Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf |
Forum Muslim - Siapa yang tak mengenal Al-Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf. Jadwalnya sangat padat, hampir setiap malam, menggemakan shalawat dari kota ke kota, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai Negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei bahkan Hongkong.
Setiap kali Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf tampil dengan lantunan shalawatnya, ribuan bahkan puluhan ribu jamaah hadir, tak terkecuali para penggemarnya yang menamakan dirinya Syechermania.
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara Alm. Al-Habib Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf (tokoh alim dan imam Masjid Jami' Asegaf di Pasar Kliwon Solo).
Berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.
Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo.
Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama'ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan.
Berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .
Sebenarnya banyak tokoh yang membuat saya untuk giat berdakwah, ujar Habib Syekh. Namun jika boleh mengatakan, tokoh yang paling menginspirasi adalah ayah saya sendiri (Habib Abdul Qadir Assegaf). Beliau adalah guru utama saya. Beliaulah yang telah mencetak saya hingga bisa seperti ini.
Saya tidak pernah bermukim di sebuah pondok, karena pondok saya adalah ayah saya sendiri. Pondok saya adalah majelis atau masjid –tepatnya- di Masjid Assegaf, Wiropaten, Pasar Kliwon, Solo, dimana ayah menjadi imam.
Setiap selesai Maghrib sampai menjelang jamaah Isya’, ayah selalu mengajak saya untuk mengikuti halaqah keilmuan, belajar al-Qur’an, membaca aurad (wirid-wirid) yang selalu menjadi keistiqamahan beliau.
Di Masjid Assegaf itu pula, saya ikut berkhidmah membersihkan masjid seperti menyapu atau mengepel. Dan itu saya lakukan sejak duduk di bangku SD.
Sejak kecil, Allah mengaruniai saya “suara”. Dan ayah senang sekali dengan suara saya. Lantas, beliau menyuruh untuk selalu mengumandangkan adzan dan iqamah setiap kali mau melaksanakan shalat berjamaah. Kadang juga beliau menyuruh saya untuk menjadi bilal khutbah Jumat.
Ayah saya bukanlah orang yang masyhur, tapi beliau sangat khusyuk dan cinta mati dengan masjid. Apapun sakitnya, bagaimanapun kondisinya, selagi masih bisa berdiri maka beliau tetap mengimami. “Masjid adalah istriku yang pertama,” itulah yang diujarkan sang ayah dalam menunjukkan kecintaan beliau pada masjid.
Hingga akhirnya, Allah memberi hadiah dengan mengambil nyawanya saat sujud dalam shalat Jumat terakhir. Saat itu beliau juga menjadi imam.
Ayah inilah inspirator bagi saya. Sosok yang tidak dikenal dan mengenal siapa-siapa, hanya para fakir dan miskin. Bagi beliau, kaya atau miskin, tua atau muda, laki atau perempuan hakikatnya mempunyai kedudukan yang sama.
Riwayat hidupnya –masyaAllah– luar biasa (melarat) menurut saya. Namun sungguh nikmat menurut beliau. Sesuai dengan dawuh bahwa semua yang dihadirkan oleh Allah di bumi ini akan menjadi nikmat selama kita arahkan kepada Allah. Lain halnya jika semuanya kita arahkan kepada dunia.
Adakah tokoh lain yang mejadi inspirator Habib Syech Abdul Qodir Assegaf dalam berdakwah, selain sang ayah?
Tokoh lain tentu saja ibu saya. Sadar, bahwa saya bukan orang pandai, bukan seorang alim, tapi beliaulah yang selalu memotivasi hingga diri ini mempunyai keinginan yang kuat dalam berdakwah.
Selanjutnya, ada nama Habib Anis Solo. Beliau ibarat rumah baru bagi saya. Sosok satu ini dikenal sebagai ahli dzauq (rasa) sekaligus guru dalam akhlak, tidak ada duanya.
Dalam satu mimpi, sewaktu ta’ziyah ke adik ipar di Madiun, saya diperintah ayah untuk mengumandangkan iqamah untuk salat Ashar. Hadir juga disitu Habib Anis. Ayah berkata: “Wahai Anis, masuklah kamu jadi imam dan saya menjadi makmum.”
Mimpi tersebut, menurut saya, adalah isyarat agar mengikuti (belajar) ke majelis Habib Anis di masjid Riyadh, Solo. Karena disaat itu pula saya merasa kebingungan setelah kehilangan sosok panutan (sang ayah) sewaktu saya berada di Arab Saudi.
Bersama Ustadz Najib bin Thoha, saya menghadiri majelis beliau setiap siang sekitar pukul 11 sampai setengah satu siang di Masjid Riyadh. Ustadz Najib inilah yang juga ikut berperan mengajak saya belajar ke Habib Anis.
Satu lagi figur yang telah berjasa dalam melatih mental saya adalah Habib Ahmad bin Abdurrahman, paman saya dari Hadramaut. Pendidikan yang telah diberikan kepada saya sungguh luar biasa. Hampir setiap saat saya dicaci, disalahkan, selalu disalahkan meski saya tidak salah. Saya juga tidak tahu mengapa beliau menyalahkan saya, hampir saya tidak kuat menerima.
Setelah kedatangan paman ke indoneisa untuk kesekian kalinya, saya baru menyadari bahwa cacian, hinaan, tekanan dari sang paman adalah sebuah pembelajaran agar saya menjadi orang yang kuat, tahan terhadap berbagai cacian, hinaan, umpatan dan seterusnya.
Hal itu terungkap setelah saya menghubungi salah satu teman yang mendampingi kedatangan beliau ke Indonesia. Teman tersebut mengatakan bahwa Habib Ahmad bin Abdurrahman adalah orang yang cinta dan kagum dengan pribadi saya.
Semoga bermanfaat.
اللهم صل على سيدنا محمد
Sumber : Khamid Quraisy
Komentar
Posting Komentar