Ilustrasi Iblis |
Oleh Ust. Abdi Kurnia Djohan
Ketika diperintahkan bersama-sama para malaikat untuk sujud kepada Adam, Iblis menolak melakukannya. Ia mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada Adam (Qs 7:16) dari aspek materi. Allah ciptakan Adam dari tanah, sedangkan Iblis diciptakan dari api. Di dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Iblis enggan sujud kepada Adam karena--dalam pandangannya--hanya kepada Allah makhluk itu melakukan sujud, bukan kepada yang lain.
Pelajaran apa saja yang bisa diambil:
1. Sikap merasa lebih baik, dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Bisa diandaikan, sekiranya Iblis pada saat itu mau melaksanakan perintah Allah untuk sujud, tentu Allah akan jadikan ia sebagai pemimpin bagi para malaikat.
2. Dari satu sisi idealisme Iblis itu ada benarnya. Ia hanya mau sujud kepada Allah saja. Baginya sujud haruslah dilakukan kepada yang tidak ada bandingannya, yaitu Allah. Namun, melakukan idealisme secara tidak proporsional dapat mengarahkan pelakunya kepada kesesatan.
3. Iblis lupa bahwa tidak semua perintah yang datang dari Allah menuntut ketaatan secara lahir. Ada ketaatan dalam bentuk yang lain, yaitu ketaatan batin. Ketaatan dalam bentuk ini menuntut kejernihan hati di dalam melihat fakta dan kesadaran diri di dalam menilai realita. Mungkin ini yang dinamakan dengan ikhlas. Memang benar, api lebih mulia dari tanah, seperti yang dikatakan Iblis sebagai alasan penolakannya sujud kepada Adam. Tapi, Iblis lupa bahwa essentially both of them will be perished (keduanya dapat hancur sesuai dengan karakternya). Iblis lupa bahwa ketika menjelaskan keunggulannya dibandingkan Adam, ia juga pasti hancur seperti Adam.
4. Cara pandang seperti Iblis itu yang kini tengah dipertontonkan di hadapan kita. Menggunakan idealisme sebagai argumentasi untuk menegaskan kesombongan diri. Menonjolkan kemuliaan nasab, sejarah dan institusi untuk mendegradasi eksistensi kelompok lain yang tidak sepaham dengannya.
5. Dari cara pandang seperti Iblis itu, digunakanlah strategi yang juga digunakan Iblis untuk mengeluarkan Adam dari surga. Strategi itu adalah tasybih (menyerupakan kebatilan dengan kebenaran), tasywih (memanipulasi informasi), taghrib (membuat sesuatu menjadi terlihat asing), dan tadhlil (menyesatkan seseorang dari jalan yang lurus)--lihat kembali Qs 7:16-21
6. Yang harus disadari, bahwa Iblis tidak menganjurkan pemakaian kekerasan untuk menyesatkan manusia. Silakan dibaca kembali Qs 7:21. Di situ dituliskan teknik Iblis menyesatkan Adam dan Hawa:
و قاسمهما اني لكما لمن الناصحين
Dan ia bersumpah kepada keduanya, " Sungguh aku ini benar-benar termasuk para nasihatmu"
7. Iblis tidak pernah secara langsung mengajak manusia untuk menjadi kāfir (mengingkari Tuhan). Di dalam sumpahnya ia hanya mengatakan manusia akan diajak menjadi hamba yang tidak bersyukur (Qs 7:17). Kenapa sikap bersyukur yang dirusak? Karena jika manusia lupa bersyukur, ia akan:
- lupa terhadap potensi dirinya
- menolak hidayah
- lebih percaya kepada akalnya
- meyakini hanya yang ia lihat
- mendahulukan ketergesa-gesaan
- tidak percaya kepada Tuhan.
8. Iblis juga tidak pernah mengajak manusia berbuat maksiat. Ini yang tidak diketahui kebanyakan orang. Iblis selalu menampilkan kesalehannya di muka umum. Tapi, terkait dengan perbuatan maksiat, Iblis hanya mengatakan bahwa perbuatan maksiat tidaklah apa-apa dilakukan asalkan mendatangkan kebaikan.(FM)
Komentar
Posting Komentar