Langsung ke konten utama

Gambaran Intelektualitas Sayyidah Aisyah Dalam Periwayatan Hdits




Forum Muslim - Syekh Sulaiman al-Nadwi rahimahullah pernah menyatakan bahwa di antara ketujuh sahabat perawi hadits terbanyak, hanya ada dua orang sahabat yang mampu menyelaraskan antara sisi hafalan, pemahaman, dan penerapan, yakni Ibnu Abbas dan Sayyidah Aisyah.  Kemampuan menyelaraskan antara hafalan, pemahaman, dan penerapan ini, secara tidak langsung menggambarkan sisi intelektualitas pemegang hadits tersebut. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Zaid bin Tsabit radliyallahu ‘anhu, ia mendengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
 نضر الله امرأ سمع منا حديثا فحفظه حتى يبلغه فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه ورب حامل فقه ليس بفقيه... أخرجه أبو داود في كتاب العلم 

"Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar dari kami sebuah hadits, lalu menghafalnya, hingga dia menyampaikannya, maka bisa jadi dia membawa fiqh (meriwayatkan hadits) kepada orang yang lebih faqih (paham) darinya. Dan bisa jadi seorang pembawa fiqh (perawi hadits) tidak paham (terhadap hadits yang diriwayatkannya)"(HR Abu Dawud, kitab al-'Ilmu). 

 Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan teks yang kurang lebih sama. 

Sebenarnya isi hadits di atas tidak berkaitan secara langsung dengan Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha. Akan tetapi, hadits di atas dapat mewakili penilaian terhadap intelektualitas yang dimilikinya saat menyampaikan fatwa. 

 Al-Imam Al-Qadhi 'Iyadh (w. 544 H) rahimahullahdi dalam kitabnya menjelaskan suatu kaidah sebagai berikut:

 إعلم أن طريق النقل ووجوه الأخذ وأصول الروايةعلى أنواع كثيرة ويجمعها ثمانية ضروب وكل ضرب منها له فروع وشعوب ومنها ما يتفق عليه في الرواية والعمل ومنها ما يختلف فيه فيهما جميعا أو في أحدها كما سنوضحه إن شاء االله تعالى أولها السماع من لفظ الشيخ وثانيها القراءةعليه وثالثها المناولة ورابعها الكتابة وخامسها الإجازةوسادسها الإعلام للطالب بأن هذه الكتب روايته وسابعها وصيته بكتبه له وثامنها الوقوف على خط الراوى فقط 

 "Ketahuilah bahwa cara meriwayatkan hadits, cara-cara mendapatkan hadits dan kaidah-kaidah periwayatan ada bermacam-macam dan hal itu terkumpul dalam delapan macam dan setiap macam memiliki cabang-cabang dan ranting-ranting. Sebagian cocok dari sisi riwayat dan pengamalannya. Sebagian lainnya berbeda dari sisi riwayat dan pengamalannya, atau di dalam salah satunya. Sebagaimana akan kami jelaskan kelak, insyaallah ta’ala. 

Pertama, dari sisi sima’ (cara mendengar) lafadh gurunya; 
kedua, dari sisi pembacaan gurunya; 
ketiga, dari sisi munawalah (cara memperolehnya), 
keempat, dari sisi kitabah (penulisannya); 
kelima, dari ijazah; 
keenam, dari sisi pemberitahuan kitab sumber hadits; 
ketujuh, dari sisi wasiyah agar menuliskannya; dan 
kedelapan, dari sisi berhenti pada tulisan perawi saja” (Qadli ‘Iyadl, al-Ilma’ ila Ma’rifati Ushul al-Riwayat wa Taqyiid al-Sima’, Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyyah, tt., halaman 30). 

 Apa yang dijelaskan oleh al-Imam al-Qadli Iyadl rahimahullah di atas, merupakan praktik tahammul hadits, yaitu keberadaan seseorang dianggap sebagai pembawa riwayat hadits, termasuk di antaranya caranya mendapatkan sebuah hadits. 

Ada 8 cara mendapatkan hadits, yang mana kita tidak berkonsentrasi pada penjelasannya, melainkan kita berkonsentrasi pada Aisyah radliyallahu ‘anha. 

Sebagaimana diketahui bahwa Aisyah merupakan bagian dari pembawa hadits, bahkan hadits infirad fi riwayat al-hadits (bersanad sendirian). Karenanya, tidak heran bila kemudian ia banyak menjadi rujukan dari para sahabat senior lainnya dalam persoalan bagaimana memahami dan melakukan penyimpulan hukum. 

Intelektualitas Aisyah radliyallahu ‘anha yang tinggi ini dapat diukur dari banyak kriteria, di antaranya banyaknya fatwa hukum ulama fiqih yang dilandaskan pada hadits yang diriwayatkan olehnya. Karena hukum fiqih merupakan hukum cabang, maka landasan istinbath hukum yang secara langsung disandarkan pada pengakuan riwayat hadits tertentu dan berjalur sanad tertentu pula, menandakan bahwa pemilik sanad pertama merupakan orang yang dlabith dalam hafalan dan pemahaman. Adapun peran Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha ini terbilang cukup menonjol. Pada masa kekhalifahan ‘Umar bin Khaṭṭab, Sayyidah Aisyah adalah termasuk dalam kelompok para sahabat yang diberi izin resmi untuk memberikan fatwa. Bahkan, menurut ‘Abd al-Majid Maḥmud di dalam kitabnya al-Ittijahatu al-Fiqhiyyah, ia berani menyatakan bahwa, ada kurang lebih seperempat dari produk hukum fiqih di kalangan ulama, adalah bersumber dari fatwa Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha. (Abd al-Majid Mahmud, al-Ittijahat al-Fiqhiyyah, Damaskus: Dar al-Qalam, tt., hal. 149). 

 Kriteria lainnya merupakan penilaian dan kritik terhadap hadits. Pada tulisan sebelumnya kita sudah menukil mengenai kritik Aisyah terhadap hadits riwayat Ibn Amr bin Ash. Penilaian kritik ini umumnya didasarkan pada segi prinsip-prinsip umum periwayatan, yaitu bila hadits tersebut merupakan sunnah qauliyah, maka harus bi al-lafdhi dan tidak sekedar bi al-ma’na. Dalam kritik hadits, Aisyah sering menolak dan menganggap bahwa hadits yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain adalah bertentangan dengan dalil-dalil lain yang lebih kuat. Kritik-kritik ini bisa kita jumpai pada kitab al-Ijabah li Iradi ma Istadrakathu Aisyah ala al-Shahabah karya Badaruddin al-Zarkasy. Terdapat kurang lebih 49 kritik istidrak Aisyah kepada para sahabat. Al-Suyuthi di dalam Kitabnya Ainu al-Ishabah fi Istidrak ‘Aisyah ‘ala Shahabah menambahkan 4 istidrak lain dari Aisyah radliyallahu ‘anha. 

 Secara tidak langsung, kritik (istidrak) yang disampaikan oleh Ummu al-Mukminin Aisyah radliyallahu ‘anha ini, secara tidak langsung menggambarkan betapa tingginya intelektualitas Aisyah. Misalnya seperti kritik yang terjadi pada kisah ketika Ibnu Umar, Ibnu Abbas serta beberapa sahabat lain meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

 إن الميت ليعذب ببكاء أهله 

 “Sungguh, seorang orang meninggal (mayit) akan diazab sebab tangis keluarganya.” 

Ketika hadits ini disampaikan kepada Sayyidah Aisyah, beliau justru berkata: “Semoga Allah mengampuni Ibnu Umar!” Menurutnya, Ibnu Umar benar telah mendengar hadits ini, akan tetapi ia tidak mengingatnya dengan baik. Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melintasi jenazah seorang wanita Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya. Lalu beliau bersabda:

 إنهم يبكون عليها وإنها لتعذب في قبرها 

“(Heran), mereka menangisi jenazah yang dikubur, padahal jenazah itu sedang disiksa di dalam kuburnya.” 

 Jadi, bukan sebab tangis kematian keluarga yang menyebabkan disiksanya seorang mayit. Melainkan karena mayit itu sendiri sebagai seorang yang berhak atas siksa. Adapun hadits itu, sebenarnya menceritakan tentang keheranan Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai keluarga mayit yang menangisi kepergiannya, padahal justru yang meninggal adalah orang dengan amal yang buruk yang sedang mendapat siksa. 

 Itulah bagian dari kritik Aisyah radliyallahu ‘anha terhadap sahabat periwayat hadits. Perbedaan dalam praktik tahammul, menjadikan berbeda dalam praktik hukum. Itulah standar tahammul Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha di kalangan perawi hadits yang lain. Wallahu a’lam bish shawab. 

Ustadz Muhammad Syamsudin, Peneliti Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

Sumber: NU Online

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )