اِنَّماَ اَوْرَدَ عليكََ الوَارِدِ لِتَكُونَ بِهِ عليهِ واَرِداً
"Sesungguhnya Tuhan memberikan kepadamu warid [yaitu ilmu pengertian atau perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa benar-benar akan kebesaran karunia الله], hanya semata-mata supaya engkau mendekat dan masuk kehadirat الله.”
WARID itu kadang diartikan dengan pemberian الله pada hambanya berupa ilmu ladunni dan pemahaman tentang ketuhanan-الله, yang menjadikan terang hatinya. Kadang diartikan bertajallinya الله pada hati hamba, meskipun si hamba tidak bisa merasakan karena terlalu tebalnya sifat kemanusiaannya. dan juga bisa disamakan dengan Ahwal. Jadi warid dengan Hal itu sama artinya. Seperti yang dimaksudkan muallif:
اَورَدَ عليْكَ الوَارِدَ لِيَتَسَلَّمَكَ مِنْ يَدِ الاَغْياَرِ وَلِيُحَرِّرَكَ مِنْ رَقَ الاَثاَرِ
"Allah memberikan warid itu semata-mata untuk menyelamatkan engkau dari cengkeraman benda-benda, dan membebaskan dari perbudakan segala sesuatu selain الله سبحانه وتعالى.”
Aghyar dan atsar yaitu: kepentingan duniawi dan kesenangan hawa nafsu.keduanya bagaikan orang yang ghosob (mengambil) dirimu karena kamu senang dan bergantung pada keduanya. lalu الله mendatangkan warid kepadamu untuk menyelamatkan kamu dari tangan orang yang ghosob dan membebaskan kamu dari orang yang memperbudak kamu (aghyar dan atsar). sehingga makhluk tidak punya bagian dan persekutuan dalam dirimu. sehingga kamu pantas menghadap kehadirat Ilahi.
اَورَدَ عليْكَ الوَارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجُودِكَ اِلٰى فَضاَءِ شُهُودِكَ
"Allah memberikan kepadamu warid [karunia-Nya] supaya engkau keluar/ terlepas dari kurungan bentuk kejadian dan sifat-sifatmu, ke alam luar yang berupa ma'rifat, mengenal kebesaran kekuasaan dan karunia Tuhanmu.”
Dalam tiga pelajaran berkenaan dengan warid [karunia Tuhan] yang pertama diberikan kepadamu, supaya engkau ringan melakukan taat beribadah dan mendekat kehadirat الله Azza wa Jalla, tetapi kemungkinan kurang ikhlas, maka diturunkan warid yang kedua untuk melepaskan dari tujuan kepada sesuatu selain الله, sedang warid yang ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat-sifat dan wujud yang sempit kepada alam yang luas, melihat kebesaran Tuhan yang tidak terbatas sehingga lupa kepada diri dan hanya ingat kepada الله semata-mata.
Syeih Abul-qosim an-Nashrobady berkata: penjaramu yaitu dirimu sendiri (hawa nafsumu), kalau kamu bisa keluar dari dirimu, maka kamu akan enak selamanya.
Sumber : https://telegram.me/kitabhikam
Komentar
Posting Komentar