Langsung ke konten utama

Adzan Bukan Seni Suara



Ibu Sukmawati Soekarnoputri,
Maaf Ibu, jika saya tidak tahu apa agama Ibu. Semoga saja Ibu tidak beragama Islam, sehingga kami bisa sedikit memaklumi jika puisi Ibu banyak menunjukkan ketidaksukaan pada syariat Islam.

Yang saya tahu, almarhum Bung Karno dan Ibu Fatmawati yang kami kagumi, adalah seorang Muslim dan Muslimah. Maka saya beranggapan putra dan putri beliau kemungkinan juga beragama Islam sebagaimana agama kedua orang tuanya.

Ibu Sukmawati,
Seandainya ibu mengaku seorang Muslim, seandainya ibu mencantumkan kata "ISLAM" pada kolom agama di KTP ibu, alangkah mirisnya jika seorang muslim dengan bangga menyeru "Aku tak tahu syariat Islam". Apalagi usia ibu tidak lagi muda. Saya yakin usia Ibu sudah lebih dari 60 tahun. Jika saja ibu seorang muslimah dan tetap bangga dengan ketidaktahuan ibu tentang syariat Islam di usia yang tidak lagi muda, alangkah mirisnya.
Jika ibu tidak tahu, semestinya ibu mencari tahu, belajar, bukan menjustifikasi dengan dasar ketidaktahuan ibu. Sebab manusia hidup di dunia tidaklah selamanya. Dan pada saat seseorang berpulang kepada Tuhannya, tentu dia ingin diperlakukan sesuai syariat agamanya. Masihkah seorang Muslim bangga mengatakan "aku tak tahu syariat Islam!" seakan dia memang tak mau tahu?!

Ibu boleh saja berbangga diri dengan ketidaktahuan ibu tentang syariat Islam, namun alangkah lebih elok jika ibu tidak perlu membanding-bandingkan cadar dengan konde. Sebab membandingkan sesuatu yang ibu sama sekali tidak tahu, itu tidaklah adil. Sama halnya ibu sama sekali tidak tahu kelezatan hidangan suatu masakan dari daerah tertentu, lalu ibu membandingkannya dengan nasi pecel, kemudian ibu mencerca makanan yang sama sekali ibu belum tahu itu. Aneh, bukan?!

Begitu pula jika ternyata ibu tidak beragama Islam, maka lebih tidak elok lagi ibu membandingkan syariat agama yang ibu tidak ketahui, yang ibu tidak berada di dalamnya. Itu namanya lompat pagar.

Jika seandainya ibu seorang yang masih mengaku Muslim, rasanya tidak perlu faham banget syariat Islam untuk sekedar tahu bahwa adzan adalah panggilan untuk sholat, pengingat bahwa sudah tiba waktunya berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Memuji Illahi Robbi, mengagungkan asmaNYA.
Tak layak adzan dibandingkan dengan kidung.

Namun jika ibu bukanlah seorang Muslim, rasanya juga tidak elok menghina suara adzan. Sama seperti kami tak ingin mengolok-olok lonceng gereja atau panggilan apapun dari agama apapun.

Jika pun ibu seorang Muslim, akan lebih aneh lagi jika ibu tak suka suara adzan, suara panggilan yang mengingatkan kita waktu sholat. Sebab pembeda antara seorang Muslim dengan bukan Muslim adalah pada sholatnya.

Alangkah konyolnya jika ibu mengatakan alunan adzan itu seni suara.

Memang, tak semua muadzin suaranya merdu, namun juga tidak semua muadzin suaranya buruk. Dengan  menggeneralisir suara adzan tidak merdu dan lebih merdu suara kidung, ibu Sukma sudah meletakkan adzan hanyalah sebagai produk seni, yang selayaknya dibandingkan dengan kidung atau nyanyian budaya lokal Jawa. Padahal adzan itu universal, di negara mana pun sama, dan sama sekali tidak selayaknya dibandingkan dengan produk seni suara apapun.

Karena sejelek-jeleknya suara seorang muadzin, setidaknya dia sedang menjalankan kewajibannya mengingatkan kaum Muslimin untuk sholat. Tidak perlu mendalami syariat Islam, bu, untuk sekedar tahu bahwa adzan itu PANGGILAN SHOLAT fardhu.

Bahkan bagi seorang Muslim, ketika anaknya lahir dilantunkan adzan di telinga sang bayi. Akankah jika ibu punya cucu baru lahir, yang diperdengarkan ke telinganya pertama kali adalah kidung ibunya??

Ibu Sukmawati,
Apapun agama ibu, sangatlah tidak etis membandingkan gerak tari yang ibu anggap sebagai "ibadah", yang murni iramanya adalah puja kepada Illahi (penggalan dari puisi ibu).
Maaf bu, bagi kami yang Muslim, ibadah sudah ada tuntunannya. Gerakan sholat (dan doanya) adalah ibadah kami, yang tidak perlu dibandingkan dengan gerak tari apapun dengan irama apapun.

Illahi adalah TUHAN kami, ibu. Tuhannya ummat ISLAM, Tuhannya kaum MUKMIN. Tahukah ibu asal kata Illahi? Bukankah itu asal katanya dari bahasa Arab yang apabila ditulis dengan aksara Arab (huruf Hijaiyah) maka huruf-huruf penyusunnya adalah : alif – lam – lam – ha ??!!
Kenapa ibu mengadopsi kata itu dalam puisi ibu, jika ibu anti dengan yang bukan asli bahasa ibu pertiwi?
Bukankah kata "do'a" juga berasal dari kata "du'a" yang tak lain adalah bahasa Arab?? Jika kata-kata itu tidak memperkaya khasanah bahasa Indonesia kita, kenapa ibu menggunakannya?!

Jika ibu merasa mewakili orang yang bukan Islam, semestinya pula ibu tidak menggunakan terminologi "Illahi". Sebab mereka tidak kenal Illahi.

Jika seandainya ibu bukan seorang Muslim, saya bisa memaklumi jika ibu tak suka dengan suara adzan. Dan dengan demikian, jika kelak ajal tiba – dan pasti akan tiba, karena tak ada manusia yang hidup abadi – tidak perlu pula ada yang mensholatkan.

Namun jika ibu seorang Muslim, apakah nanti ibu masih berharap ada yang mensholatkan jenazah ibu ataukah cukup menggantikannya dengan tari-tarian dan kidung?

Ibu Sukmawati,
Saya rasa kita tidak harus paham syariat dan aturan agama lain, cukuplah kita tidak saling menghina dan membandingkan syariat dan ritual agama orang lain dengan agama yang kita anut. 
Namun jika ibu mengaku seorang Muslim, beragama Islam, janganlah ketidaktahuan ibu akan syariat membuat ibu melecehkan agama ibu sendiri dan membandingkan dengan yang tidak semestinya.

Ibu Sukmawati,
Ibu mengatakan tidak SARA. Tapi mengapa puisi ibu isinya sarat dengan sinisme terhadap syariat Islam, cadar dan adzan?!
Jika puisi itu tak ada unsur SARA, kenapa hanya syariat Islam dan adzan yang ibu banding-bandingkan, sarat dengan rasa merendahkan?

Lupakah ibu bahwa Islam sudah lebih dahulu dikenalkan kepada bangsa kita hampir 2 abad sebelum penjajah kafir Belanda berlabuh di Nusantara?
Tidak tahukah ibu bahwa Wali Songo sudah berdakwah dan menyebarkan syi'ar Islam sejak awal abad ke-14, sementara Belanda baru mendarat tahun 1596, akhir abad ke-16?

Jika ibu tak suka syariat Islam seakan merusak kemurnian budaya Nusantara, kenapa ibu tak marah pada budaya hot pants, you can see, rok mini, jeans ketat, bukankah itu juga bukan budaya berbusana kita?!
Kenapa pula ibu tidak mengkritik gaya rambut wanita model pendek ala Demi Moore, model bob, dicat blonde, bukankah itu juga merusak budaya konde?!
Kenapa ibu tidak adil dalam membuat perbandingan?!

Jika ibu keberatan dengan suara adzan yang tak merdu, apakah suara gaduh terompet dan letusan petasan saat pergantian tahun itu merdu? Bukankah itu juga bukan budaya kita?
Apakah dentuman hingar bingar musik rock, house music yang menghentak, itu sama merdunya dengan alunan kidung?!
Disinilah makin tampak tidak adilnya ibu Sukma dalam membuat perbandingan.
Sebuah perbandingan yang hanya didasari ketidaksukaan semata. Apalagi ketidaksukaan itu dilandasi ketidaktahuan.

Maafkan saya ibu Sukma, jika ibu anggap saya tidak sopan menulis ini pada ibu.

Namun, dalam pandangan saya sebagai seorang Muslim, ibu sudah lebih dulu tidak sopan membandingkan adzan dengan kidung, menganggap gerakan tari adalah ibadah yang semurni puja kepada Illahi. Sebab bagi kami gerakan tari bukanlah ibadah yang tidak bisa disandingkan dengan  puja kepada Illahi. Sebab puja kepada Illahi adalah lantunan dzikir asmaul husna. Asma Sang Illahi Robbi.

Jika ibu hendak mengejek adzan, jangan catut nama Illahi.
Karena asma Illahi diagungkan dalam lantunan adzan, Allahu Akbar!!!

*******

Bumi Allah, 2 April 2018
Iramawati Oemar

Hendradjit : Kontroversi baca puisi ibu Indonesia oleh mbak sukma sontak membawa saya ke massa silam. Ketika bapaknya. Bung Karno remaja mondok di rumah bapak HOS Cokroaminoto. Tokoh sentral Sarikat Islam. 

Ulama dan aktivis pergerakan Islam yang waskita dan punya intuisi tajam ini berjasa besar dalam mendidik dan membentuk karakter Sukarno.  Bukan itu saja. Kalau kita resapi ceramah Dr Haekal. Pak Cokro kerapkali memprrtemukan bung Karno dengan beberapa ulama. Kiai dan beberapa habaib. Untuk berguru dan berkhidmat. 

Jikalau menghayati sekelumit sejarah bapaknya di kala muda, Mbak Sukma semestinya tidak boleh sinis pada Islam berikut atribut Islam yang menyertainya. Apalagi mengandung celaan dan nyinyir. 

Anak biologis seorang tokoh memang jarang yang bisa mengikuti jejak orang tuanya. Namun saya sulit buat menghargai anak anak biologis yang tidak menghayati sejarah hidup dsn cita cita orang tuanya. Setidaknya anak anak biologis harus mencari tahu siapa dan melalui sarana apa orang tuanya jadi orang yang berhasil. 

Kalau seorang Sukmawati membaca otobiografi bapaknya Penyambung lidah rakyat dengan hati dan pikiran terbuka. Seketika akan tersadar betapa besar andil para kiai dan ulama sebagai wasilah untuk menurunkan ilmu dan ajaran Islam ke dalam jiwa dan pikiran Sukarno. 

Jikalau Sukmati dengan hati dan pikiran terbuka menyimak pidato2 Bung Karno di acara kenegaraan seperti Maulid. Nuzulul Quran atau hari hari besar Islam lainnya. Nampak melalui pidato beliau Ruh Islam memancar kembali dan hidup. Apinya Islam memancar. Bukan abunya Islam. Meminjam istilah Syech Amir Ali. 

Hal itu tidak mungkin jika Sukarno belajar Islam lapis kulit luarnya aja. Pastilah melalui para ulama dan kiai. Ilmu dan ajaran Islam berhasil dipertautkan ke dalam pribadi Sukarno. Sang proklamator dan presiden RI pertama. 

Jasa dan andil sejarah Islam melalui wasilah para ulama dan kiai dalam membentuk karakter kepemimpinan Sukarno setidaknya harus tertanam dalam ingatan putra putrnya. Meskipun hanya anak biologis sekalipun

Kecuali kalau sebagai anak biologispun mereka tidak sayang pada bapaknya. Cuma merindukan sosok bapaknya. Tapi ogah menghayati  impian dan cita cita bapaknya. 

Sialnya ini gejala umum yang juga terjadi pada putra putri biologis para tokoh nasional kita sekarang. Sukmati agaknya bukan satu satunya. 

Inilah yang kadang bikin saya sedih.

Artikel Terkait

Komentar

Artikel Populer

Prahara Aleppo

French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i

ALASAN ALI MENUNDA QISHASH PEMBUNUH UTSMAN

Oleh :  Ahmad Syahrin Thoriq   1. Sebenarnya sebagian besar shahabat yang terlibat konflik dengan Ali khususnya, Zubeir dan Thalhah telah meraih kesepakatan dengannya dan mengetahui bahwa Ali akan menegakkan hukum qishash atas para pemberontak yang telah membunuh Utsman.  Namun akhirnya para shahabat tersebut berselisih pada sikap yang harus diambil selanjutnya. Sebagian besar dari mereka menginginkan agar segera diambil tindakan secepatnya. Sedangkan Ali memilih menunda hingga waktu yang dianggap tepat dan sesuai prosedur. 2. Sebab Ali menunda keputusan untuk menegakkan Qishash adalah karena beberapa pertimbangan, diantaranya : Pertama, para pelaku pembunuh Ustman adalah sekelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka kemudian berlindung di suku masing-masing atau mencari pengaruh agar selamat dari hukuman. Memanggil mereka untuk diadili sangat tidak mungkin. Jalan satu-satunya adalah dengan kekuatan. Dan Ali menilai memerangi mereka dalam kondisi negara sedang tidak stabil sudah pas

3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah atau Pemimpin Ulama di Tanah Banten

Forum Muslim - Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten. Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup. 1. Abuya Syar'i Ciomas Banten Selain sebagai kyai terpandang, masyarakat ciomas juga meyakini Abuya Syar'i sebagai himayah atau penopang bumi banten. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau jug

Sholawat-Sholawat Pembuka Hijab

Dalam Islam sangat banyak para ulama-ulama sholihin yang bermimpi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu (seperti dzikir, sholawat, doa dll ). Bahkan sebagian di antara mereka menerima redaksi sholawat langsung dari Rasulullah dengan ditalqin kata demi kata oleh Beliau saw. Maka jadilah sebuah susunan dzikir atau sholawat yg memiliki fadhilah/asror yg tak terhingga.  Dalam berbagai riwayat hadits dikatakan bahwa siapa pun yang bermimpi Nabi saw maka mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan, dan sosok dalam mimpinya tersebut adalah benar-benar Nabi Muhammad saw. Karena setan tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyerupai Nabi Muhammad saw. Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yg melihatku dalam mimpi maka ia pasti melihatku dalam keadaan terjaga" ----------------------------- 1. SHOLAWAT JIBRIL ------------------------------ صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ SHOLLALLOOH 'ALAA MUHAMMA

Daun Pepaya Jepang, Aman Untuk Pakan Kambing di @kapurinjing

KENAPA SUAMI BISA SELINGKUH??

Ilustrasi Keluarga Oleh :  Mufrodah Odah Pernah menonton drama Korea berjudul LOVE, MARRIAGE AND DIVORCE? Drama ini mengisahkan tiga perempuan yang diselingkuhi oleh suami mereka. Jadi, aku rasa drama ini cukup menjawab, kenapa seorang suami bisa berselingkuh.  Kita bahas satu persatu ya. 🫰 PEREMPUAN PERTAMA: Boo Hye Ryung, 30 th. Penyiar radio Cantik, muda, modis, karir cemerlang. Itulah Boo Hye Ryung. Namun, sang suami yang bekerja sebagai pengacara, tetap berselingkuh dengan seorang janda yang usianya jauh lebih tua hingga janda itu hamil.  Suami Boo Hye Rung bilang jika dia selingkuh karena istrinya tidak pandai dalam urusan rumah tangga (tidak menyiapkan dan memasakkan makanan), juga karena istrinya tidak ingin segera punya anak alias ingin fokus di karir dulu. Juga, karena kadang istrinya lebih mendominasi.  Kata kunci: cantik, modis, muda, karir cemerlang, tapi tidak pandai mengurus urusan rumah tangga. 🫰 PEREMPUAN KEDUA: Lee Si Eun, 50 th.  Penulis program radio Ibu dari dua

Tafsir Kemenag : Tafsir Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 155

وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۙ  ( الانعام : ١٥٥)   Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. ( QS. Al-An'am ayat 155 ). Ayat ini menjelaskan peranan Al-Qur'an bagi manusia. Dan ini adalah Kitab Al-Qur'an yang Kami turunkan melalui Malaikat Jibril dengan penuh berkah, yakni segala macam kebaikan, baik lahir maupun batin, yang sangat berguna bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Ikutilah apa yang ada di dalamnya, amalkanlah isinya, dan bertakwalah, jagalah dirimu dari api neraka, waspadalah, dan taatilah ketentuan yang ada di dalam kitab itu. Itu semua agar kamu mendapat rahmat kasih sayang dari Allah. Orang yang diberi kasih sayang dari Allah akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat ini kembali menerangkan sifat-sifat dan kedudukan Al-Qur'an yang mencakup segala macam petunjuk dan hukum syariat yang di

KH.MUNFASIR, Padarincang, Serang, Banten

Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yang belum jelas  Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di kota cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, -katanya- untuk makan satu biji telor saja harus dibagi 7. Pernah tiba tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu Beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk memi

Abuya Syar'i Ciomas Banten

''Abuya Syar'i Ciomas(banten)" Abuya Syar'i Adalah Seorang Ulama Yg Sangat Sepuh. Menurut beliau sekarang beliau telah berrusia lebih dari 140 tahun. Sungguh sangat sepuh untuk ukuran manusia pada umumnya. Abuya Sar'i adalah salah satu murid dari syekh. Nawawi al bantani yg masih hidup. Beliau satu angkatan dengan kyai Hasyim asy'ary pendiri Nahdatul ulama. Dan juga beliau adalah pemilik asli dari golok ciomas yg terkenal itu. Beliau adalah ulama yg sangat sederhana dan bersahaja. Tapi walaupun begitu tapi ada saja tamu yg berkunjung ke kediamannya di ciomas banten. Beliau juga di yakini salah satu paku banten zaman sekarang. Beliau adalah kyai yg mempunyai banyak karomah. Salah satunya adalah menginjak usia 140 tahun tapi beliau masih sehat dan kuat fisiknya. Itulah sepenggal kisah dari salah satu ulama banten yg sangat berpengaruh dan juga kharismatik. Semoga beliau senantiasa diberi umur panjang dan sehat selalu Aaamiiin... (FM/ FB )

Kenapa Mimbar Rasulullah SAW Berada Di Kiri Arsyi ?

Rasulullah Saw bersabda, "Ketahuilah bahwa mimbarnya Nabi Ibrahim AS berada disebelah kanan Arsy dan mimbarku disebelah kiri Arsy-Nya Allah Swt". Maka para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau lebih utama dari Nabi Ibrahim. Kenapa engkau ditempatkan disebelah kiri Arsy, sedangkan Nabi Ibrahim disebelah kanannya Arsy?". Rasulullah menjawab, "Jalan ke Surga berada disebelah kanan Arsy, sedangkan jalan menuju Neraka disebelah kiri Arsy. Aku berada disebelah kiri, supaya aku dapat melihat umatku yang akan dimasukkan ke Neraka dan kemudian aku berikan syafa'at kepadanya". Ketika aku berada dimimbarku, aku mendengar jeritan umatku, berteriak-teriak seraya berkata,"Pahalaku sedikit dan dosaku banyak!". Rasulullah Saw berkata kepada Malaikat,"Jangan masukkan dia ke Neraka". Malaikat menjawab, "Aku adalah Malaikat yang melaksanakan apa saja yang diperintahkan Allah Swt kepadaku". Maka Rasulullah turun dari mimba