Aku kedinginan sekali Mama, menggigil sampai ke ulu hati, aku ingin memanggilmu untuk segera berlari kemari, tapi lidahku kelu seakan mau mati, aku tak tau orang~orang berlarian kesana kemari, tak memperdulikan keluhanku di pembaringan ini. Aku lelah sekali Mama, ingin menangis dan bersimpuh di pangkuanmu, aku ingin kau tau Mama, ada butir hangat mengalir di pelupuk mata, aku ingin tegar sepertimu Mama, menikmati keterpurukan dengan sepenggal doa. Senja dan gerimis turun perlahan, daun~daun kering luruh berguguran, aku tidak seperti batu karang Mama, yang tetap tegar diterjang angin dan gelombang, lantunan doaku seperti nyanyian sumbang, tak kuasa mengetuk pintu langit dalam kegelapan. Aku hanya diam membisu, Mama, seribu keinginan tercekat, satu permintaan tak dapat ditunaikan, hidup seperti merangkai kata~kata, antara suka dan duka, dendam atau kerinduan. Cipali / Cikamurang, 23.01 - 31 Maret 2018 ©2018 |
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar