Zombie: Resurrection
Judul blockbuster baru? Sangat cocok, meski skenario sudah lebih dulu digelar di kehidupan nyata.
Praktis, Turki mengambil inisiatif paling awal dengan momentum referendum Kurdistan untuk mencoba membangkitkan kembali alat perangnya yang (dulu) mutakhir di Syria.
Jihadis yang dulu menjadi partner utama FSA (Free Syrian Army) kini telah melahap entitas itu menjadi tak berbentuk, yang kemudian praktis menihilkan relevansi kelompok itu sebagai 'oposisi' Bashar Assad.
Turki sebagai sponsor utama FSA, sepenuhnya menyadari hal ini, terutama sejak infeksi 'jihadis' tak bisa lagi dikendalikan dan membuat FSA kehilangan kontrol, bahkan atas dirinya sendiri.
Idlib, sebagai 'safe-haven' bagi jihadis-jihadis yang KO di berbagai front tempur di Syria, sudah digariskan sebagai tempat pengumpulan para takfiri, untuk kemudian dihabisi sekali tebas.
Sejak tahun lalu, habisnya kemampuan propaganda, tempur dan agitasi FSA yang tenggelam oleh euforia, kekejaman dan kegilaan faksi-faksi jihadis membuat Turki dan Barat menyerah - meski untuk sementara.
Praktis, propaganda mendukung entitas apapun yang terinfeksi takfiri, akan berujung merugikan, baik secara militer maupun politik.
Pembebasan Aleppo timur adalah titik balik konflik Syria, dan sejak 'penyerbuan heroik' Turki di Jarablus, FSA praktis diselamatkan oleh Turki agar tidak dimangsa oleh takfiri haus darah ini.
Momentum perang di Syria telah membawa perhatian mulai tertuju pada daerah kekuasaan Hay'at Tahrir al-Sham (al-Qaeda) yang terakhir di Syria, yaitu Idlib.
Dengan memanfaatkan terpecahnya konsentrasi pasukan Syria di front Deir Ezzor, Mayadin dan Hama - Turki menawarkan 'bantuan' untuk menghabisi al-Qaeda di Idlib - yang sebelumnya sudah lebih dulu menghabisi faksi milik Turki, Ahrar al-Sham.
Dominasi al-Qaeda di Idlib membuat jalur ekonomi dari Turki ke Syria menjadi sangat mahal dan unsustainable, apalagi sejak Qatar mengendurkan logistik pasca perseteruan dengan saudaranya Saudi.
Manuver Turki ini dilakukan secara simultan, lengkap dengan lahir kembalinya propagandis cilik yang mahir berbohong, Bana al-Abed, lengkap dengan bukunya yang disusun oleh penulis kawakan, J. K. Rowling.
Tak lupa jaringan Hollywood dengan filmnya seperti City of Ghosts yang dirilis dengan proksimiti waktu yang berdekatan. Dan kini, Google pun sudah ikut campur dengan propaganda halus dan sumir tentang bendera Syria.
Zombie itu akan bangkit lagi. Syam akan (masih) menjadi 'ujian' bagi banyak manusia. (Helmi Aditya)
Komentar
Posting Komentar