اِذاَ رَأيْتَ عَبْداً أقاَمهُ اللهُ تعالى بِوُجُودِ الاَورَدِ وَاَدَمَهُ عليهاَ مَعَ طُولَ الامساَدَ فَلاَ تـَسْتحْقِرَنَّ ماَمنَحَهُ مَولاهُ لاَنَّكَ لم تَرَعليهِ سِيماَ العاَرِفِينَ ولاَ بَهْجَةَ المُحِبِّينَ فَلولاَ واَرِدٌ ماكاَنَ وِرْدٌ
"Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh الله dalam menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia [keistimewaan] dari الله(warid), maka jangan engkau rendahkan [remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada الله, sebab sekiranya tidak ada warid [karunia الله], maka tidak mungkin ada wirid.”
Wirid dan warid yang telah diterangkan pada Hikmah 64 disinggung lagi dalam Hikmah 77 ini. Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba, seperti sholat puasa, dzikir dan lainnya. Jadi apabila kau merendahkan pemberian الله pada sebagian hamba yang berupa wirid itu berarti kau kuran tatakerama pada hamba tersebut.
Hamba الله yang mendapat keistimewaan dari الله ada dua macam:
-Muqorrobin.
- Abroor.
Adapun hamba yang muqorrobin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan الله semata-mata, dan mereka yang disebut aarifin, muhibbin.
Adapun orang Abroor, yaitu mereka yang masih merasa banyak kepentingan dunia/ nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan ibadah kepada الله, mereka masih menginginkan masuk kesurga dan selamat dari neraka.dan mereka yang dinamakan orang zahid aabid.
Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari الله تعالى.
Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari الله, sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah], berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia telah diberi kunci oleh الله untuk membuka dan menghasilkan karunia yang lain dan kebesaran الله.
Sumber : https://telegram.me/kitabhikam
Komentar
Posting Komentar