Langsung ke konten utama

Pesantren dan Peluang Produksi Konten Digital

Ilustrasi

Oleh: Ahmad Naufa Kh. F.

Sebagai wanita karier, Damayanti disibukkan dengan aktivitas kesehariannya yang padat. Selain mengurus rumah tangga, ia juga mengelola perusahaan batubara di Kalimantan dan beberapa kota di Indonesia Timur. Dua minggu sekali, ia juga terbang ke Singapura untuk mengurus ekspor batubara dan minyak mentah perusahaannya. Sebagai orang yang dibesarkan dalam dunia modern, sejak kecil ia memang selalu menempuh pendidikan eksak di sekolah umum. Terakhir ia mengambil S1 di New York University jurusan ekonomi.

Menjelang hari raya Idul Fitri, ia menyempatkan untuk rehat dan berlibur bersama keluarga. Seakan membuka memoar masa lalu, ia rindu pada kebersamaan sanak keluarga di kampung, ziarah makam leluhur dan sowan kiai yang mengajarinya shalat ketika kecil. Tibalah ia di kampung untuk melepas penat aktivitas duniawinya yang begitu menghabiskan energi. Dalam perjalanan, ia tak lupa membuka tablet dan androidnya untuk mencari hukum dan tata cara ziarah kubur. Sebagai orang modern, ia tak perlu lagi mengunjungi toko kitab atau Tanya seputar keislaman pada sang kiai atau ulama. Tablet dan androidnya sudah menyediakan semuanya dengan sekejap, tanpa membuang-buang waktu.

Berbeda dengan Damayanti, adalah alumnus pesantren bernama Koirul. Ia lahir dan tumbuh di lingkungan pedesaan yang kental akan nuansa ke-Islaman. Semenjak lulus SD, ia belajar di pondok pesantren dengan segala lingkungan dan budayanya. Baru setelah enam tahun lulus pesantren, Koirul memiliki asa baru untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Kini jadilah ia mahasiswa, yang berlatar belakang santri.

Bagai burung yang lepas dari sangkarnya, Koirul kini mendapat kebebasan seperti keluar dari tahanan. Handphone yang dilarang di pesantrennya kini bisa ia pegang 24 jam tanpa henti. Televisi yang dulu jamnya dibatasi kini bisa kapan saja dinikmati. Internet yang dulu benda asing baginya, kini hampir ia tak bisa hidup tanpanya. Jadilah Koirul orang modern dengan gadget, tablet dan stayle masakini.

Sebagai alumnus pesantren, ia sering membuka konten digital yang dalam androidnya. Mulai dari konten Al-Quran, Hadits, Al-Barzanji, Kitab-kitab Kuning Digital, kitab terjemahan, Berita Portal sampai sejarah ia download semua di google play secara gratis. Meski banyak aplikasi Islami dalam androidnya, namun justeru ia lebih suka membuka media sosial (medsos) seperti facebook, twitter, path, instagram dan lainnya. Bahkan, ia kini bisa berjam-jam menghabiskan waktu untuk menikmati kemudahan akses informasi yang dulu tak ditemuinya di pesantren. Namun malang, suatu saat mukanya merah padam menahan amarah. Bukan soal di bully di medsos, tapi ketika ia membaca salahsatu aplikasi kitab tauhid dalam androidnya. Ia membaca bahwa amaliah-amaliah dan keyakinan yang ia dapatkan dan kerjakan di pesantren di kafir-kafirkan, di syirik-syirikkan. Sebagai penikmat dan pengguna internet, ia tak bisa berbuat apa-apa. Padahal, secara legal-formal sampai pada metodologi (manhaj) pengambilan hukumnya.

Dua kasus Damayanti dan Koirul diatas adalah salah-satu potret ironi yang ada di sekitar kita, dimana terjadi gap yang cukup tajam antara masyarakat secara umum dengan dunia pesantren, atau tepatnya komunitas santri alumnus pesantren. Dengan mudahnya akses informasi dan komunikasi semakin memanjakan masyarakat modern untuk bertransaksi melalui internet. Kelemahannya adalah mereka tidak memiliki filterisasi terkain kebenaran dan ke-otentetikan informasi. Disisi lain, komunitas santri santri sendiri belum bisa memaksimalkan internet sebagai media dakwah, pencitraan dan penyebaran informasi ke-Islaman yang konstruktif untuk masyarakat.

Lalu, siapakah aktor dibalik menjamurnya situs-situs dan konten digital "Islami" yang ada di internet itu? Mereka adalah para sarjana atau mahasasiswa yang belajar Islam dari buku atau melalui kajian-kajian di kampus yang di inisiatori oleh organisasi Islam yang cenderung eksklusif. Meski secara keilmuan (Islam) mereka relative rendah atau biasa-biasa saja, namun mereka memiliki skill dan olah teknologi yang apik dan professional untuk mem-packingnya menjadi modern dan elegan. Disisi lain, ada juga yang memang benar-benar tahu hokum dan manhaj Islam yang meramaikan dunia maya tersebut, namun lagi-lagi mereka bukan dari kalangan pesantren salaf yang oleh masyarakat nusantara selama ini pahami. Mereka berasal dari lulusan timur-tengah, pesantren modern atau jaringan Islam puritan yang berbeda dengan amaliyah maenstrem umat Islam Indonesia.

Peluang Pesantren Memproduksi Konten Digital

Berdasarkan data dari Kemkominfo tahun 2014, pengguna internet di Indonesia cukup fantastis yaitu mencapai 82 juta orang. Indonesia juga dikenal sebagai salahsatu Negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Fakta ini menunjukkan perubahan masyarakat yang semakin dekat dengan internet. Bahkan, seakan mengakses internet kini sudah menjadi kebutuhan primer orang modern. Adagium di kalangan remaja-pun muncul, bukan sandang-pangan-papan lagi keutuhan primer saat-ini, namun sandang-pangan dan cas-casan. Khusus yang terakhir, cas-casan tentu untuk memperbarui daya baterai laptop, tablet, android atau ponsel yang semakin boros dipakai untuk browsing.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan salah-satu penganut Islam terbesar di dunia, pesantren atau alumnusnya sebagai komunitas santri tentu harus merespon perubahan dan perilaku masyarakat tersebut. Sebagai landasan metodologis, pesantren sebenarnya memiliki "motto" yang relevan dalam menghadapi realitas social, yaitu: al-Mucháfadlatu 'ala al-qadimi ash-shalih wa al-akhdlu bi al-jadid al-ashláh, yaitu melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik lagi, atau istilah kerennya berpijak pada kebaikan lama dan bijak dalam merespon kekinian.

Dengan tetap menjaga kultur, tradisi dan khazanah keilmuan yang diwarisi pesantren semenjak nabi, sahabat, tabi'in, para wali, ulama dan kiai yang telah diasimilasi dan diakulturasikan dengan budaya masyarakat Nusantara, pesantren memiliki watak yang kosmopolit meski relative ketat dalam memfilterisasi budaya baru yang masuk. Meski demikian, pesantren bisa melakukan itu semua: menjaga khasanah lalu dan mengambil yang baru sehingga keberadaannya tetap eksis sampai hari ini. Bahkan, ke-konsistenan pesantren dalam mengkader santri menjadi ulama dan tokoh masyarakat, diberi gelar oleh Prof Dr Faisal Ismail, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai "Nation Charracter Building", benteng terakhir moral bangsa Indonesia.

Dalam rangka "al-akhdlu bi al-jadid al-ashlah," atau mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik lagi, sudah saatnya komunitas pesantren melebarkan sayapnya untuk berdakwah dan mengemas doktrin keislaman secara modern melalui Internet. Pengajian-pengajian bisa di-uploud di youtube, kutub al-qadimah bisa diterjemahkan dan disajikan dengan bahasa Indonesia agar lebih mudah diakses oleh khalayak ramai, umumnya orang awam. Juga, konten-konten dan aplikasi di android harus direbut dan diramaikan khazanah keilmuan pesantren dan menjadi top rating dalam user download.

Melihat pangsa pasar (user) internet yang begitu tinggi di Indonesia, merupakan peluang sekaligus tantangan bagi komunitas pesantren untuk lebih membumikan Islam kepada masyarakat umum. Dengan instrument yang ada di internet, utamanya konten-konten digital yang Islami, komunitas pesantren seyogyanya hadir untuk memberi pencerahan kepada public terkait hukum, etika, politik, muamalah dan nilai-nilai kebaikan lain yang selama ini relative tersembunyi di bilik pesantren.

Secara keilmuan, komunitas pesantren sebenarnya sudah memiliki basic ilmu keislaman yang mumpuni. Namun, banyak diantara mereka yang masih gagap teknologi yang sampai pada tahap membuat aplikasi konten-konten digital tersebut. Kalaupun ada, tentu masih sedikit dan belum terorganisis secara sistematis dan massif. Umumnya, mereka hadir sebagai penikmat internet sebagai bagian dari penyesuaian dan kebutuhan gaya hidup orang modern. Sudah saatnya pimpinan pesantren membekali santri-santri senior dengan teknologi modern, atau inisiatif alumnus pesantren untuk ikut mengisi kekosongan peran komunitas pesantren di dunia maya, utamanya aplikasi konten-konten digital.

Jika komunitas pesantren bisa hadir melebarkan sayap ke internet dengan membuat aplikasi dan konten-konten digital tersebut, kasus Damayanti dengan segenap aktivitas kesibukannya di dunia modern di atas tentu dapat tercerahkan sekaligus mendapat kawalan keilmuan pesantren yang memiliki silsilah dan watak menyesuaikan dengan Islam Indonesia. Juga, alumnus pesantren seperti Koirul diatas bisa lebih mengamalkan ilmunya dengan menyebarkan di internet dengan jangkauan user yang ribuan bahkan jutaan. Dengan begitu, pesantren hadir dan bisa menggauli dunia modern, sebagai suatu keniscayaan dari hadits Nabi: "ballighu 'anni walau áyah", sampaikan apa yang dariku meskipun satu ayat. Dengan metodologi dan kemasan yang "biqadri 'uqulihim", dengan kemampuan akal masyarakat dan kesenangannya. [FM/dari berbagai sumber]

Ahmad Naufa Khoirul Faizun, Wakil Ketua PW IPNU Provinsi Jawa Tengah

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

Amalan Pada Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه أن رسول ﷺ قال: “من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب” رواه الطبراني في الكبير والأوسط. Dari Ubadah Ibn Shomit r.a. Sungguh Rosulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa menghidupkan malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha, hatinya tidak akan mati, di hari matinya hati." ( HR.Thobaroni ) عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi ﷺ, bersabda: Barangsiapa beribadah di dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap ALLAH, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. ( HR. Ibnu Majah ) Bagaimana cara menghidupkan dua Hari Raya itu? Telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, dengan mengamalkan beberapa amalan: 1. Syaikh Al Hafni berkata: Ukuran minimal menghidupkan malam bisa dengan Sholat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah Sholat Shubuh pada besoknya. Atau mempe

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

Kisah Siti Ummu Ayman RA Meminum Air Kencing Nabi Muhammad SAW

Di kitab Asy Syifa disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW punya pembantu rumah tangga perempuan bernama Siti Ummu Ayman RA. Dia biasanya membantu pekerjaan istri Kanjeng Nabi dan nginap di rumah Kanjeng Nabi. Dia bercerita satu pengalaman uniknya saat jadi pembantu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad itu punya kendi yang berfungsi sebagai pispot yang ditaruh di bawah ranjang. Saat di malam hari yang dingin, lalu ingin buang air kecil, Kanjeng Nabi buang air kecil di situ. Satu saat, kendi pispot tersebut hilang entah ke mana. Maka Kanjeng Nabi menanyakan kemana hilangnya kendi pispot itu pada Ummu Ayman. Ummu Ayman pun bercerita, satu malam, Ummu Ayman tiba-tiba terbangun karena kehausan. Dia mencari wadah air ke sana kemari. Lalu dia nemu satu kendi air di bawah ranjang Kanjeng Nabi SAW yang berisi air. Entah air apa itu, diminumlah isi kendi itu. Pokoknya minum dulu. Ternyata yang diambil adalah kendi pispot Kanjeng Nabi. Dan yang diminum adalah air seni Kanjeng Nabi yang ada dal

Mengelola Blog Wordpress dan Blogspot Melalui Ponsel

Di jaman gatget yang serba canggih ini, sekarang dasboard wordpress.com dan blogspot.com semakin mudah dikelola melalui ponsel. Namun pada settingan tertentu memang harus dilakukan melalui komputer seperti untuk mengedit themes atau template. Dan bagi kita yang sudah terbiasa "mobile" atau berada di lapangan maka kita bisa menerbitkan artikel kita ke blog wordpress.com melalui email yang ada di ponsel kita, so kita nggak usah kawatir.

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )