by. Ahmad Sarwat, Lc.,MA
Setiap nabi yang diutus selalu dibekali mukjizat sebagai senjata. Disebut mukjizat itu senjata tentu bukan untuk membunuh, tapi untuk melemahkan argumentasi mereka yang ingkar terhadap kenabian.
Biasanya jenis mukjizat itu disesuaikan dengan trend yang berlaku di suatu kaum. Tergantung apa yang jadi trending topik disana.
Nabi Musa alaihissalam
Kepada Firaun dan kaumnya di Mesir yang lihai dalam ilmu sihir, Nabi Musa dibekali mukjizat yang bisa mengalahkan argumentasi para penyihir kerajaan.
Ketika mereka bisa mengubah tali menjadi ular-ular kecil, maka tongkat Musa atas izin Allah bisa berubah menjadi ular yang amat besar dan melahap semua ular kecil.
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. (QS. Al-Araf : 117)
Dengan cara itu, maka runtuh lah argumentasi para penyihir untuk tidak beriman kepada Musa. Dan mereka pun tersungkur bersujud.
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ
Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), (QS. Asy-Syuara : 46)
Nabi Isa alaihissalam
Tantangan di masa kenabian Isa alahissalam adalah masala pengobatan dan ketabiban. Berbeda dengan para dukun dan tabib yang berjaya di masa itu, Nabi Isa hanya butuh telapak tangannya saja untuk diusapkan ke tubuh orang sakit, langsung sembuh saat itu juga.
Maka gelar Al-Masih itu sering dikaitkan dengan kemukjizatannya yang mengusap orang sakit. Masaha - yamsahu dalam bahasa Arab berarti mengusap. Al-Masih adalah orang yang mengusap.
Dan paling tinggi mukjizatnya ketika Nabi Isa bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati atas izin Allah. Itu beyond the science.
وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (QS. Ali Imran : 49)
Nabi Muhammad SAW
Sedangkan di masa kenabian Muhammad SAW di kalangan bangsa Arab, yang menjadi trending topik adalah masalah sastra. Para penyair Arab saling membanggakan diri dengan karya-karya mereka dan saling berlomba untuk bisa membuat masterpiece karya sastra level paling atas.
Dan Rasulullah SAW dibekali dengan kekuatan sastra Al-Quran yang otomatis langsung menumbangkan supremasi bangsa Arab dalam bidang sastra yang tadinya mereka banggakan. Bahkan Al-Quran meanntang para pujangga Arab untuk bisa menirunya.
ِAl-Quran tidak menantang untuk membuat satu kitab yang setara dengan Al-Quran, cukup bikin 10 surat saja, kalau memang mampu.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS. Hud : 13)
Ditantang membuat 10 surat tidak mampu, maka tantangan diturunkan menjadi satu surat saja.
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah : 23)
Ternyata satu surat pun tidak mampu juga, padahal sudah membentuk team yang terdiri dari para pujangga Arab.
Tapi . . .
Semua mukjizat di bidang sastra itu nampaknya kurang berarti buat kita. Karena kita bukan orang sastra, sehingga tidak bisa membedakan mana sastra atas langit dan mana sastra kolong langit. Mirip kita orang awam masuk galery lukisan abstrak yang penawaran harganya mencapai milyaran. Tidak masuk di akal kita kayak apa keindahan seni lukis aliran abstrak itu, bukan?
Lagian, kalau pun lukisan abstrak itu bagus untuk dijadikan hiasan dinding, kenapa tidak discan jadi jpg dan diprint dengan kualitas terbaik, jadi seindah aslinya. Pasti begitu logika kita orang awam. Logika seperti itu buat mereka yang mengerti seni lukis tentu saja jadi bahan tertawaan.
Kalau kita bandingkan dengan mukjizat Nabi Musa dan Nabi Isa, mukjizat Nabi Muhammad SAW ini jadi unik dan beda sendiri.
Pertama, mukjizat Musa dan Isa itu mudah dipahami oleh siapa saja, karena merupakan barang nyata. Ular besar makan ular kecil, itu nyata dan orang langung percaya. Orang sakit dan orang mati bisa bangun lagi, hidup dan sehat, semua orang mudah memahaminya.
Sedangkan keindahan sastra, itu hanya dipahami oleh segelintir orang saja. Jangankan kita yang bukan Arab, bahkan orang Arab sendiri pun belum tentu paham urusan keindahan sastra.
Kedua
Tapi mukjizat-mukjizat Musa dan Isa pun punya keterbatasan, yaitu hanya dipercaya oleh yang melihat langsung saja. Yang tidak melihat langsung dan hanya dengar ceritanya, pasti tidak otomatis percaya. Jadi kemukjizatannya bersifat temporal, tidak bisa dibuktikan dan tidak berlaku untuk zaman sekarang.
Sebaliknya, mukjizat Nabi Muhammad SAW itu meksi yang paham hanya kalangan terbatas, namun sifatnya abadi sampai hari kiamat. Karena wujudnya Al-Quran, dan Al-Quran tidak akan hilang sampai kiamat. Berarti mukjizatnya bersifat abadi.
Namun untuk bisa merasakan kecanggihan sastra Al-Quran yang tidak tertumbangkan, kita sendiri kudu belajar ilmu sastra Arab yang tinggi. Bukan grammer macam Nahwu Sharaf tapi bidang sastra, yaitu Adab, Balaghah, Bayan, Badi' dan seterusnya.
Di masa kenabian, para pemimpin orang kafir musyrikin Mekkah rata-rata jagoan sastra semua. Jadi begitu dengar ayat-ayat Al-Quran dibacakan, langsung pada klepek-klepek.
Tapi kita di zaman sekarang yang ngaku sebagai generasi Qurani, meski hafal 30 juz tapi cuma plonga plongo saja dibacakan ayat-ayat AL-Quran yang indah sastranya itu. Kok bisa ?
Soalnya mutlak tidak paham. Inna lillahi wa innaa ilaihi rajiun.(FM)
Komentar
Posting Komentar