Ust. Abdi Kurnia Djohan |
Oleh : Ust. Abdi Kurnia Djohan
Kata "saracen" mulai popular setelah Kepolisian mengungkap jaringan penyebar hoax dan isu provokatif pasca penangkapan seorang pelaku di Lampung. Secara sederhana, masyarakat memahami kata "saracen" itu dengan makna "arab". Tentu, jika sudah menyinggung "arab", asosiasinya langsung diarahkan kepada Islam. Itu tidak bisa dipungkiri krena Islam dan Arab merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Namun demikian, perlu dipahami pula dari mana kata "saracen" ini berasal. Prof. Jawwad Ali, seorang sejarawan Arab terkemuka, dari Universitas Baghdad, mengungkap asal muasal kata "saracen" ini secara runtut. Dengan merujuk kepada banyak sumber otoritatif, di antaranya tulisan Eusebius, seorang sejarawan Romawi, dan Qamus ul-Kitab il-Muqoddas (Kamus Bible), Prof. Jawwad Ali memberi penjelasan yang tuntas tentang makna kata "saracen".
1. Kata "saracen" diketahui berasal dari sebutan orang-orang Yunani terhadap orang -orang Arab yang tinggal di gurun secara nomaden (saracenes).
2. Kata "saracen" juga diketahui berasal dari istilah yang digunakan orang-orang Romawi. Istilah itu bermula dari dua kata "sarah" dan "qene", yang maknanya adalah budaknya Sarah, istri Abraham/Ibrahim alaihissalam. Orang-orang Romawi menganggap bahwa orang-orang Arab adalah keturunan dari budak Sarah, istri Abraham.
3. Pendeta Anstash Mary al-Karmili, seorang tokoh Kristen di Irak, dengan mengutip sejarah Bible, mengatakan bahwa orang-orang Yahudi di Irak selalu menyebut kata "sarrahnukh" untuk menyebut orang-orang Arab yang mereka ketahui merupakan keturunan Hajar, sang budak.
Orang-orang Arab sendiri tidak pernah menyebut diri mereka dengan sebutan "sarasen". Mereka bangga dengan sebutan "arab" sebagai identitas diri mereka. Kebanggaan itu didasarkan oleh sikap independensi mereka yang tidak mudah ditaklukkan bangsa-bangsa lain.
Demikian alur munculnya penggunaan kata "saracen".
Sumber : Ust. Abdi Kurnia Djohan
Komentar
Posting Komentar