Bawang Putih - File hpixnio |
Oleh : Naniek S Deyang
Membaca soal OTT KPK karena suap impor bawang putih, membuat saya terhenyak dalam diam yg lama. Maklum saya mengikuti sejarah panjang soal bawang putih. 20 tahun lebih saya mengikuti pergulatan bawang putih dan jadi pengamat bawang putih utk saya catat dalam benak saya.
Alhamdulillan saya sedikit -banyak tau bagaimana petani bawang putik kita "dibunuh " oleh kartel. Sampai sekitar tahun 1990-an, kebutuhan bawang putih hampir semua dari dalam negeri, yaitu dari Petani Malang, Magetan, dan beberapa wilayah luar Jawa. Saat itu harga bawang putih hasil petani kita sekitar Rp 7000-10.000/ Kg.
Tahun 1995-an, Indonesia mulai diserbu bawang putih impor dari Tiongkok dengan harga hanya Rp 3000-4000/Kg. Kontan semua orang gak ada yg mau beli bawang yg ditanam petani kita dan memilih mengkonsumsi bawang impor karena harganya jauh lebih murah.
Tiongkok mendumping harga bawah putih itu sampai dengan awal tahun 2000-an. 15 tahun banjir bawang putih murah dari Tiongkok, membuat petani bawang putih kita benar -benar "mati", dan kapok bahkan lupa menanam bawang putih.
Nah pada saat tidak ada lagi petani kita yg menanam bawang putih, bahkan sdh lupa bagaimana cara menanam, maka secara perlahan bawang putih dinaikkan harganya. Misalnya dari Rp 4000/ Kg jadi Rp 5000 per Kg, lalu naik ke 6000 dst. Karena naiknya pelan, konsumen kita sudah lupa bahwa bawang yg kita konsumsi itu adalah impor. Dan pada saat kita benar2 tergantung pada impor itulah, maka pada tahun 2010-an harga bawang putih digas menjadi belasan ribu, dan puncaknya tahun ini sempat menyentuh 100 ribu per Kg dan sekarang anteng di posisi 30-40 ribu perk Kg.
Konsumen sekarang tidak berdaya, sehingga berapapun harha bawang putih memang harus dibeli, karena memang tidak ada pilihan lain ( bawanh putih dalam negeri tdk ada, karena petani sdh kapok dan takut nanam bawang putih). Singkat cerita 99 persen bawang putih kita itu tergantung impor dari Tiongkok.
Kisah yg mirip dengan komoditas bawang putih ini juga terjadi pada komoditas kedelai. Petani akhirnya ogah dan kapok nanam karena bertahun -tahun dihajar harga dumping ( murah ) kedelai dari Amerika, dan akhirnya kita pun sekarang tergantung impor kedelai Amerika, setelah tidak ada petani yg menanam kedelai.
Saya rasa pada akhirnya berbagai komoditas akan dimainkan seperti ini , hingga kita tergantung dari impor, dan begitu tergantung impor, nanti harga suka2 saja dimainkan oleh KARTEL IMPORTIR yg kongkalikong dengan negara asal impor suatu komoditas.
Saya itu sebetulnya mangkel, kesel , kecewa, sudah pokoknya pengin muntah, karena di pemerintahan siapapun kok gak ada yg bisa mengatasi Kartel ini. Kenapa gak bisa mengatasi? Karena Kartel ini menyogok semua lini. Mulai DPR , partai politik, menteri terkait hingga lingkar2 atas.
Coba gimana nggak sakit hati dan bahkan frustasi, lha kita ini negara yg tanahnya mau buat nanam apa saja hidup lho.Bahkan tanaman-tanaman yg dulu katanya hanya bisa tumbuh di Eropa ternyata bisa tumbuh juga kok di Indonesia. Kita ini punya sekolah atau fakultas pertanian terbanyak di dunia ( termasuk punya Ir Pertanian terbanyak) kok komoditas pertanian kita sampai yg ecek -ecek seperti singkong pun harus impor.
Lha orang-orang dari luar ( gak nyebut asal negaranya nanti dibilang Rasis) aja ngiler abis pengin menyerbu jadi petani di Indonesia, setelah mereka ngerti tanah hutan kita ternyata bisa diubah jadi tanah pertanian...
Pak Presiden Jokowi, ayo Pak hancurkan Kartel yg dibuat oleh para konglomerat yg sepanjang Indonesia merdeka terus bercokol bak lintah menghisap darah rakyat ini. Pilih Menteri Pertanian, Perdagangan dan Kabulog orang2 yg profesional dan takut masuk neraka Pak, sehingga tidak mempan disogok. Tempatkan KPK di tiga pos tersebut.
Ambil tindakan tegas dan berani utk benar2 menutup kran impor komoditas pertanian, dan paksa Departemen Pertanian mendidik para petani kembali utk menanam berbagai komoditas pertanian yg selama ini kita tergantung pada impor.
Pasti awalnya rakyat akan jejeritan karena harga komoditas pertanian sedikit mahal, lantaran pasokan dari pertani kita masih sedikit, namun dalam jangka menengah dan panjang rakyat akan tersenyum karena produksi kita melimpah dan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan tentu harganya akan stabil.
Kalau penghancuran Kartel ini bisa dilakukan, maka Indonesia akan jadi negara agraris terbesar di dunia. Percayalah Pak Presiden ini bisa kita lakukan, dan kita gak butuh utang LN lagi ...
Sumber : Nanik S Deyang
Komentar
Posting Komentar