Langsung ke konten utama

Satu Sisi Kehidupan Kiai Syafi'i Hadzami

KH Syafi'i Hadzami
KH Syafi'i Hadzami

 
Puluhan tamu, tetangga dekat maupun tetangga jauh, santriku atau bukan, menyantap apa saja yang dibawa pulang istri-anakku dari pasar. Alhamdulillah, guru-guruku pun sempat hadir di kediamanku yang tidak bisa dibilang megah.
 
Menjamu hadirin dalam kenduri, bukan keberatan berarti bagi kebanyakan masyarakatku. Dengan dalil agama atau tidak, ini sudah watak.
 
Dua hari setelahnya, sebagian mereka yang memiliki kesempatan berlebih, mengantarku ke kapal yang mengangkutku ke tanah suci. Terang saja sedikit ramai, maklum di bilangan Jakarta ini aku dianggap guru agama juga oleh mereka.

Segera kusambar tangan mertuaku yang terjulur. Dengan sedikit membungkuk, kucium bolak-balik tangan bapak mertua. "Lu jaga diri baik-baik di sana. Urusan doa dan amalan apa, paham gua mah, lu lebih ngarti dah," wanti-wanti mertua.

Beberapa patah kata masih melompat sejenak dari mulutnya. Ia mendoakanku dan memohon agar aku mendoakannya kelak di tanah suci. Seingatku, inilah saat paling dekat antara aku dan mertua. Dengan iringan doa mereka dan doaku, aku berlayar.

Sekian lama berlayar, akhirnya kakiku kembali berpijak di timur tengah. Mekkah malam menyuguhkan dingin yang membekukan. Angin tajam menusuk tulang bagai jarum-jarum halus. Kalau tidak terbiasa hidup sederhana, tentu aku sudah kembali ke tanah air. Untung aku tidak sendiri. Aku ada di tengah ratusan ribu orang. Jemaah haji melantunkan apa saja yang sekiranya dapat mendekatkan kepada Tuhan seru sekalian alam. Kalau sudah dekat, entah apa yang mereka harap, bukan menjadi urusanku. Itu semua berpulang kepada hak pribadi masing-masing.

Aku pun demikian. Segala daya kumanfaatkan untuk mengamalkan sunah sesuai dengan waktu dan tempatnya. Inilah panggilan tanah suci untuk kedua kalinya kutunaikan kewajiban haji. Ya, ini tahun 1960-an. Di tengah ratusan ribu, aku laiknya sebutir di keluasan ladang pasir. Aku tidak lebih berharga dari yang lain. Semua memuji kebesaranNya, tidak kecuali aku.

Mumpung di sini pikirku, aku beranjangsana ke kediaman para ulama-ulama ahlussunah di tanah haram. Salah satunya, Syekh Yasin Alfadani. Darinya, aku mendapatkan banyak hal; kitab, ijazah, dan teristimewa doa.

Toko kitab, tidak kuluputkan. Langsung saja kuminta tafsir Alkassyaf, yang selama ini dilarang membacanya oleh Habib Ali bin Husein Alatas, guruku di Cikini. Ya, guruku ini cukup istimewa. Lain dengan kebanyakan habib, penguasaannya terhadap kitab-kitab besar sangat teruji. Kecuali itu, zikirnya tak pernah putus. Bicaranya jangan ditanya, ia pendiam fanatik.

Tetapi memang aku ini santri yang nakal. Apa yang dilarang, malah kukerjakan. Lepas merogoh beberapa rial yang tidak sampai hitungan menit berpindah ke tangan penjaga toko, aku segera menggondol tafsir itu. Aku kembali ke pondok dengan riangnya. Pertama, karena sudah tahallul, artinya aku sudah melepaskan pakaian ihram. Kedua, akhirnya aku sudah memiliki tafsir itu, sekurangnya setengah penasaranku terobati sudah.

Tiba di tanah air, tetangga dan sejumlah santriku membawa pulang sekadarnya oleh-oleh yang kubawa. Barang-barang itu, tak lain adalah barang lazimnya yang dibawa pulang oleh jemaah lain. Bukan barang istimewa sama sekali, selain air zam-zam yang mengandung keberkahan tersendiri.

Sepi dari tamu adalah hal yang kutunggu. Artinya aku dengan kesabaran yang tipis, dapat langsung membuka tas yang berisi tafsir itu. Aku ingin tahu apa sebenarnya pandangan tafsir yang tidak laik kubaca. Aku kaget bukan main. Tafsir yang kubeli melayang entah kemana. Retina mata kulebarkan. Pantatku bergeser dari kursi lalu bertopang di atas kedua kaki. Aku berjongkok lalu menggeledah setiap sisi tas itu.

Apa mau dikata, untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Ingatanku tidak pernah meleset mengingat aku masih muda. Seingatku, kitab itu masih ada saat kembali kuhirup nafas di tanah air. "Karomah guruku memang tidak bisa disangkal," tandasku dengan melebarkan senyum.

Kilasan KH M. Syafi'i Hadzami

31 Januari 1931, tepat  5 tahun kelahiran NU, ia terlahir dengan nama Muhammad Syafi'i dari pasangan bapak M. Saleh Raidi dan ibu Mini. Sementara Hadzami, adalah julukan yang diberikan kiai senior padanya di bawah usia 30 tahunan. Mereka layak memberikannya mengingat ketepatan M. Syafi'i muda dalam membaca, memahami, dan menjelaskan teks-teks kitab yang pelik.

Di usia yang begitu muda, ia sudah mengasuh banyak majelis taklim di seantero Jakarta. Pengajiannya sempat mengudara di radio Cenderawasih dalam bentuk tanya-jawab agama dengan pendengar seputar permasalahan keseharian masyarakat. Bentuk audionya lalu dibukukan dengan judul Taudhihul Adillah yang terdiri dari 7 jilid.

Ia berguru kepada banyak kiai. Dalam usia muda, ia menjadi kiblat keagamaan masyarakat Jakarta. Referensinya begitu banyak. Sedikitnya 34 almari, memenuhi kediamannya di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Karya-karyanya banyak berupa risalah-risalah yang mengupas tematik krusial keagamaan.

Di tahun 2001, ia mendirikan pesantren Ma'had Aliy Al-arba'in di halaman rumahnya. Pesantren ini hanya menerima 40 santri setiap angkatannya. Dengan pembatasan santri, ia pikir lebih efektif untuk mencetak kader kiai yang tangguh menguasai khazanah keislaman.

Semasa hidup ia aktif dalam pelbagai organisasi. Di antaranya, ia dipercaya sebagai Rais Syuriah PBNU hasil Muktamar NU ke-29 di Cipasung, Tasikmalaya 1994. Ia juga pengurus MUI DKI periode 1975-1980, ketua MUI DKI 1980-1985 dan 1985-1990, ketua umum MUI DKI 1990-1995 dan 1995-2000.

Ia wafat tahun 2006 di usia 75-76. Puluhan ribu masyarakat Jakarta khususnya, hadir mengantarkannya ke kediaman terakhir. Pusaranya terletak di dalam rubath, tempatnya mengajar saat hidup, persis di muka rumahnya. Jutaan tangis masyarakat Jakarta mengucur seiring dengan hujan yang turun berbareng dengan hari pemakamannya. Mereka kehilangan salah satu kutub arah keagamaannya. [FM]
 
(Al Hafiz Kurniawan)

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi