لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَـبُّـبًا اِلى العَطَاءِ مِنْهُ فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ وَاليَكُنْ طَلَبُكَ لاِظْهارِ العُبُودِ يَّةِ وَقياماً بِحُقُوقِ الرُّبُوبيَّةِ
“ Jangan sampai do’a permintaanmu itu engkau jadikan alat/ sebab untuk mencapai pemberian الله (jangan punya i’tiqod bahwa pemberian الله itu sebab do’amu), niscaya akan kurang pengertianmu (makrifatmu) kepada الله, tetapi hendaknya do’a permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukkan kerendahan, kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap keTuhanannya الله."
الله سبحانه وتعالى. Telah memerintahkan hambaNya untuk berdo’a dan meminta kepadaNya, tujuan utamanya hanya supaya hamba benar-benar menunjukkan sifat fakir, hina dan bodohnya dihadapan الله, bukan untuk sebab/ alat menghasilkan apa yang diminta.
Hikmah dan pemahaman ini bagi orang yang sudah Arif billah, yang mereka tidak pernah berhenti dan bosan meminta kepada الله, walaupun tidak diberikan apa yang diminta, bagi mereka antara diberi atau tidak itu sama saja, sehingga mereka selalu menjadi hamba الله dalam segala keadaan.
Syeih Abul Hasan As-Syadzily رضي الله عنه. Berkata: Janganlah yang menjadi tujuan dari do’amu itu tercapainya hajat kebutuhanmu, maka jika demikian berarti engkau terhijab dari الله, tetapi seharusnya tujuan do’a itu untuk munajat kepada الله, yang memeliharamu, menciptakan dirimu. Dan bala’ dan bencana yang memaksa engkau berdo’a kepada الله, itu lebih baik daripada menerima nikmat kesenangan yang melupakan kepada الله dan menjauhkan daripadaNya.
كَيْفَ يَكُونُ طَلَبُكَ اللاَّحِقَُ سَبـبًا فى عَطَاءِـهِ السَّابِقِ
“Bagaimana mungkin permintaanmu yang datang belakangan, itu bisa menjadi sebab pemberian الله yang telah ditetapkan dan diputuskan lebih dahulu."
جَلَّ حُكْمُ الاَزَلِ اَنْيُضَافَ اِلى الْعلَلِ
“ Maha suci hukum (putusan) الله yang telah pasti dalam azal, jika disandarkan kepada sebab musabab(‘ilat) ."
Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yang baru sekarang, itu menjadi sebab pemberian الله yang sudah lalu. Sesungguhnya keputusan الله dalam menentukan peraturan alam ini sudah ditentukan/tetapkan dalam zaman ‘azal sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk termasuk kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya الله sudah menentukan apa yang diberikan kepada kita. Yakni الله sudah memberi sebelum kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/ belum pernah meminta hidup tapi الله sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam alam kandungan sampai kita lahir, dan dimasa kanak-kanak, kita belum pernah meminta bahkan belum tahu caranya meminta hajat kebutuhan kita, الله sudah terlebih dahulu memberikan semua hajat kebutuhan kita sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu sama berlaku seterusnya.
Karena itu jangan mengira seolah-olah الله lupa dengan hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan الله supaya memberikan hajat kebutuhanmu. Kalau memang demikian kepercayaanmu terhadap الله, berarti benar-benar engkau belum mengenal الله dalam sifat kesempurnaanNya.
Segala sesuatu yang terjadi dialam ini, semata-mata dari qudrat dan irodatnya الله secara mutlak, sehingga tidak disandarkan pada ‘ilat/ sebab musabab (karena ini dan itu).
عِنَايَـتـُهُ فِيْـكَ لالِشَْىءٍ مِنْكَ وَايْنَ كُنْتَ حِينَ وَاجَهَـتـْكَ عِنَـَايَتـُهُ وَقَا بَلَتـْكَ رِعَايَتـُهُ لَمْ يَكُنْ فِى اَزَلِهِ اِخلاََصُ اَعْماَلٍِ وَلاَ وُجُدُ اَحْوَالٍ بَلْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ الاَّ مَحْضُ الاِفْضال وَعَظيمُ النَّوّالِ
“ Pemberian dan perhatian الله kepadamu itu bukan karena sesuatu yang keluar/ muncul dari kamu (seperti do’a dan amal sholih), buktinya: dimanakah kamu ketika الله menetapkan karunianya kepadamu di zaman ‘azal? ( di zaman ‘azal kamu dimana? Kamu tidak ada, kamu juga tidak berbuat apa-apa), di saat itu (zaman ‘azal) tidak ada do’a atau amal yang ikhlas atau akhwal, bahkan tidak ada apa-apa ketika itu kecuali hanya semata-mata anugerah karunia dan pemberian الله yang agung."
الله sudah melengkapi dan memenuhi hajat kebutuhan kita di saat kita sendiri belum mengerti apa saja kebutuhan kita, maka dari itu coba kita pikirkan dan perhatikan perhatian dan pemberian الله pada kita semenjak kita masih berupa air mani, sama sekali kita belum bisa berdo’a dan beramal, tetapi perlengkapan yang diberikan الله kepada kita tidak berkurang sedikitpun, dan selanjutnya hingga kita lahir, masa kanak-kanak, dewasa dan tua, karunia dan pemberian serta perhatian الله kepada kita tidak berubah.
Dan semua itu tidak bersandar pada amal atau do’a kita. Tapi semata-mata kekuasaan dan kehendak الله yang mutlak.
Sumber : https://telegram.me/kitabhikam
Komentar
Posting Komentar