنَّا". فَلَمْ يَزَلْ يَقُولُ ذَا حَتَّى قُتِل السَّبْعَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِصَاحِبِهِ: "مَا أَنْصَفْنَا أَصْحَابَنَا". فَجَاءَ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ: اعْلُ هُبَلُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قُولُوا: اللهُ أعْلَى وأجَلُّ". فَقَالُوا: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ. فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُولُوا: "اللهُ مَوْلانَا، وَالْكَافِرُونَ لَا مَوْلَى لَهُم". ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يومٌ بيوْم بَدْر، يومٌ عَلَيْنَا وَيَوْمٌ لَنَا وَيَوْمٌ نُسَاءُ وَيَوْمٌ نُسَر. حَنْظَلَةَ بِحَنْظَلَةَ، وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا سَوَاء. أمَّا قَتْلانَا فَأْحَيْاءٌ يُرْزَقُونَ، وَقْتَلاكُمْ فِي النَّارِ يُعَذَّبُونَ". قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: قَدْ كَانَ فِي الْقَوْمِ مَثُلَةٌ، وإنْ كانَتْ لَعَنْ غَيْرِ مَلأ منَّا، مَا أمرتُ وَلَا نَهَيْتُ، وَلَا أحْبَبْتُ وَلَا كَرِهتُ، وَلَا سَاءَنِي وَلَا سرَّني. قَالَ: فَنَظَرُوا فَإِذَا حمزةُ قَدْ بُقِرَ بَطْنُه، وأخذتْ هنْد كَبده فلاكَتْها فَلَمْ تَسْتَطِعْ أَنْ تَأْكُلَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أكَلَتْ شَيْئًا؟ " قَالُوا: لَا. قَالَ: "مَا كَانَ اللهُ ليُدْخِلَ شَيْئًا مِنْ حَمْزَةَ فِي النَّارِ". قَالَ: فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَمْزَةَ فَصَلَّى عَلَيْهِ، وَجِيء بِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ فَوُضِع إِلَى جَنْبِهِ فصلَّى عَلَيْهِ، فَرُفِعَ الْأَنْصَارِيُّ وتُرِكَ حَمْزَةُ، ثُمَّ جِيءَ بِآخَرٍ فوضعَه إِلَى جَنْبِ حَمْزَةَ فَصَلَّى [عَلَيْهِ] ثُمَّ رُفِعَ وتُرِكَ حَمْزَةُ، حَتَّى صلَّى عَلَيْهِ يَوْمَئِذٍ سَبْعِينَ صَلَاةً.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ata ibnus Saib, dari Asy-Sya'bi, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa kaum wanita dalam Perang Uhud berada di belakang pasukan kaum muslim, tugas mereka mengobati orang-orang yang terluka dari pasukan kaum musyrik. Seandainya aku bersumpah pada hari itu aku berharap dapat menunaikannya, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang menghendaki duniawi hingga Allah menurunkan firman-Nya: Di antara kalian ada yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152) Ketika sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melanggar apa yang diperintahkan kepada mereka oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, maka beliau Shalallahu'alaihi Wasallam menyendiri bersama sembilan orang; tujuh orang dari kalangan Ansar dan yang dua orang lain dari kalangan Quraisy, sedangkan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam adalah orang yang kesepuluhnya. Ketika Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam melihat bahwa mereka mengejar beliau, maka beliau bersabda: Semoga Allah merahmati seseorang yang dapat mengusir mereka (pasukan musuh) dari kami. Maka salah seorang Ansar maju bertempur selama sesaat hingga ia gugur. Ketika mereka masih mengejar beliau, maka beliau bersabda pula: Semoga Allah merahmati orang yang dapat mengusir mereka dari kami. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam terus-menerus mengucapkan demikian hingga tujuh orang yang melindungi dirinya gugur, lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda kepada kedua temannya yang masih ada, "Kita tidak berbuat adil terhadap teman-teman kita." Lalu Abu Sufyan tampil dan berkata, "Tinggilah Hubal!" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi dan Mahaagung." Maka mereka mengatakan, "Allah Mahatinggi dan Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kami mempunyai Uzza (yang artinya identik dengan pengertian kejayaan), sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza (berhala sesembahan mereka)." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Jawablah oleh kalian, Penolong kami adalah Allah, dan orang-orang kafir tidak mempunyai penolong." Abu Sufyan berkata, "Perang ini pembalasan Perang Badar, sehari kekalahan kami dan hari yang lain kemenangan kami, hari Nasa dan hari Nasar, Hanzalah dibalas dengan Hanzalah (kepahitan dibalas dengan kepahitan), dan si Fulan dibalas dengan si Fulan." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab: Tidak sama. Adapun orang-orang kami yang gugur, mereka hidup dengan diberi rezeki, sedangkan orang-orang yang gugur dari kalian berada di dalam neraka dan diazab. Maka Abu Sufyan berkata.”Sesungguhnya di antara kaum yang gugur terdapat pencincangan. Dan jika hal itu memang ada, maka kami bersikap acuh terhadapnya. Aku tidak memerintahkan dan tidak pula melarang, aku tidak suka dan tidak pula benci, serta tidak membuatku sedih dan tidak membuatku senang." Maka kaum muslim melihat-lihat, dan ternyata menjumpai Hamzah dalam keadaan perutnya telah dirobek. Hindun mengambil hatinya, lalu berupaya menelannya, tetapi ia tidak mampu memakannya. Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya, "Apakah dia telah memakan sesuatu?" Mereka menjawab, "Tidak." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Allah tidak akan memasukkan sesuatu dari (tubuh) Hamzah ke dalam neraka. Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam meletakkan jenazah Hamzah dan menyalatkannya. Lalu didatangkan jenazah seorang lelaki dari Ansar yang langsung diletakkan di sebelah jenazah Hamzah, kemudian beliau menyalatkannya. Jenazah orang Ansar itu diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak; hingga didatangkan lagi jenazah lainnya, lalu diletakkan di sebelah jenazah Hamzah, dan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyalatkannya. Setelah selesai, jenazah lain diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak, hingga dalam hari itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyalatkan tujuh puluh jenazah.

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad seorang.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ: عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: لَقِينَا الْمُشْرِكِينَ يَوْمَئِذٍ، وأجْلَس النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَيْشا مِنَ الرُّماة، وأمَّر عَلَيْهِمْ عَبْدَ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ جُبَيْر-وَقَالَ: "لَا تَبْرَحُوا إنْ رأيْتُمُونَا ظَهَرْنَا عَلَيْهِمْ فَلا تَبْرَحُوا، وإنْ رَأَيْتُمُوهُمْ ظَهَرُوا عَلَيْنَا فَلا تُعِينُونَا". فَلَمَّا لَقِينَاهُمْ هربُوا، حَتَّى رَأَيْنَا النِّسَاءَ يَشْتَددْنَ فِي الْجَبَلِ، رَفَعْنَ عَنْ سُوقهن، وَقَدْ بَدَتْ خَلاخلهن، فَأَخَذُوا يَقُولُونَ: الغنيمةَ الغَنيمة. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: عَهدَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَّا تَبْرَحُوا. فأبَوْا، فَلَمَّا أبَوْا صَرَفَ وُجُوهَهُمْ، فأُصِيب سَبْعُونَ قَتِيلًا فَأَشْرَفَ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ فَقَالَ: "لَا تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ فَقَالَ: "لَا تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ: إِنْ هَؤُلَاءِ قَدْ قُتِلوا، فَلَوْ كَانُوا أَحْيَاءً لَأَجَابُوا. فَلَمْ يَمْلِكْ عُمَرُ نَفْسَهُ فَقَالَ: كَذَبْتَ يَا عَدَوَّ اللهِ، قَدْ أَبْقَى اللَّهُ لَكَ مَا يُحزِنكَ فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: اعْل هُبَل. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا: مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ أعْلَى وأجَلُّ". فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا: مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا، وَلا مَوْلَى لَكُمْ". قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ سِجَال، وَتَجِدُونَ مَثُلَةً لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa pada hari itu kami bersua dengan pasukan kaum musyrik, lalu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menempatkan sepasukan pemanah (pada posisi yang strategis), dan mengangkat Abdullah ibnu Jubair sebagai pemimpin (komandan) mereka, lalu beliau Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda: Janganlah kalian tinggalkan posisi ini; jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan atas mereka (musuh), kalian telap jangan meninggalkan ternpat ini. Dan juga jika kalian melihat mereka beroleh kemenangan atas kami, janganlah kalian membantu kami. Ketika kami bertempur dengan mereka dan mereka lari hingga aku melihat kaum wanita (musyrik) menaiki bukit seraya mengangkat kain mereka hingga gelang kaki mereka kelihatan. Maka pasukan kaum muslim berseru, "Ganimah, ganimah!" Abdullah ibnu Jubair berkata, "Ingatlah kalian kepada pesan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, jangan sekali-kali kalian meninggalkan posisi ini!" Tetapi mereka menolak (dan tetap turun merebut ganimah). Setelah mereka membangkang, perhatian mereka berpaling (ke arah ganimah), akibatnya tujuh puluh orang dari pasukan kaum muslim gugur di medan perang. Lalu muncullah Abu Sufyan dan berkata, "Apakah di antara kaum ada Muhammad?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Jangan kalian jawab dia." Abu Sufyan berkata lagi, "Apakah di antara kaum ada Abu Quhafah?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Jangan kalian jawab dia." Abu Sufyan berseru lagi, "Apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?" Karena tidak ada yang menjawab, akhirnya Abu Sufyan mengatakan, "Sesungguhnya mereka telah terbunuh. Seandainya mereka masih hidup, niscaya mereka akan menjawab seruanku ini." Tetapi Umar tidak dapat menahan dirinya, maka ia berkata kepada Abu Sufyan, "Engkau dusta, hai musuh Allah! Semoga Allah mengekalkan apa yang menyusahkanmu." Abu Sufyan berkata, "Tinggilah Hubal." Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Jawablah dia." Mereka (para sahabat) bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Katakanlah oleh kalian bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kami mempunyai Uzza (kejayaan), sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Jawablah dia." Mereka bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Katakanlah oleh kalian bahwa Allah adalah Penolong kami, sedangkan kalian tidak mempunyai penolong. Abu Sufyan berkata, "Perang hari ini pembalasan Perang Badar. peperangan itu silih berganti, dan kalian akan menjumpai orang yang tercincang, tetapi aku tidak memerintahkannya dan tidak pula membuatku sedih (susah)."

Dari segi ini hadis hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri. Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Amr ibnu Khalid, dari Zuhair ibnu Mu'awiyah ibnu Abu Ishaq, dari Al-Barra dengan lafaz yang semisal. Nanti akan disebutkan hal yang lebih panjang lebar dari pembahasan ini.

Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah Radhiyallahu Anhu yang menceritakan bahwa dalam peperangan Uhud ketika pasukan kaum musyrik terpukul mundur, iblis berseru, "Hai hamba-hamba Allah, mundurlah kalian ke belakang!" Maka pasukan yang terdepan mundur ke belakang hingga bertubrukan dengan pasukan yang berada di belakang (terlibat dalam pertempuran di antara sesama kawan). Dalam pertempuran itu tiba-tiba Huzaifah melihat ayahnya, yaitu Al-Yaman. Maka ia berseru, "Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku, dia adalah ayahku!" Akan tetapi, demi Allah, mereka tidak mempedulikannya hingga membunuhnya. Maka Huzaifah berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian." Urwah mengatakan, "Demi Allah, di dalam diri Huzaifah masih ada lebihan kebaikan hingga ia bersua dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala"

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari kakeknya, bahwa Az-Zubair ibnul Awwam pernah menceritakan kisah berikut.”Demi Allah, aku melihat pelayan-pelayan Hindun dan semua teman wanitanya lari terbirit-birit seraya menyingsingkan kain mereka dengan meninggalkan semua barang bawaan mereka, baik yang banyak maupun yang sedikit. Kemudian pasukan pemanah menyerbu ke arah medan perang di saat kami mencegah mereka supaya jangan meninggalkan tempat mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan cegahanku demi merebut ganimah. dan mereka membiarkan kami pasukan kaum muslim tidak terlindungi dari arah belakang dari pasukan berkuda kaum musyrik. Kami diserang oleh pasukan berkuda dari arah belakang, ada seseorang yang menyerukan bahwa Muhammad telah terbunuh. Kami mundur, dan semua kaum pun (pasukan kaum muslim) mundur, padahal sebelumnya kami banyak membunuh para pemegang panji pasukan kaum musyrik, hingga tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mendekat kepadanya." Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa pemegang panji pasukan kaum musyrik satu demi satu mati terbunuh hingga panji mereka dipegang oleh Amrah binti Alqamah Al-Harisiyyah, lalu ia menyerahkan panji itu kepada kabilah Quraisy, dan mereka langsung melipatnya.

As-Saddi meriwayatkan dari Abdu Khair, dari Ali ibnu Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia sama sekali belum pernah berpendapat bahwa ada seseorang di antara sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang menghendaki duniawi sebelum diturunkan kepada kami apa yang diturunkan oleh Allah dalam Perang Uhud, yaitu firman-Nya: Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia. dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152)

Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Mas'ud. Hal yang sama diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf dan Abu Talhah. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ

Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152)

Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Rafi' —salah seorang dari Bani Addi ibnun Najjar— yang menceritakan hadis berikut, bahwa Anas ibnu Nadr (paman Anas ibnu Malik) sampai kepada Umar ibnul Khattab dan Talhah ibnu Ubaidillah yang berada di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Ansar, mereka menjatuhkan semua senjata yang ada di tangan mereka. Anas ibnun Nadr bertanya, "Apakah yang menyebabkan kalian melepas senjata kalian?" Mereka menjawab, "Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah gugur." Anas Ibnun Nadr berkata, "Lalu apakah yang akan kalian lakukan dalam kehidupan sesudah peristiwa ini? Ayo bangkitlah, dan majulah sampai titik darah penghabisan untuk membela apa yang telah dibela beliau." Kemudian Anas ibnun Nadr menghadapi pasukan musuh dan bertempur sendirian dengan gigihnya hingga gugur. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Talhah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas ibnu Malik, bahwa pamannya (yaitu Anas ibnun Nadr) tidak ikut dalam Perang Badar, lalu ia mengatakan, "Aku tidak ikut dalam permulaan peperangan yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam (yakni Perang Badar). Sekiranya Allah memperkenankan aku ikut perang bersama Rasulullah-Shalallahu'alaihi Wasallam di masa datang, sungguh Allah akan menyaksikan apa yang akan aku lakukan." Lalu ia ikut dalam Perang Uhud. Ketika orang-orang (pasukan kaum muslim) terpukul mundur, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta maaf kepada-Mu atas apa yang telah dilakukan mereka (pasukan kaum muslim yang mundur), dan aku nyatakan kepada-Mu berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik." Kemudian ia maju dengan senjata pedangnya. Ketika bersua dengan Sa'd ibnu Mu'az, ia bertanya, "Hendak ke manakah engkau, hai Sa'd? Sesungguhnya aku menjumpai bau surga dari arah Uhud ini." Lalu ia maju dan berperang dengan sengitnya hingga gugur. Tiada yang mengenalnya, hanya saudara perempuannya sendiri yang mengenalnya melalui tahi lalatnya atau jari jemarinya; sedangkan pada tubuhnya terdapat delapan puluh luka lebih akibat sabetan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah.

Demikianlah menurut lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari.

Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sabit ibnu Anas dengan lafaz yang semisal.

قَالَ الْبُخَارِيُّ [أَيْضًا] حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا أَبُو حَمْزَةَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَب قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ حَجَّ الْبَيْتَ، فَرَأَى قَوْمًا جُلُوسًا، فَقَالَ: مَنْ هَؤُلَاءِ القُعُودُ؟ قَالُوا: هَؤُلَاءِ قُرَيْشٌ. قَالَ: مَنِ الشَّيْخُ؟ قَالُوا: ابْنُ عُمَر. فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ شَيْءٍ فَحَدِّثْنِي. قَالَ: أنْشُدُك بِحُرْمَةِ هَذَا الْبَيْتِ أَتَعْلَمُ أنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ فَرَّ يَوْمَ أُحُدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَتَعْلَمُه تَغَيَّب عَنْ بَدْرٍ فَلَمْ يَشْهَدْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فتعْلم أَنَّهُ تَخَلَّفَ عَنْ بَيْعَةِ الرّضْوان فَلَمْ يشهَدْها؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَكَبَّرَ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: تَعَالَ لأخبرَك ولأبيَّن لَكَ عَمَّا سَأَلْتَنِي عَنْهُ. أَمَّا فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَفَا عَنْهُ، وَأَمَّا تَغَيُّبه عَنْ بَدْرٍ فَإِنَّهُ كَانَ تحتَه بنتُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ مَرِيضَةً، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا وَسَهْمَه". وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَيْعَةِ الرِّضْوَانِ فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ عُثْمَانَ لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ، فَبَعَثَ عثمانَ، فَكَانَتْ بَيْعَةُ الرِّضْوَانِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ إِلَى مَكَّةَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى: "هِذِهِ يَدُ عُثْمَان". فَضَرَبَ بِهَا عَلَى يَدِهِ، فَقَالَ: "هِذِهِ يَدُ عُثْمَان اذْهَبْ بِهَا الآنَ مَعَكَ".

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah. dari Usman ibnu Mauhib yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang melakukan ibadah haji, lalu ia melihat suatu kaum yang sedang duduk, maka ia bertanya, "Siapakah mereka yang sedang duduk itu?" Orang-orang menjawab, "Mereka adalah orang-orang Quraisy." Lelaki itu bertanya, "Siapakah guru mengaji mereka?" Orang-orang menjawab, "Sahabat Ibnu Umar." Lalu ia mendatanginya dan bertanya, "Sesungguhnya aku mau bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka aku memohon sudilah engkau menjawabnya." Ibnu Umar berkata, "Bertanyalah." Ia berkata.”Aku bertanya kepadamu demi kesucian Baitullah ini, tahukah engkau bahwa Usman ibnu Affan lari dalam Perang Uhud?" Ibnu Umar menjawab, "Ya." Ia bertanya lagi, "Kalau demikian, berarti engkau mengetahui pula bahwa dia absen dalam Perang Badar dan tidak (mengikuti)nya?" Ibnu Umar menjawab, "Ya." Ia berkata lagi, "Dan engkau pun pasti tahu pula bahwa dia absen pula dalam Bai'atur Ridwan dan tidak menyaksikan (mengikuti)nya." Ibnu Umar menjawab, "Ya." Lalu ia bertakbir. Maka Ibnu Umar berkata: Kemarilah, aku akan menceritakan kepadamu dan menjelaskan kepadamu hal-hal yang engkau tanyakan kepadaku tadi. Adapun mengenai dia (Usman) lari dalam Perang Uhud, maka aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkannya. Adapun mengenai ketidakhadirannya dalam Perang Badar, karena sesungguhnya dia sedang merawat putri Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam yang menjadi istrinya yang saat itu sedang sakit. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Sesungguhnya engkau beroleh pahala seorang lelaki yang ikut dalam Perang Badar dan juga bagian (ganimah)nya." Adapun mengenai ketidakhadirannya dalam Bai'at Ridwan, kisahnya adalah seperti berikut. Seandainya ada seseorang yang lebih dihormati di lembah Mekah daripada Usman, niscaya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam akan mengutusnya sebagai delegasi menjadi ganti Usman. Maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mengutus Usman, lalu terjadilah Bai'at Ridwan sesudah keberangkatan Usman ke Mekah. Maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda seraya mengisyaratkan dengan tangan kanannya, "Inilah tangan Usman," lalu beliau menepukkan tangan kanannya itu ke tangan kirinya seraya bersabda, "Ini adalah tangan Usman, sekarang pergilah engkau bersamanya!"

Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui jalur lain dari Abu Uwwanah, dari Usman ibnu Abdullah ibnu Mauhib.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلى أَحَدٍ

(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153)

Yakni kalian berpaling dari mereka (musuh kalian) ketika kalian terpaksa naik ke atas bukit, lari dari musuh kalian.

Al-Hasan dan Qatadah membacanya tas'aduna, yakni ketika kalian naik ke bukit.

{وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ}

dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153),

Yaitu sedangkan kalian tidak menoleh kepada seorang pun karena dalam keadaan kalut, takut, dan ngeri.

{وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ}

sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Artinya, kalian telah meninggalkan beliau di belakang kalian, sedangkan beliau berseru memanggil kalian agar jangan lari dari musuh, dan memerintahkan kalian agar kembali dan berperang menghadapi musuh.

قَالَ السُّدِّي: لَمَّا شَدّ الْمُشْرِكُونَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ بِأُحُدٍ فَهَزَمُوهُمْ، دَخَلَ بَعْضُهُمُ الْمَدِينَةَ، وَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ فَوْقَ الْجَبَلِ إِلَى الصَّخْرَةِ فَقَامُوا عَلَيْهَا، وَجَعَلَ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو النَّاسَ: "إليَّ عِبَادَ اللهِ، إليَّ عِبَادَ اللَّهِ". فَذَكَرَ اللَّهُ صُعُودَهُمْ عَلَى الْجَبَلِ، ثُمَّ ذَكَرَ دُعَاء النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاهُمْ فَقَالَ: {إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ}

As-Saddi mengatakan, ketika tekanan pasukan kaum musyrik bertambah berat atas pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik dapat memukul mundur pasukan kaum muslim, maka sebagian di antara pasukan kaum muslim ada yang lari masuk ke Madinah, sedangkan sebagian yang lain ada yang lari naik ke bukit dan berdiri di atas batu besar. Sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyeru mereka melalui sabdanya, "Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah. Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah!" Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan perihal naiknya mereka ke atas bukit, lalu menceritakan pula perihal seruan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam yang ditujukan kepada mereka melalui firman-Nya: (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Qatadah, Ar-Rab'i, dan Ibnu Zaid.

Abdullah ibnuz Zaba'ri menceritakan perihal kekalahan pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud melalui qasidahnya, saat itu ia masih musyrik dan belum masuk Islam. Dalam permulaan qasidahnya itu ia mengatakan:

يَا  غُرَابَ الْبَيْنِ أَسْمَعْتَ فَقُلْ ... إِنَّمَا تَنْطِقُ شَيْئًا قَدْ فُعِلْ

إِنَّ لِلْخَيْرِ وَلِلشَّرِّ مَدًى ... وَكِلَا ذَلِكَ وَجْهٌ وَقَبَلْ

Wahai burung gagak pertanda perpisahan, apakah engkau mendengar? Katakanlah, sesungguhnya engkau hanya mengatakan sesuatu yang telah terjadi. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan itu ada masanya, masing-masing dari keduanya mempunyai bagian muka dan bagian belakang{nya).

Sampai ia mengatakan dalam qasidahnya:

لَيْتَ أَشْيَاخِي بِبَدْرٍ شَهِدُوا ... جَزَعَ الْخَزْرَجِ مِنْ وَقْعِ الْأَسَلْ

حِينَ حَكَّتْ بِقُبَاءٍ بَرْكَهَا ... وَاسْتَحَرَّ الْقَتْلُ فِي عَبْدِ الْأَشَلْ

ثُمَّ خَفُّوا عِنْدَ ذَاكُمْ رُقَّصَا ... رَقَصَ الْحَفَّانِ يَعْلُو فِي الْجَبَلْ

فَقَتَلْنَا الضِّعْفَ مِنْ أَشْرَافِهِمْ ... وَعَدَلْنَا مَيْلَ بَدْرٍ فَاعْتَدَلْ

Aduhai, sekiranya pemimpin-pemimpinku (yang mati) di Badar menyaksikan rintihan orang-orang Khazraj karena tusukan tombak. Yaitu ketika mereka mengistirahatkan unta kendaraannya di Quba, dan pembunuhan banyak yang terjadi di kalangan Bani Abdul Asyal. Kemudian saat itulah mereka lari terbirit-birit bagaikan larinya anak burung unta menaiki bukit. Kami dapat membunuh banyak orang dari kalangan pemimpin mereka, maka tertebuslah kekalahan kami dalam Perang Badar, hingga keadaan menjadi seimbang.

Al-hifan artinya anak burung unta. Saat itu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam terkucil bersama dua belas orang dari kalangan sahabat-sahabatnya.

Seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ia mengatakan:

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا زُهَير، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ أَنَّ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ قَالَ: جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الرُّمَاةِ يَوْمَ أُحُدٍ -وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلًا-عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جُبير قَالَ: وَوَضَعَهُمْ مَوْضِعًا وَقَالَ: "إنْ رَأَيْتُمُونَا تَخَطَّفَنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إلَيْكُمْ وَإنْ رَأيْتُمُونَا ظَهَرنَا عَلَى الْعَدُوّ وأوَطأناهُمْ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرسِلَ إلَيْكُمْ قَالَ: فَهَزَمُوهُمْ. قَالَ: فَأَنَا وَاللَّهِ رَأَيْتُ النِّسَاءَ يَشْتددن عَلَى الْجَبَلِ، وَقَدْ بَدَتْ أسْؤُقُهنّ وخَلاخلُهُن رَافِعَاتٌ ثيابهُن، فَقَالَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ: الغَنِيمة، أَيْ قَوْمُ الْغَنِيمَةَ، ظَهَرَ أَصْحَابُكُمْ فَمَا تَنْتَظِرُونَ ؟ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جُبَيْرٍ: أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ لَكُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: إنا والله لَنَأتيَن الناس فَلنُصِبيَنَّ مِنَ الْغَنِيمَةِ. فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ فَأَقْبَلُوا مُنْهَزِمِينَ، فَذَلِكَ الَّذِي يَدْعُوهُمُ الرَّسُولُ فِي أُخْرَاهُمْ، فَلَمْ يَبْقَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا فَأَصَابُوا مِنَّا سَبْعِينَ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأصحابُه أَصَابُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ بَدْر أَرْبَعِينَ وَمِائَةً: سَبْعِينَ أَسِيرًا وَسَبْعِينَ قَتِيلًا. قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ -ثَلَاثًا -قَالَ: فَنَهَاهُمْ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجِيبُوهُ، ثُمَّ قَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: أَمَّا هَؤُلَاءِ فَقَدْ قُتِلُوا، قَدْ كُفيتُمُوه. فَمَا مَلَكَ عُمَر نفسَه أَنْ قَالَ: كذبتَ وَاللَّهِ يَا عَدُوَّ اللَّهِ، إِنَّ الَّذِينَ عَدَدْتَ لِأَحْيَاءٌ كُلُّهُمْ، وقد بَقى لك ما يسوؤك. فَقَالَ يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ سِجَال، إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي الْقَوْمِ مَثُلَةً لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي ثُمَّ أَخَذَ يَرْتَجِزُ، يَقُولُ: اعلُ هُبَلْ. اعْلُ هُبَلْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوه ؟ " قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ". قَالَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوهُ؟ ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا وَلا مَوْلَى لَكُمْ"

telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Al-Barra ibnu Azib Radhiyallahu Anhu yang menceritakan bahwa dalam Perang Uhud Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengangkat Abdullah ibnu Jubair sebagai komandan pasukan pemanah yang jumlahnya lima puluh orang. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menempatkan mereka pada suatu posisi yang strategis dan berpesan kepada mereka melalui sabdanya: Jika kalian melihat kami disambar oleh burung-burung, janganlah kalian tinggalkan tempat kalian sebelum aku mengirimkan utusan kepada kalian. Kaum muslim dapat memukul mundur pasukan kaum musyrik. Al-Barra ibnu Azib Radhiyallahu Anhu mengatakan, "Demi Allah, aku melihat kaum wanita berlari-lari dengan kencangnya menuju ke arah bukit, sedangkan betis-betis mereka dan gelang-gelang kaki mereka kelihatan karena mereka mengangkat kain mereka." Lalu teman-teman Abdullah ibnu Jubair mengatakan, "Ganimah, hai kaum. ganimah! Teman-teman kalian beroleh kemenangan, bagaimanakah menurut pandangan kalian?" Abdullah ibnu Jubair berkata, "Apakah kalian lupa apa yang telah dipesankan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kepada kalian?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami, demi Allah, tetap akan datang kepada mereka dan kita pasti akan memperoleh bagian dari ganimah." Ketika pasukan pemanah mendatangi teman-temannya yang beroleh kemenangan, maka perhatian mereka berpaling, lalu pasukan kaum musyrik datang menyerang mereka. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, merekalah kini yang terpukul mundur. Dalam peristiwa itulah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam memanggil mereka dari arah belakang mereka. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam saat itu hanya ditemani oleh dua belas orang lelaki, tujuh di antaranya gugur dalam membela Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan sahabatnya berhasil menangkap seratus empat puluh orang pasukan kaum musyrik dalam Perang Badar; tujuh puluh orang di antaranya ditawan dalam keadaan hidup, sedangkan yang tujuh puluh lagi telah gugur di medan perang. Abu Sufyan berseru, "Apakah di antara kaum ada Muhammad, apakah di antara kaum (pasukan kaum muslim) terdapat Muhammad?" Hal ini diucapkannya sebanyak tiga kali. Tetapi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melarang mereka menjawab seruan Abu Sufyan itu. Kemudian Abu Sufyan berseru pula, "Apakah di antara kaum terdapat Abu Quhafah, apakah di antara kaum ada Abu Quhafah? Apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab, apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?" Setelah itu ia kembali bergabung dengan pasukan kaum musyrik dan berkata kepada mereka, "Mereka telah terbunuh, dan sekarang kalian telah membungkam mereka." Maka Umar tidak dapat menahan dirinya lagi, lalu ia berkata, "Engkau dusta. Demi Allah, hai musuh Allah, sesungguhnya orang-orang yang kamu sebutkan tadi semuanya masih hidup, Allah tetap membiarkan bagimu apa yang menyusahkanmu." Abu Sufyan berkata, "Hari ini adalah pembalasan dari Perang Badar; peperangan itu silih berganti. Sesungguhnya kalian akan menemukan di antara kaum yang gugur ada orang yang dicincang yang tidak aku perintahkan, maka janganlah kalian menyalahkan diriku." Kemudian Abu Sufyan berdendang, mengalunkan syair yang bunyinya mengatakan, "Tinggilah Hubal, tinggilah Hubal." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Mengapa tidak kalian jawab dia?" Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami katakan?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan berseru lagi, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Mengapa kalian tidak menjawabnya?" Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami katakan?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda memberikan petunjuknya: Katakanlah, "Allah  Penolong  kami,  sedangkan kalian  tidak mempunyai seorang penolong pun."

Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Zuhair ibnu Mu'awiyah secara ringkas. Dia meriwayatkannya melalui hadis Israil, dari Abu Ishaq dengan konteks yang lebih panjang dari hadis ini, seperti yang disebutkan sebelumnya.

وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ فِي دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ مِنْ حَدِيثِ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّة، عَنْ أَبِي الزُّبَير، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: انْهَزَمَ النَّاسُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ وَبَقِيَ مَعَهُ أَحَدَ عَشَرَ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ، وَطَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ وَهُوَ يَصْعَدُ الْجَبَلَ، فَلَقِيَهُمُ الْمُشْرِكُونَ، فَقَالَ: "أَلَا أحَدٌ لِهَؤُلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "كمَا أنْتَ يَا طَلْحَةُ". فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَاتَلَ عَنْهُ، وَصَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ بَقِيَ مَعَهُ، ثُمَّ قُتل الْأَنْصَارِيُّ فَلَحِقُوهُ فَقَالَ: "أَلَا رجُلٌ لِهؤُلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَاتَلَ عَنْهُ وَأَصْحَابُهُ يَصْعَدْنَ، ثُمَّ قُتِلَ فَلَحِقُوهُ، فَلَمْ يَزَلْ يَقُولُ مِثْلَ قَوْلِهِ الْأَوَّلِ فَيَقُولُ طَلْحَةُ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَيَحْبِسُهُ، فَيَسْتَأْذِنُهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ لِلْقِتَالِ فيأذَنُ لَهُ، فَيُقَاتِلُ مِثْلَ مَنْ كَانَ قَبْلَهُ، حَتَّى لَمْ يَبْقَ مَعَهُ إِلَّا طَلْحَةُ فَغشَوْهما، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ لِهَؤلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ: أَنَا. فَقَاتَلَ مثْل قِتَالِ جَمِيعِ مَنْ كَانَ قَبْلَهُ وَأُصِيبَتْ أَنَامِلُهُ، فَقَالَ: حَسِّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "لوْ قُلْتَ: بِاسْمِ اللهِ، وذَكرت اسْمَ اللَّهِ، لَرَفَعَتْكَ الملائِكَة والنَّاسُ يَنْظُرونَ إلَيْكَ، حَتَّى تلجَ بِكَ فِي جَوِّ السَّمَاءِ"، ثُمَّ صَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَصْحَابِهِ وَهُمْ مُجْتَمِعُونَ

Imam Baihaqi meriwayatkan di dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis Imarah ibnu Gazyah, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika pasukan kaum muslim terpukul mundur dan meninggalkan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam Perang Uhud bersama sebelas orang lelaki dari kalangan Ansar dan Talhah ibnu Ubaidillah, ketika itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sedang naik ke bukit (mencari posisi yang kuat agar tidak dapat diserang oleh musuh). Maka pasukan kaum musyrik mengejarnya. Lalu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Tidakkah ada seseorang yang menahan mereka?" Talhah berkata, "Akulah yang akan menahan mereka, wahai Rasulullah." Tetapi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Engkau tetap bersamaku, hai Talhah." Maka seorang lelaki dari kalangan Ansar berkata, "Akulah yang menahan mereka, wahai Rasulullah." Lalu lelaki itu berperang, melindungi Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam,sedangkan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam terus naik ke bukit bersama orang-orang yang tersisa. Lelaki Ansar itu gugur dan mereka melanjutkan pengejarannya, maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Adakah seseorang yang mau menahan mereka?" Maka Talhah mengucapkan kata-katanya seperti yang pertama tadi, dan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengucapkan pula sabdanya seperti yang pertama (yakni mencegahnya). Kemudian seorang lelaki Ansar berkata, "Wahai Rasulullah, akulah yang akan menahan mereka." Lalu ia berperang, melindungi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam; sedangkan semua temannya naik ke bukit. Tetapi akhirnya lelaki itu gugur, dan kaum musyrik terus mengejar Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam kembali mengatakan perkataannya yang pertama tadi, dan Talhah selalu menjawabnya, "Wahai Rasulullah, akulah yang menahan mereka," tetapi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam selalu menahannya. Lalu seorang lelaki dari Ansar meminta izin kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam untuk berperang, dan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mengizinkannya, lalu ia berperang seperti teman-teman yang mendahuluinya, hingga tiada yang tersisa bersama Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam selain dari Talhah sendiri. Maka kaum musyrik mengepung keduanya, lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Siapakah yang mau menahan mereka?" Talhah menjawab.”Akulah yang akan menahan mereka." Kemudian Talhah berperang seperti yang dilakukan oleh semua orang yang mendahuluinya, dan dalam perang itu jari tangannya terpotong, lalu ia mengucapkan, "Aduh!" Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Seandainya engkau mengucapkan Bismillah dan menyebut asrna Allah (ketika terkena luka itu), niscaya para malaikat mengangkatmu, sedangkan semua orang melihatmu hingga para malaikat membawamu masuk ke langit. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam naik ke bukit, menyusul sahabat-sahabatnya yang saat itu berkumpul di atas bukit.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki', dari Ismail, dari Qais ibnu Abu Hazim yang mengatakan: Aku melihat tangan Talhah yang pernah dipakai untuk melindungi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam (yakni dalam Perang Uhud) dalam keadaan lumpuh.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Abu Usman An-Nahdi yang menceritakan bahwa tiada seorang pun yang pernah berperang bersama-sama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam peperangan yang dilakukannya masih hidup selain dari Talhah ibnu Ubaidillah dan Sa'd, yakni melalui hadis keduanya.

قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا ابْنُ مَرْوَانَ بْنِ مُعَاوِيَةَ، عَنْ هَاشِمِ بْنِ هَاشِمٍ الزُّهْرِيِّ، قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ المسيَّب يَقُولُ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَاصٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] يقول: نَثُل لي  رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِنَانَتَهُ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ: "ارْمِ فِدَاكَ أبِي وأُمِّي".

Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Hisyam ibnu Hisyam Az-Zuhri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab bercerita; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam Perang Uhud mempersenjatai dirinya dengan panah seraya bersabda: "Bidikkanlah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu."

Hadis tersebut diketengahkan oleh Imam Bukhari, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Marwan ibnu Mu'awiyyah.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Kaisan, dari salah seorang keluarga Sa'd, dari Sa'd ibnu Abu Waqqas, bahwa dia dalam Perang Uhud membidik musuh untuk melindungi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Sa'd mengatakan, "Sesungguhnya aku melihat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam memberikan anak panah kepadaku seraya bersabda: 'Bidikkanlah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu!' hingga beliau memberiku anak panah yang tidak ada ujung besinya. Maka aku pakai juga untuk membidik musuh."

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Ibrahim ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas dari ayahnya yang menceritakan: Aku melihat dalam Perang Uhud di sebelah kanan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan di sebelah kirinya terdapat dua orang lelaki yang memakai pakaian putih, keduanya berperang melindungi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan gigih. Aku belum pernah melihat keduanya, baik sebelum itu ataupun sesudahnya. Yang dimaksud oleh sahabat Sa’d dengan "keduanya' adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail 'alaihissalam

 

Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid dan Sabit, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam Perang Uhud terkucilkan bersama tujuh orang dari kalangan Ansar dan dua orang dari kalangan Quraisy. Ketika pasukan kaum musyrik mengejar beliau, beliau bersabda, "Siapakah yang mau mengusir mereka dari kita, dan baginya surga," atau "Dia akan menjadi temanku di surga." Maka majulah seorang lelaki dari kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Kemudian pasukan kaum musyrik mengejar beliau, maka beliau bersabda, "Siapakah yang mau mengusir mereka dari kita, dan baginya surga." Maka majulah seorang lelaki dari kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Demikianlah seterusnya hingga gugur tujuh orang. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda kepada kedua temannya, "Kita tidak berlaku adil kepada teman-teman kita."

Imam Muslim meriwayatkannya melalui Hudbah ibnu Khalid, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang semakna.

قَالَ أَبُو الْأَسْوَدِ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ أبَيُّ بْنُ خَلَف، أَخُو بَنِي جُمَح، قَدْ حَلَفَ وَهُوَ بِمَكَّةَ لَيَقْتُلَن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا بلغتْ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلْفَتُه قَالَ: "بَلْ أنَا أقْتُلُهُ، إنْ شَاءَ اللَّهُ". فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ أَقْبَلَ أبَي فِي الْحَدِيدِ مُقَنَّعا، وَهُوَ يَقُولُ: لَا نَجَوْتُ إِنْ نَجَا مُحَمَّدٌ. فَحَمَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدُ قتْله، فَاسْتَقْبَلَهُ مُصْعَب بْنُ عُمَير، أَخُو بَنِي عَبْدِ الدَّارِ، يَقِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْسِهِ، فَقُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ، وَأَبْصَرَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرْقُوَة أُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ مِنْ فَرْجةَ بَيْنَ سَابِغَةِ الدِّرْعِ وَالْبَيْضَةِ، وَطَعَنَهُ فِيهَا بِحَرْبَتِهِ، فَوَقَعَ إِلَى الْأَرْضِ عَنْ فَرَسِهِ، لَمْ يَخْرُجْ مِنْ طَعْنَتِهِ دَمٌ، فَأَتَاهُ أَصْحَابُهُ فَاحْتَمَلُوهُ وَهُوَ يَخُورُ خُوار الثَّوْرِ، فَقَالُوا لَهُ: مَا أَجْزَعَكَ إِنَّمَا هُوَ خَدْشٌ؟ فَذَكَرَ لَهُمْ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أقْتُلُ أُبيا". ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ هَذَا الَّذِي بِي بِأَهْلِ ذِي المَجَاز لَمَاتُوا أَجْمَعُونَ. فَمَاتَ إِلَى النَّارِ، فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ.

Abul Aswad meriwayatkan dari Urwah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa dahulu Ubay ibnu Khalaf —saudara lelaki Bani Jumah— telah bersumpah ketika di Mekah, bahwa dirinya benar-benar akan membunuh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Tatkala sumpahnya itu sampai terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda: Tidak, bahkan akulah yang akan membunuhnya, jika Allah mengizinkan. Ketika Perang Uhud berkobar, Ubay maju ke medan perang dengan memakai topi besi yang menutupi seluruh kepalanya seraya berkata, "Aku tidak akan selamat jika Muhammad selamat." Lalu ia langsung maju menyerang ke arah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan maksud untuk membunuhnya, tetapi ia dihadang oleh Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani Abdud Dar) untuk melindungi Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan dirinya, hingga Mus'ab ibnu Umair gugur sebagai tameng Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Saat itu juga Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melihat tenggorokan Ubay ibnu Khalaf yang tampak di antara celah topi besi dan baju besinya, lalu beliau menusuk celah tersebut dengan tombak pendeknya, hingga Ubay ibnu Khalaf terjatuh dari kudanya ke tanah, tetapi dari tusukan itu tidak ada darah yang mengalir. Teman-teman Ubay ibnu Khalaf datang membopongnya, sedangkan Ubay ibnu Khalaf menjerit-jerit seperti suara sapi jantan (karena kesakitan). Lalu mereka berkata kepadanya, "Apakah yang membuatmu merintih, sesungguhnya luka ini hanyalah goresan saja." Kemudian disampaikan kepada mereka sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang mengatakan, "Tidak, bahkan akulah yang akan membunuh Ubay." Kemudian Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya apa yang telah menimpaku ini ditimpakan kepada penduduk Zul Majaz, niscaya mereka mati semuanya." Akhirnya Ubay ibnu Khalaf mati dan dimasukkan ke dalam neraka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11)

Musa ibnu Uqbah di dalam kitab Magazi-nya telah meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dengan lafaz yang semisal.

Muhammad ibnu Ishaq menceritakan, ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam keadaan terjepit di lereng bukit, Ubay ibnu Khalaf mengejarnya seraya berkata, "Aku tidak akan selamat jika engkau selamat." Maka pasukan kaum muslim berkata, "Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang menghadangnya dari kalangan kita." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Biarkanlah dia!' Ketika Ubay mendekat kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengambil sebilah tombak dari Al-Haris ibnus Summah. Menurut yang diceritakan kepadaku dari salah seorang kaum yang hadir, disebutkan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengambil tombak itu dari Al-Haris ibnus Summah, maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terlebih dahulu menggerak-gerakkan tombak itu sekali gerak hingga kami semua menjauh, bagaikan bulu unta yang berterbangan bila seekor unta menggerak-gerakkan tubuhnya. Kemudian Ubay dihadapi oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, dan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam langsung dapat menusuknya pada lehernya dengan sekali tusuk, hingga Ubay ibnu Khalaf terjatuh berkali-kali dari atas kudanya karena tusukan tersebut.

Al-Waqidi meriwayatkan dari Yunus ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya hal yang semisal.

Al-Waqidi mengatakan, Ibnu Umar pernah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf mati di Lembah Rabig. Sesungguhnya aku melewati Lembah Rabig sesudah malam hari tiba, ternyata aku melihat api yang menyala-nyala di hadapanku hingga aku takut. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki keluar dari api itu dalam keadaan dibelenggu dengan rantai; ia diseret dan dalam keadaan terbakar oleh kehausan. Tiba-tiba aku melihat ada seorang lelaki lain berkata, "Jangan beri dia minum, karena sesungguhnya orang ini adalah orang yang terbunuh oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Inilah Ubay ibnu Khalaf."

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui riwayat Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

«اشْتَدَّ غَضَبُ اللَّهِ على قوم فعلوا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَهُوَ حينئذ يشير إلى رباعيته- واشتد غَضَبُ اللَّهِ عَلَى رَجُلٍ يَقْتُلُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»

Murka Allah sangat keras terhadap suatu kaum yang berani melakukan hal ini —seraya mengisyaratkan kepada gigi serinya— kepada diri Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Dan murka Allah sangat keras terhadap lelaki yang dibunuh oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam perang sabilillah.

Imam Bukhari mengetengahkannya melalui hadis Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa murka Allah amat keras terhadap orang yang telah dibunuh oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan tangannya dalam perang sabilillah. Murka Allah amat keras terhadap suatu kaum yang berani melukai wajah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa gigi seri Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dirontokkan dan pelipisnya dilukai, juga bibirnya. Orang yang berani melakukan demikian terhadap diri beliau adalah Atabah ibnu Abu Waqqas.

فَحَدَّثَنِي صَالِحُ بْنُ كَيْسان، عَمَّنْ حَدَّثَهُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ قَالَ: مَا حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ أَحَدٍ قَط مَا حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ عُتْبة بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ وَإِنْ كَانَ مَا عَلِمْتُهُ لَسَيِّئَ الخلُق، مُبْغَضًا فِي قَوْمِهِ، وَلَقَدْ كَفَانِي فِيهِ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى مَنْ دَمَّى وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ".

 

Saleh ibnu Kaisan meriwayatkan dari orang yang menceritakan hadis ini dari Sa'd ibnu Abu Waqqas. Disebutkan bahwa Sa'd ibnu Abu Waqqas pernah berkata, "Aku belum pernah ingin membunuh seseorang seperti keinginanku untuk membunuh Atabah ibnu Abu Waqqas. Menurut sepengetahuanku, dia adalah orang yang jahat perangainya lagi dibenci di kalangan kaumnya. Sesungguhnya telah cukup bagiku mengenai dirinya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang mengatakan: 'Murka Allah amat keras terhadap orang yang berani melukai wajah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam'."

قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا معْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عن عُثْمَانَ الجزَري، عَنْ مقْسَم؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلَى عُتْبةَ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ يَوْمَ أحُد حِينَ كَسر رَبَاعيتَه ودَمى وَجْهَهُ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تَحُلْ عَلَيْهِ الْحَوْل حَتَّى يموتَ كَافِرًا". فَمَا حَالَ عَلَيْهِ الحولُ حَتَّى مَاتَ كَافِرًا إِلَى النَّارِ

Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Usman Al-Hariri, dari Miqsam, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah mendoakan kebinasaan atas Atabah ibnu Abu Waqqas dalam Perang Uhud, yaitu ketika Atabah berani merontokkan gigi serinya dan melukai wajahnya. Beliau Shalallahu'alaihi Wasallam berdoa: Ya Allah, janganlah engkau lewatkan atas dirinya masa satu tahun sebelum dia mati dalam keadaan kafir. Ternyata belum lagi lewat masa satu tahun, dia telah mati dalam keadaan kafir dan masuk neraka.

Al-Waqidi meriwayatkan dari Ibnu Abu Sabrah, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Farwah, dari Abul Huwairis, dari Nafi' ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar seorang Muhajirin menceritakan kisah berikut, bahwa ia ikut dalam Perang Uhud, dan menyaksikan anak-anak panah bertaburan dari berbagai arah mengarah ke suatu tempat, sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berada di tengah-tengah tempat itu, tetapi semua anak panah meleset darinya. Sesungguhnya ia melihat Abdullah ibnu Syihab Az-Zuhri pada hari itu (Perang Uhud) mengatakan, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad, aku tidak akan selamat jika dia selamat," padahal saat itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam berada di sebelahnya tanpa ditemani oleh seorang pun, kemudian Abdullah ibnu Syihab Az-Zuhri melewatinya. Maka Safwan mencelanya karena peristiwa tersebut. Tetapi Ibnu Syihab menjawabnya, "Demi Allah, aku tidak melihatnya, aku bersumpah dengan nama Allah bahwa dia terlindungi dari kita. Kami berangkat bersama empat orang, dan kami berjanji untuk membunuhnya, tetapi kami tidak dapat melakukan hal tersebut." Al-Waqidi mengatakan, menurut apa yang telah terbuktikan pada kami, orang yang melukai kedua pelipis Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam adalah Ibnu Qumaiah, sedangkan yang melukai bibirnya dan merontokkan gigi serinya adalah Atabah ibnu Abu Waqqas.

قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ الله، أَخْبَرَنِي عِيسَى بْنُ طَلْحَةَ، عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، إِذَا ذَكَرَ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ كُله لِطَلْحَةَ، ثُمَّ أَنْشَأَ يُحَدِّثُ قَالَ: كُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَاء يَوْمَ أُحُدٍ، فَرَأَيْتُ رَجُلًا يُقَاتِلُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُونَهُ -وَأُرَاهُ قَالَ: حَميَّة فَقَالَ فَقُلْتُ: كُنْ طَلْحَةَ، حَيْثُ فَاتَنِي مَا فَاتَنِي، فَقُلْتُ: يَكُونُ رَجُلًا مِنْ قَوْمِي أَحَبُّ إِلَيَّ، وَبَيْنِي وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ رَجُلٌ لَا أَعْرِفُهُ، وَأَنَا أَقْرَبُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ، وَهُوَ يَخْطِفُ الْمَشْيَ خَطْفًا لَا أَحْفَظُهُ فَإِذَا هُوَ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَقَدْ كُسِرَتْ رَبَاعِيتُه وشُجّ فِي وَجْهِهِ، وَقَدْ دَخَلَ فِي وَجْنَته حَلْقَتَانِ مِنْ حِلَق المِغْفَر، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَليكُما صَاحِبَكُما". يُرِيدُ طَلْحَةَ، وَقَدْ نَزَفَ، فَلَمْ نَلْتَفِتْ إِلَى قَوْلِهِ، قَالَ: وَذَهَبْتُ لِأَنْ أَنْزِعَ  ذَلِكَ مِنْ وَجْهِهِ، فَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ: أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي. فَتَرَكْتُهُ، فَكَرِهَ أَنْ يَتَنَاوَلَهَا بِيَدِهِ فَيُؤْذِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأزَمَّ عَلَيْهَا بِفِيهِ فَاسْتَخْرَجَ إِحْدَى الْحَلْقَتَيْنِ، وَوَقَعَتْ ثَنيَّته مَعَ الْحَلْقَةِ، ذَهَبْتُ لِأَصْنَعَ مَا صَنَعَ، فَقَالَ: أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي، قَالَ: فَفَعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْمَرَّةِ الْأُولَى، فَوَقَعَتْ ثَنِيَّتُهُ الْأُخْرَى مَعَ الْحَلْقَةِ، فَكَانَ أَبُو عُبَيْدَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَحْسَنَ النَّاسِ هَتْما، فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ أَتَيْنَا طَلْحَةَ فِي بَعْضِ تِلْكَ الْجِفَارِ، فَإِذَا بِهِ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ أَقَلُّ أَوْ أَكْثَرُ مِنْ طَعْنَةٍ ورَمْيَة وَضَرْبَةٍ، وَإِذَا قَدْ قُطعَتْ إِصْبَعُهُ، فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِهِ.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Talhah ibnu Ubaidillah, telah menceritakan kepadaku Isa ibnu Talhah, dari Ummul Mukminin Radhiyallahu Anhu yang menceritakan bahwa sahabat Abu Bakar apabila teringat akan Perang Uhud, ia selalu mengatakan, "Hari itu keseluruhannya merupakan hari bagi Talhah." Selanjutnya Abu Bakar menceritakan peristiwa tersebut, bahwa dia adalah orang yang mula-mula kembali ke medan perang dalam Perang Uhud. Lalu ia melihat seorang lelaki yang sedang bertempur dengan gigihnya bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam untuk melindunginya. Lalu aku (Abu Bakar) berkata, "Mudah-mudahan engkau adalah Talhah, mengingat aku sendiri tidak dapat melakukannya karena ada halangan yang menghambatku. Kalau memang demikian, berarti dia (Talhah) adalah seorang lelaki dari kaumku yang paling aku cintai." Saat itu antara aku (Abu Bakar) dan pasukan kaum musyrik terdapat seorang lelaki yang tidak aku kenal, sedangkan posisiku lebih dekat kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam ketimbang dia. Dia berjalan dengan langkah-langkah yang tidak kukenal sebelumnya, tetapi cukup cepat. Setelah dekat, temyata dia adalah Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Ketika aku sampai kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, kujumpai gigi serinya rontok dan wajahnya terluka, dua mata rantai dari kerudung besinya melukai pipi beliau. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Kamu berdua harus menolong teman kamu," yang beliau maksud adalah Talhah. Saat itu darah mengucur dari luka beliau, maka kami tidak mempedulikan ucapan beliau. Aku segera bersiap-siap mencabut kedua mata rantai itu dari wajahnya, tetapi Abu Ubaidah berkata, "Aku mohon kepadamu, biarkanlah aku yang menangani ini." Maka aku biarkan dia melakukannya. Abu Ubaidah tidak suka mencabut dengan tangannya karena khawatir akan membuat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kesakitan, maka ia menggigit dengan mulutnya. Ia dapat mencabut salah satu dari kedua mata rantai, tetapi bersamaan dengan itu satu gigi serinya rontok. Maka aku (Abu Bakar) bermaksud untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Abu Ubaidah, tetapi Abu Ubaidah berkata, "Aku mohon kepadamu, biarkanlah aku yang melakukan ini." Maka ia lakukan seperti yang ia lakukan pada pertama kalinya tadi, dan gigi serinya rontok pula bersama tercabutnya mata rantai terakhir. Sejak itu Abu Ubaidah adalah orang ompong yang paling baik. Setelah kami merawat dan mengobati Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, kemudian kami menemui Talhah yang ada di salah satu galian, ternyata kami jumpai pada tubuhnya kurang lebih tujuh puluh luka akibat tusukan tombak, pukulan pedang, dan lemparan panah. Kami jumpai pula jari telunjuknya terpotong, maka kami urus jenazahnya.

Al-Haisam ibnu Kulaib dan Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Ishaq ibnu Yahya dengan lafaz yang sama.

Tetapi di dalam riwayat Al-Haisam disebutkan bahwa Abu Ubaidah mengatakan, "Aku mohon kepadamu, hai Abu Bakar, biarkanlah aku yang melakukan ini." Lalu Abu Ubaidah mencabut panah itu dengan mulutnya secara pelan-pelan karena takut membuat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam kesakitan. Akhimya anak panah itu berhasil ia cabut, tetapi bersamaan dengan itu gigi serinya rontok. Lalu Al-Haisam melanjutkan kisahnya. Hadis ini dipilih oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya.

Ali ibnul Madini menilai daif hadis ini ditinjau dari jalur Ishaq ibnu Yahya. Karena sesungguhnya Ishaq ibnu Yahya dibicarakan mempunyai kelemahan oleh Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, Imam Ahmad, Yahya ibnu Mu'in, Imam Bukhari, Abu Zar'ah, Abu Hatim, Muhammad ibnu Sa'd, Imam Nasai serta lain-lainnya.

قَالَ ابْنُ وَهْب: أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ عُمَر بْنَ السَّائِبِ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ بَلَّغَهُ أَنَّ مَالِكًا أَبَا [أَبِي] سَعِيدٍ الخُدْري لمَّا جُرِحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ مَصّ الْجُرْحَ حَتَّى أَنْقَاهُ وَلَاحَ أَبْيَضَ، فَقِيلَ لَهُ: مُجَّه. فَقَالَ: لَا وَاللَّهِ لَا أَمُجُّهُ أَبَدًا. ثُمَّ أَدْبَرَ يُقَاتِلُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فلينظُرْ إِلَى هَذَا " فَاسْتُشْهِدَ

Ibnu Wahb meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Umar ibnus Saib pernah menceritakan kepadanya bahwa Malik (yaitu ayah sahabat Abu Sa'id Al-Khudri) ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terluka dalam Perang Uhud, maka ia menyedot luka itu dengan mulutnya hingga bersih dan tampak putih. Lalu dikatakan kepadanya, "Ludahkanlah!" Malik menjawab, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengeluarkannya untuk selama-lamanya." Kemudian Malik berbalik dan maju bertempur, maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang ingin melihat seorang lelaki dari penduduk surga, hendaklah ia memandang orang ini. Akhirnya Malik gugur sebagai syuhada.

Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Abdul Aziz ibnu Abu Hazm, dari ayahnya, dari Sahl ibnu Sa'd, bahwa ia pernah ditanya mengenai luka yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Maka ia menjawab: Wajah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terluka dan gigi serinya rontok serta topi besi yang ada di kepalanya pecah. Maka Siti Fatimah mencuci darahnya, dan sahabat Ali mengucurkan air dengan tameng. Ketika Fatimah melihat bahwa air tidak dapat menghentikan darah, bahkan justru bertambah banyak; maka ia mengambil sepotong tikar, lalu ia bakar hingga menjadi abu, kemudian abunya ia tempelkan ke anggota yang luka, maka barulah darah berhenti.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

فَأَثابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ

Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan. (ali Imran: 153)

Yakni Allah membalas kalian dengan kesusahan di atas kesusahan yang lain. Perihalnya sama dengan perkataan orang-orang Arab, "Engkau tinggal di Bani Fulan, juga tinggal di Bani Anu." Menurut Ibnu Jarir, demikian pula makna firman-Nya:

وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ

dan  sesungguhnya  aku  akan  menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. (Taha: 71)

'Ala juzu'in nakhli, artinya pada pangkal pohon kurma.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kesusahan pertama disebabkan kekalahan dan ketika diserukan bahwa Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam telah terbunuh. Sedangkan kesusahan yang kedua ialah ketika pasukan kaum musyrik menduduki posisi yang lebih tinggi daripada mereka di atas bukit, dan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

«اللَّهُمَّ لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَعْلُونَا»

Ya Allah, mereka tidak boleh lebih tinggi daripada kita.

Dan diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf, bahwa kesusahan yang pertama disebabkan kekalahan, sedangkan kesusahan yang kedua terjadi ketika diserukan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam telah terbunuh. Berita yang kedua ini mereka rasakan lebih berat ketimbang kekalahan yang mereka derita.

Kedua asar tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Umar ibnul Khattab. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah.

As-Saddi mengatakan bahwa kesusahan pertama disebabkan telah luput dari mereka ganimah dan kemenangan. Kesusahan yang kedua karena musuh beroleh kemenangan atas mereka.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan. (Ali Imran: 153) Yaitu kesusahan di atas kesusahan, dengan terbunuhnya sebagian di antara saudara-saudara kalian, musuh kalian menang atas kalian, dan kesedihan yang mencekam hati kalian ketika mendengar bahwa Nabi kalian telah dibunuh. Hal tersebut terjadi menimpa kalian secara berturut-turut, hingga menjadi kesedihan di atas kesedihan.

Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa kesusahan pertama karena mereka mendengar bahwa Nabi Muhammad dibunuh, kesusahan yang kedua ialah pembunuhan dan pelukaan yang diderita mereka dalam perang itu. Telah diriwayatkan dari Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas hal yang sebaliknya.

Diriwayatkan dari As-Saddi bahwa kesedihan yang pertama karena kemenangan dan ganimah terlepas dari tangan mereka. Kesedihan kedua karena musuh dapat mengalahkan mereka dan berada di atas mereka. Pendapat ini telah disebut keterangannya dari As-Saddi.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar di antara semuanya ialah pendapat orang yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan. (Ali Imran: 153) karena itu, Allah menggantikan nikmat kalian —hai orang-orang mukmin— dengan terhalangnya kalian mendapat ganimah dari kaum musyrik dan kemenangan atas mereka serta mendapat bantuan untuk menghadapi mereka, sehingga kalian banyak yang gugur dan mengalami luka-luka pada hari itu. Padahal pada mulanya Allah telah memperlihatkan kepada kalian dalam kesemuanya itu hal-hal yang kalian sukai. Hal ini terjadi karena kalian durhaka terhadap Tuhan kalian dan kalian berani melanggar perintah nabi kalian. Kini kalian menjadi sedih setelah kalian menduga bahwa nabi kalian telah dibunuh, musuh berhasil memukul mundur kalian, dan keadaannya menjadi terbalik.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{لِكَيْلا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ}

supaya kalian jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian. (Ali Imran: 153)

Yakni ganimah dan kemenangan atas musuh kalian yang luput dari tangan kalian.

{وَلا مَا أَصَابَكُمْ}

dan terhadap apa yang menimpa kalian. (Ali Imran: 153)

Yaitu berupa luka-luka yang banyak dialami oleh kalian, juga yang terbunuh. Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas, Abdur Rahman ibnu Auf, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.

{وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}

Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Ali Imran: 153)

Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Mahaagung lagi Mahatinggi. (Androidkit FM)

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi