"Dalam percakapan telepon dengan Netanyahu, Putin mendesak Israel untuk tidak bertindak di Suriah," demikian tulis Haaretz. Percakapan telepon tersebut merupakan upaya Putin untuk tidak membuat konflik Suriah semakin meluas dengan melibatkan langsung Israel dan Iran, berkaitan dengan ancaman serangan Amerika dan sekutu-sekutunya terhadap pasukan Suriah sebagai respon atas insiden serangan senjata kimia di Dhouma yang dituduhkan kepada pemerintah Suriah. Hal ini semakin memperkuat analisis sejumlah pengamat politik Timur Tengah bahwa perseteruan antara Israel dan Iran bukan lagi di tataran 'rahasia' dan bahkan telah berubah menjadi 'perang terbuka'. Sebagaimana diketahui, akhir pekan lalu Israel menyerang pangkalan militer Tiyas (T-4) di Homs, Suriah, menewaskan sejumlah personil militer Iran. Sebelumnya pada bulan Februari pesawat-pesawat tempur Israel juga menyerang sebuah pangkalan militer Iran di Suriah yang berujung pada jatuhnya pesawat F-16 Israel setelah ditembak oleh sistem pertahanan udara Suriah. "Di luar konfrontasi antara Rusia dan Amerika, cerita utama di arena utara adalah konfrontasi langsung antara Israel dan Iran di Suriah. Tidak ada lagi istilah 'perang rahasia' dengan menggunakan kaki tangan (proksi). Konfrontasi antara Israel dan Iran, tampaknya telah berubah menjadi konfrontasi militer langsung," tulis Haaretz. "Tampaknya, di tengah-tengah upaya Iran untuk melakukan konsolidasi kekuatan di Suriah, Israel telah memutuskan untuk bertindak," tambah Haaretz. Iran sendiri tidak tinggal diam oleh serangan terakhir Israel terhadap pangkalan udara Tiyas (T-4). Dalam sebuah acara di Damascus, Selasa (10 April), Penasihat Senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, mengatakan bahwa 'kejahatan-kejahatan Israel tidak akan dibiarkan begitu saja." "Regim zionis telah memperkeruh situasi di kawasan dan saya rasa semua pihak harus bersikap tegas atas masalah ini," kata Deputi Menlu Iran Seyed Abbas Araqchi kepada Russia Today, Selasa (10 April). Pada hari yang sama Menlu Israel menegaskan bahwa negaranya tidak akan membiarkan Iran membangun pangkalan militer di Suriah. "Saya ingin mengatakan satu hal dengan pasti. Kami tidak akan membiarkan Iran memiliki pangkalan di Suriah, berapapun harga yang harus dibayar. Kita tidak memiliki pilihan lain. Membiarkan Iran membangun pangkalan di Suriah adalah seperti membiarkan mereka mengalungkan tali di leher kita," kata Menlu Avigdor Liberman. Israel mengklaim pangkalan udara T-4 merupakan pangkalan udara gabungan antara Suriah dan Iran, dan menjadi pangkalan bagi drone-drone Iran yang menyusup ke Israel. Satu insiden serius lainnya yang melibatkan Iran dan Israel adalah serangan udara Israel atas konvoi militer Iran-Hizbollah di dekat perbatasan Israel di Golan. Dalam insiden ini komandan pasukan khusus Iran, Mohammed Ali Allahdadi dan enam pengawalnya tewas. Sebagai balasan, gerilyawan Hizbollah menyerang patroli Israel di perbatasan Lebanon, menewaskan 2 tentara Israel dan melukai 7 orang lainnya.(IFP) |
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar