Forum Muslim -- Turki mengirim konvoi militer berisi lebih dari 40 kendaraan militer dan tank ke perbatasan Suriah di tengah perselisihan dengan Amerika terkait rencana untuk membentuk 'pasukan perbatasan Kurdi'. Mengutip keterangan 'sumber-sumber militer' Turki, media Turki Anadolu Agency'melaporkan awal pekan ini bahwa lebih dari 20 kendaraan militer yang diperkuat dengan peralatan elektronik telah memasuki Distrik Reyhanli di Provinsi Hatay, Turki selatan. 20 kendaraan militer lainnya, termasuk tank-tank, juga telah tiba di Distrik Viransehir di Provinsi Sanliurfa untuk memperkuat pasukan yang sudah ada. Sebelumnya pada hari Minggu (14 Januari) Amerika telah membuat marah Turki dengan mengumumkan rencana pembentukan 'pasukan perbatasan' di perbatasan Suriah, Irak dengan Turki. Tanpa menyertakan Turki, pasukan berkekuatan hingga 30.000 personil itu justru ditulang-punggungi oleh milisi Kurdi Syrian Democratic Forces (SDF) yang dimusuhi Turki. Selain itu Amerika juga mengumumkan rencana untuk memperkuat persenjataan kelompok Kurdish People's Protection Units (YPG) yang oleh Turki ditetapkan sebagai kelompok teroris. Menanggapi rencana itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Washington tengah membentuk pasukan teroris di perbatasan Suriah dan menegaskan tekad Turki untuk mencegah hal itu terbentuk. Erdogan, seperti dilaporkan Press TV terkait hal yang sama, bahkan mengancam akan menyerang Afrin, sebuah kota milik warga Kurdi di Suriah, dalam beberapa hari mendatang. Turki menganggap kota ini sebagai markas teroris Kurdi. Menlu Turki Mevlut Cavusoglu selanjutnya mendesak Amerika untuk membatalkan rencana itu. "Amerika harus menjelaskan siapa yang didukungnya, apakah sekutunya sendiri (Turki) atau teroris. Kami akan mengambil langkah kami sendiri tanpa peduli siapa di belakang mereka, apakah itu Amerika ataupun negara lain, tidak ada masalah bagi kami." Pada bulan Agustus 2016 Turki memulai kampanye milkiter di utara Turki dengan sandi Tameng Euphrates. Ankara menyebut langkah itu untuk mengusir kelompok ISIS dari perbatasan Turki dan mencegah perkembangan kelompok Kurdi. Turki kemudian mengumumkan penghentian kampanye itu pada bulan Maret 2017, namun tetap mempertahankan pasukannya. Suriah berulangkali mengecam keberadaan pasukan Turki di Suriah dan menyerukan penarikan seluruh pasukan Turki maupun koalisi NATO. Suriah dan Rusia juga menolak rencana Amerika terkait pembentukan pasukan perbatasan, menyebutnya sebagai 'pelanggaran nyata' kedaulatan Suriah.(Sumber : IFP/FM) |
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar